Dulu eksportir gula terbesar dunia, kini Indonesia terikat impor
Indonesia masih mempunyai potensi untuk kembali menjadi negara produsen gula dunia.
Menyandang predikat sebagai negara agraris, kondisi dan realitas pertanian Indonesia sangat memprihatinkan dan jauh dari harapan. Padahal, Indonesia menyimpan rekam sejarah kedigdayaan sebagai pemasok gula di dunia.
Zaman penjajahan Belanda atau sekitar tahun 1930, Indonesia menjadi eksportir gula terbesar nomor dua di dunia. Ini tidak lepas dari peran petani tebu Indonesia. Direktur Eksekutif AGI (Asosiasi Gula Indonesia) Tito Pranoloh menuturkan, kejayaan Indonesia dalam produksi gula telah pudar dan hanya tinggal sejarah.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Bagaimana cara warga kampung memproses cecak untuk ekspor? "Warga kampung membantu menangkap, mengumpulkan, memilah berdasarkan ukuran, mengeringkan dan akhirnya dikemas," kata Satyawan.
-
Apa yang membuat sepak bola menjadi mimpi yang diwujudkan? Sepak bola adalah mimpi yang dibuat nyata melalui kerja keras dan semangat.
-
Apa yang menjadi komoditi utama ekspor Kerajaan Demak? Ia menulis komoditi utama yang menjadi ekspor Kerajaan Demak adalah beras dan bahan-bahan makanan lainnya.
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Apa yang dimaksud dengan empon-empon? Empon-empon adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada akar dari berbagai jenis tanaman obat. Istilah ini juga biasanya digunakan untuk menyebut ramuan seduhan dari minuman hangat dengan bahan akar dan tanaman herbal.
Kondisi saat ini justru kebalikan dari zaman penjajahan Belanda. Indonesia kini menjadi negara ketiga terbesar mengimpor gula.
"Kita pernah menjadi eksportir gula terbesar dunia ke-2 tahun 1930. Sekarang kita importir terbesar 3 dunia. Lima tahun mendatang kita bisa jadi importir nomor 2 terbesar dunia kalau tidak ada perbaikan," ucap Tito dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (28/4).
Tito menyebut, Indonesia masih mempunyai potensi untuk kembali menjadi negara produsen gula dunia. Itu tergantung cara pemerintah menghargai tebu petani. Jika pemerintah memperhatikan petani tebu, salah satunya bisa diperlihatkan dari penetapan HPP (Harga Pokok Produksi) gula.
"Bagian utama itu adalah gula petani. Pemerintah harus memberikan jaminan pasar dan saat ini saja pemerintah seharusnya sudah mengumumkan HPP, mestinya naik dari yang dulu karena inflasi naik," tegasnya.
Idealnya pemerintah bisa memberi sinyal perbaikan kesejahteraan petani melalui peningkatan harga. Jika ini semua bisa dilakukan, bukan tidak mungkin Indonesia akan mencapai swasembada gula.
"Jika ada jaminan pemerintah tingkat harga yang layak untuk petani mau produksi tebu, putusan pemerintah swasembada gula akan tercapai. Mestinya swasembada gula tetap menjadi tujuan pemerintah sekarang maupun pemerintah akan datang. Indonesia punya potensi untuk itu," tutupnya.
(mdk/noe)