Gagal Jualan Ayam Geprek, Pemuda Ini Justru Raup Omzet Rp700 Juta Sebulan
Tak perlu mempersulit diri dengan mencari produk jualan yang rumit, terpenting bagaimana memasarkannya.
Tak perlu mempersulit diri dengan mencari produk jualan yang rumit, terpenting bagaimana memasarkannya.
- Dijamin Laku Keras, Intip 7 Resep Sempol Ayam Enak buat Dijual di Pasaran
- Penampakan Puluhan Tersangka Judi Sabung Ayam, Berbaju Tahanan Orange dan Tertunduk Lesu
- Dulu Jualan Keliling, Warung Sop Ayam di Tulungagung Ini Tak Pernah Sepi Pembeli meski Harganya Mahal
- Ganjar Sambangi Peternak Ayam di Magetan, Terima Keluhan Mahalnya Harga Pakan
Gagal Jualan Ayam Geprek, Pemuda Ini Justru Raup Omzet Rp700 Juta Sebulan
Seorang pengusaha muda bernama Nadzir Alimuddin atau yang kerap disapa Alim membuktikan bahwa inovasi dan ketekunan adalah kunci sukses yang sebenarnya.
Setelah harus menutup bisnis ayam gepreknya yang telah berjalan selama lima tahun, Alim tidak menyerah begitu saja.
Dengan keberanian dan pemikiran yang visioner, ia melahirkan sebuah brand minuman tradisional yang kini sukses menggaet ratusan mitra di seluruh Indonesia.
Dikutip dari video Youtube Medsos Biz (5/6), Alim menceritakan lika-liku perjalanan bisnisnya.
Sebelum memulai Dawet Kemayu, Alim telah memiliki bisnis ayam geprek yang berjalan selama lima tahun.
Namun, Di tengah gempuran pandemi yang menghantam berbagai sektor usaha performa bisnisnya pun menurun hingga Alim terpaksa menutupnya.
"Pandemi menghantam bisnis kita. Akhirnya, saya berpikir harus punya second plan, harus punya backup bisnis yang bisa menyokong kehidupan saya," kata Alim.
Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan, Alim memutuskan untuk memulai bisnis yang lebih mudah dieksekusi dan produknya familiar bagi masyarakat.
Alim berpikir untuk membuat minuman yang sudah dikenal orang, seperti boba yang saat itu sedang viral, atau minuman tradisional seperti dawet.
Setelah melalui proses diskusi bersama dengan tim, akhirnya Alim memilih dawet karena lebih mudah dieksekusi dan memiliki potensi untuk bertahan lama di pasar. Bisnisnya diberi nama dengan “Dawet Kemayu”.
Alim memulai bisnis barunya menjual dawet dengan modal awal sekitar Rp7-8 juta.
Dengan modal yang terbatas, Alim memanfaatkan setiap rupiah secara efisien.
Dia sangat cermat memilih bahan baku untuk menjamin kualitas produk.
Alim juga mencetak brosur sebagai alat promosi sederhana namun efektif untuk menarik pelanggan awal.
"Gerobak beserta peralatan sama bahan bakunya 5 juta, terus 2 jutanya itu untuk bayar bayar karyawan ya bayar karyawan 1 jutanya untuk kayak cetak brosur,” ungkap Alim.
Seperti bisnis lainnya, menjalankan bisnis minuman juga memiliki tantangan tersendiri. Menurut Alim, tantangan utama adalah menjaga kualitas produk agar tidak mengecewakan pelanggan dan manajemen sumber daya manusia (SDM).
"Bagi saya bagaimana kita bisa menstabilkan quality control dan mengelola tim manajemen yang bisa mendukung pertumbuhan bisnis kita," ujar Alim.
Membangun tim yang solid dan menjaga kualitas produk adalah kunci sukses bisnis kita. Dengan tim yang all out, kita bisa memastikan produk selalu berkualitas dan mendapatkan repeat order dari pelanggan, yang menjadi sumber kehidupan bisnis.
Pengalaman berbisnis ayam geprek memberikan Alim banyak pelajaran berharga.
Bisnis tersebut memerlukan modal besar dan, sayangnya, kurang berkembang karena Alim belum menguasai ilmu marketing.
Namun, dengan Dawet Kemayu, ia mengambil pendekatan berbeda. Alim memilih untuk memulai dengan modal minim tetapi memanfaatkan strategi marketing yang efektif, sehingga mampu mencapai penjualan yang maksimal.
Tak ingin mengulangi kesalahan yang sama, untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan penjualan, Alim menerapkan strategi digital marketing yang efektif. Dengan bantuan tim konten, copywriting, dan advertiser, Alim mampu menjangkau target pasar yang lebih dan membesarkan Dawet Kemayu.
"Digital marketing sangat-sangat berpengaruh dan sangat works karena produk kita bakal nyampe ke orang lain yang emang relate atau match dan suka sama produk kita," ujar Alim.
Selain digital marketing untuk bisa tumbuh dengan cepat dan dikenal banyak orang, Alim memilih sistem kemitraan atau franchise.
Dengan memanfaatkan peluang itu saat ini, Dawet Kemayu telah memiliki 384 mitra di seluruh Pulau Jawa dan luar Jawa, seperti di Kalimantan dan Sulawesi.
Tak hanya mampu mengembangkan bisnisnya hingga ke berbagai wilayah Indonesia, ternyata omset per bulan Dawet Kemayu terbilang fantastis meskipun fluktuatif.
Pada bulan Ramadan, omset Dawet kemayu bisa mencapai Rp800 juta hingga Rp1 miliar.
Namun, pada bulan-bulan biasa, omzet berkisar antara 300 hingga 700 juta rupiah.
Keberhasilan ini memberikan kepercayaan diri dan bukti bahwa konsep Dawet Kemayu memiliki potensi besar.
Alim terus belajar dan mengembangkan strategi bisnisnya.
Ia memahami bahwa meskipun modal awal kecil, strategi yang tepat dalam memanfaatkan modal tersebut bisa membawa bisnisnya tumbuh pesat.
Kesuksesan ini menjadi inspirasi bagi banyak calon pengusaha yang ingin memulai bisnis dengan modal terbatas namun memiliki semangat dan tekad yang kuat untuk sukses.
Alim juga memberikan tips bagi mereka yang ingin terjun ke bisnis kuliner. Menurutnya, penting untuk memilih produk yang familiar dan sering dikonsumsi oleh masyarakat.
"Jangan terlalu aneh. Produk yang sudah familiar seperti kopi susu atau jus lebih aman dan kemungkinan untuk dibeli berkali-kali lebih tinggi," jelasnya.
Untuk anak muda yang ingin memulai bisnis, Alim membagikan tips sederhana berdasarkan pengalamannya sendiri.
Menurutnya, penting untuk memiliki strategi yang efisien dalam mengelola bisnis, meskipun tidak ada jalan pintas yang instan.
Dia menekankan pentingnya memperluas lingkaran pertemanan dengan orang-orang yang memiliki pengalaman dalam berbisnis atau menjadi mentor.
Hal ini memungkinkan untuk berbagi masalah, mencari solusi, dan mendapatkan inspirasi dari pengalaman mereka.
"Coba perluas circle teman-teman yang pelaku bisnis. Ketika ada masalah, kita bisa langsung tanya dan mendapatkan solusi dari mereka yang sudah berpengalaman," sarannya.
Reporter Magang: Nur Pangesti