Fakta dan Sejarah Kelam Rumah Peti Mati di Hong Kong
Rata-rata warga Hong Kong perlu menabung lebih dari 18 tahun gaji tanpa ada pengeluaran, untuk mendapatkan rumah.
Bukan fakta baru lagi jika harga rumah di Hong Kong paling mahal di dunia. Bahkan hampir mustahil penduduk Hong Kong memiliki rumah layak huni.
Maka dari itu, banyak warga lokal hidup di rumah peti atau dikenal dengan coffin house. Luas rumah peti mati itu tak lebih dari 5 meter, layaknya kandang anjing.
-
Apa itu rumah paku? Rumah paku mulai jadi perbincangan pada 2001 setelah ada rumah 5 lantai yang berdiri di tengah jalan tol di provinsi Zhejiang, Cina. Rumah tersebut milik pasangan lansia yang menolak digusur karena tak sepakat dengan nilai kompensasi dan tempat relokasi yang ditawarkan pengembang.
-
Di mana rumah tersebut berada? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Bagaimana kemewahan rumah Sarita Abdul Mukti ditunjukkan? Ketika masuk ke dalam rumah, Anda akan menemukan bahwa bagian interiornya dihiasi dengan furnitur yang sangat mewah. Banyak sofa kulit yang nyaman dan furnitur-furnitur elegan lainnya membuat rumah ini terasa sangat istimewa.
-
Apa itu rumah pintar? Melansir Investopedia, rumah pintar merujuk pada pengaturan rumah yang nyaman di mana peralatan dan perangkat dapat dikontrol secara otomatis atau dari jarak jauh dengan koneksi internet dan menggunakan perangkat seluler atau perangkat lain yang terhubung jaringan.
-
Apa yang ditemukan di dalam rumah tersebut? Tim penyelamat terkejut saat berhasil menggali dan mengumpulkan total 92 ular dalam dua kunjungan berbeda.
-
Bagaimana Rumah Rakit dapat berpindah tempat? Rumah Rakit sendiri bisa berfungsi sebagai sarana transpotasi bagi penghuninya. Rumah ini dapat dengan mudah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Rumah ini sedikitnya dihuni oleh 200.000 orang-orang miskin yang tak mampu membeli rumah layak huni.
Luas rumah yang teramat sempit nyatanya tidak menjamin harga sewanya terjangkau.
Berdasarkan data Society for Community Organisation (Soco), sebuah LSM yang memberikan bantuan kepada kaum miskin di Hong Kong, sewa bulanan untuk satu tempat tidur susun berkisar antara HKD1.800 hingga HKD2.500 atau setara Rp3,7 hingga Rp5 juta per bulan.
Penghuni pertama rumah tersebut adalah para migran dari China daratan. Mereka adalah pekerja kasar yang keluar dari China daratan akibat perang.
Awalnya, rumah-rumah ini hanya tempat tidur susun dari logam yang kemudian dilapisi dengan pagar kawat kasa.
Masalah mulai bermunculan di rumah peti mati itu hingga akhirnya pemerintah Hongkong membangun 780.679 unit rumah susun subsidi yang disediakan di gedung-gedung 40 lantai.
Namun, rumah ini tak juga menjawab persoalan yang ada. Harga rumah susun yang dibangun pemerintah setara dengan harga sewa rumah peti mati.
- Fakta Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Naira, Semangat Juang Kemerdekaan yang Tak Padam
- Terkenal hingga Seluruh Indonesia, Ini Kisah Pengrajin Batu dari Padalarang
- Fakta-Fakta Perampokan Rumah Pegawai Koperasi di Malang Hingga Ratusan Juta Digondol buat Modal Lebaran
- 6 Fakta Aksi Puasa Massal Pekerja Rumah Tangga di Enam Kota, Dorong RUU PPRT Segera Disahkan
Rumah peti mati Hong Kong juga dikenal sebagai tempat paling tidak aman. Melansir The Guardian, banyak penghuni rumah tersebut sebagai pecandu narkoba. Adapula anggota gengster yang siap kapan saja membuat seseorang celaka.
Hong Kong sejauh ini merupakan pasar perumahan termahal di dunia. Rata-rata orang perlu menabung lebih dari 18 tahun gaji, menghabiskan uang tersebut tanpa melakukan hal lain, agar mampu membeli rumah. Hampir satu dari tujuh warga Hong Kong hidup dalam kemiskinan.
Di bawah pimpinan kepala eksekutif yang saat itu dijabat oleh Leung Chun-ying, program-program untuk mengurangi biaya perumahan yang meroket disebut sebagai kegagalan, jika tidak bisa dikatakan kegagalan total.
Meskipun berjanji untuk menjadikan perumahan sebagai pusat pemerintahannya, Leung hanya membangun setengah dari jumlah flat publik yang dijanjikannya.
"Situasi perumahan semakin memburuk. Dalam hal harga sewa, kualitas apartemen, dan waktu tunggu untuk perumahan publik, semua hal ini semakin memburuk,"
kata Angela Lui, seorang organisator komunitas di Soco selama tujuh tahun terakhir.