BPS catat penurunan daya beli masyarakat di triwulan III-2017
Belakangan ini tren konsumsi mengalami peralihan. Peralihan konsumsi dapat dilihat dari belanja kebutuhan non leisure menjadi belanja yang mengisi kegiatan waktu luang atau (leisure activities).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat daya beli masyarakat Indonesia melambat di triwulan III-2017. Ini tercermin dari tingkat konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2017 turun ke posisi 4,93 persen dibandingkan triwulan I-2017 yang mencapai 4,95 persen.
Belakangan ini tren konsumsi mengalami peralihan. Peralihan konsumsi dapat dilihat dari belanja kebutuhan non leisure menjadi belanja yang mengisi kegiatan waktu luang atau (leisure activities).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang membaik di Sulawesi Utara berdasarkan rilis BPS? Kepala BPS Sulawesi Utara, Asim Saputra menjelaskan, daya beli petani di Sulawesi Utara membaik di Bulan Oktober 2023.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa yang dihapus dari BPJS? Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah menjawab pertanyaan publik terkait naiknya iuran ketika Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) berlaku.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
"Yang pertama pergeseran pola konsumsi, jadi kalau diperhatikan, sejak triwulan III-2016 konsumsi non leisure sudah mulai ke bawah (menurun)," ujar Kepala BPS Suhariyanto, di kantornya, Jakarta, Senin (6/11).
Untuk konsumsi rumah tangga, perlambatan terjadi pada komponen makanan dan minuman di triwulan III-2017 yang hanya tumbuh 5,04 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya 5,23 persen.
Perlambatan juga terjadi pada komponen pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya yang tumbuh melambat menjadi 2 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 2,24 persen. Serta perumahan dan perlengkapan rumah yang tumbuh melambat menjadi 4,14 persen.
Namun, belanja komponen restoran dan hotel mengalami kenaikan menjadi 5,52 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,01 persen. "Kalau ditelusuri lebih dalam ada kecenderungan masyarakat lebih bergeser dari non-leisure ke leisure itu kuat, karena untuk yang leisure lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, demikian juga dari rata-rata penghunian tingkat hotel," jelasnya.
Melambatnya tingkat konsumsi rumah tangga juga berhubungan erat dengan pertumbuhan kinerja sektor ritel. Hal tersebut bukan disebabkan pergeseran pola konsumsi dari offline menjadi online. "Tren belanja online ke depan akan semakin besar, tetapi sekarang porsinya sebetulnya belum terlalu signifikan, jadi lebih kepada bukan hal tersebut," tegasnya.
Survei yang dilakukan BPS menunjukkan beberapa komoditas yang dipenuhi oleh masyarakat dengan cara belanja online. "Ada beberapa komoditas yang dipesan lewat online, dan komoditasnya tertentu salah satunya sandang, alat komunikasi, kemudian yang berkaitan pariwisata, 15 persen dari rumah tangga pernah melakukan," tandasnya.
Baca juga:
Melambat, pertumbuhan industri ritel 2017 diprediksi sekitar 7 persen
Meski ada perubahan pola belanja, kontribusi e-commerce RI hanya satu persen
Said Iqbal: Daya beli masyarakat kenyataannya memang turun, banyak buruh di-PHK
Gelar aksi di sekitaran Monas, buruh minta kenaikan gaji USD 50
Penerimaan pajak kurir melesat, Ken yakin daya beli masyarakat tak turun