Gagal Jadi PNS, Pria 31 Tahun Ini Nekat Bangun Start-up Modal Rp500.000 dan Kini Beromzet Rp100 Juta
Awalnya, Hilmi mencoba melamar program pemerintahan seperti PPPK, PNS, hingga pendamping desa PKH. Namun semuanya gagal.
Hilmi Firdaus Meslian, pria berusia 31 tahun ini membuktikannya dengan berhasil membangun start-up di tengah desa dengan modal Rp500.000 setelah gagal berkali-kali melamar pekerjaan.
Gagal Jadi PNS, Pria 31 Tahun Ini Nekat Bangun Start-up Modal Rp500.000 dan Kini Beromzet Rp100 Juta
Gagal Jadi PNS, Pria 31 Tahun Ini Nekat Bangun Start-up Modal Rp500.000 dan Kini Beromzet Rp100 Juta
- Pria 26 Tahun Nekat Bisnis Tempa, Kini Omzet Bisa Tembus Hingga Rp100 Juta per Bulan
- Nekat Bisnis Ikan Mas Koki, Modal Seadanya Hingga Bisa Raup Omzet Rp20 Juta per Bulan
- Mahasiswa Nekat Bikin Usaha Jamur, Modal Rp100.00 Kini Raup Omzet Rp40 Juta Sekali Panen
- Anak Muda Usia 26 Tahun Nekat Buka Usaha Modal Rp1 Juta, Kini Omzet Tembus Rp180 Juta per Bulan
Tidak mendapatkan posisi yang diinginkan bukan berarti gagal menjalani hidup. Bisa jadi, Tuhan telah merencanakan hal yang lebih baik lagi ke depannya.
Hilmi Firdaus Meslian, pria berusia 31 tahun ini membuktikannya dengan berhasil membangun start-up di tengah desa dengan modal Rp500.000 setelah gagal berkali-kali melamar pekerjaan.
Melansir dari akun YouTube Naik Kelas, Hilmi menceritakan bagaimana dia memulai usahanya.
Awalnya, Hilmi mencoba melamar program pemerintahan seperti PPPK, PNS, hingga pendamping desa PKH. Namun semuanya gagal. Bahkan dari 10 orang yang tes untuk menjadi pendamping desa, hanya Hilmi saja yang tidak lulus.
Hilmi juga sering berganti-ganti pekerjaan karena masa kerjanya yang pendek. Dia pernah bekerja sebagai guru bahasa Inggris pada 2014, motion graphic designer yang kemudian di-PHK saat baru 6 bulan bekerja, hingga beralih sebagai advertiser di agensi website, Bandung, Jawa Barat.
Merasa memiliki keterampilan dari pengalaman kerja di berbagai tempat, pada 2018 Hilmi nekat membangun website start-up sendiri.
Modal pertama yang dikeluarkan Hilmi sebesar Rp500.000 untuk keperluan membeli domain seharga Rp350.000 dan hosting Rp150.000. Hingga terbentuklah Ezy.co.id sebuah creative digital agency yang menangani pembuatan website, desain grafis, konten dan Search Engine Optimization (SEO).
Sasarannya adalah pemilik-pemilik usaha yang mau mulai optimalisasi digital.
Hilmi merasa peluang usaha di bisnis ini besar, karena di masa depan teknologi semakin maju dan semua orang akan membutuhkan digital internet.
Hilmi memulai usahanya di garasi yang sering kali bocor saat hujan. Dia harus rajin menepikan komputernya agar tidak rusak kena air.
Namun ternyata, membangun usaha apalagi berbasis digital juga bukanlah hal yang mudah. Bahkan Hilmi tidak langsung mendapatkan klien.
Selain itu, Hilmi yang tidak memiliki uang, amat merasa sedih lantaran tidak mampu membelikan cireng saat istrinya yang sedang hamil ngidam. Sampai dia harus menjual kendaraannya untuk biaya persalinan istrinya.
"Beli cireng saja, saya itu nggak mampu. Saya harus jual kendaraan untuk biaya persalinan," ucap Hilmi
Namun, Hilmi percaya dengan kemampuannya, dia yakin apa yang sudah dia korbankan akan membuahkan hasil. Hilmi terus mengembangkan websitenya.
Hilmi juga seringkali diremehkan oleh calon klien karena penampilannya dan peralatannya yang jadul.
Lagi-lagi, Hilmi masih bertahan dengan keyakinan pasti dirinya akan berhasil. Hilmi memiliki prinsip kalau ingin mengejar kesuksesan mungkin ada harga yang harus dibayar.
Hingga akhirnya, Hilmi mendapat klien pertamanya yaitu Garvinos dari Yogyakarta. Kemudian, berlanjut ke Jilbab Diva dari Bandung.
Bisnis Hilmi perlahan semakin berkembang, Hilmi mulai mendapat penghasilan. Dia mencetak banyak portofolio untuk usahanya.
Lama-lama, Hilmi bisa merekrut lebih banyak orang lagi untuk membantunya membesarkan bisnisnya, Ezy. Dia dibantu dengan 10 orang tim yang menangani klien. Hingga saat ini bisa bertahan.
"Alhamdulillah, disyukuri gitukan modal bukan penghalang yang penting kemauan," ucap Hilmi.
Hingga puncaknya Hilmi mendapat klien besar dari China. Start up miliknya berkontribusi besar pada usaha milik negeri asal tirai bambu tersebut. Selain China, Hilmi juga mendapat klien dari berbagai daerah lain seperti Bali. Hilmi bersama timnya trip ke Bali untuk menyelesaikannya.
"Nah, yang paling kontribusi paling paling besar gitu Kita pernah klien dari China. Kemudian, dari Pakistan sama dari Malaysia," ucapnya.
Hingga saat ini, terhitung sudah hampir 1.000 website yang start-up milik Hilmi buat berbagai daerah.
Kini, untuk setiap project yang akan Hilmi garap akan dimulai dengan kontrak 1 tahun dan meraup omzet Rp100 juta per bulan atau hampir menyentuh Rp1 miliar per tahunnya.
"jadi istilahnya kalau dihitung per bulan kan Rp1 miliar Berarti kan Rp100 jutaan ya gitu kan cuma dalam tanda tangan kontrak itu setahun itu ya hampir Rp1 miliar-lah," tuturnya.
Selain itu, dia juga renovasi garasi menjadi tempat kerja yang nyaman untuknya dan tim. Hilmi merasa kesuksesannya juga dibantu jalur langit, yaitu sedekah dan do'a serta restu dari ibu dan istrinya yang paling mujarab.
"Jadi yang pertama jalur langit saya itu ya itu bahagiakan istri dan ibu, sudah," pungkasnya.