Harga karet anjlok, Indonesia dekati Malaysia dan Thailand
Indonesia merupakan negara penyuplai terbesar ke-2 di dunia setelah Thailand.
Kementerian Perdagangan membentuk task force karet nasional (TKFN) guna mengatasi anjloknya harga karet dunia. Pembentukan TFKN merupakan hasil kesepakatan di Bali untuk mengatasi anjloknya harga karet dunia dan antisipasi perdagangan bebas regional dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Untuk menstabilkan harga karet dunia, pemerintah melakukan diplomasi pada organisasi karet internasional seperti International Tripartite Rubber Council (ITRC) dan International Rubber Consortium (IRCo), serta mengadakan pembicaraan pada negara-negara produsen utama karet dunia seperti Thailand dan Malaysia.
-
Di mana cecak diburu untuk ekspor? Mereka bisa ditangkap untuk dijadikan hewan peliharaan atau konsumsi, kata Dr Satyawan Pudyatmoko, direktur jenderal konservasi sumber daya alam dan ekosistem di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
-
Bagaimana cara warga kampung memproses cecak untuk ekspor? "Warga kampung membantu menangkap, mengumpulkan, memilah berdasarkan ukuran, mengeringkan dan akhirnya dikemas," kata Satyawan.
-
Apa yang membuat sepak bola menjadi mimpi yang diwujudkan? Sepak bola adalah mimpi yang dibuat nyata melalui kerja keras dan semangat.
-
Apa yang menjadi komoditi utama ekspor Kerajaan Demak? Ia menulis komoditi utama yang menjadi ekspor Kerajaan Demak adalah beras dan bahan-bahan makanan lainnya.
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Apa yang dimaksud dengan empon-empon? Empon-empon adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada akar dari berbagai jenis tanaman obat. Istilah ini juga biasanya digunakan untuk menyebut ramuan seduhan dari minuman hangat dengan bahan akar dan tanaman herbal.
"Kami menjalin kerja sama dengan negara-negara produsen utama karet dunia untuk menjaga keseimbangan supply dan demand karet alam dunia, serta menstabilkan harga karet internasional pada tingkat yang remuneratif bagi petani," ujar Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Partogi Pangaribuan melalui keterangan tertulis yang diterima merdeka.com, Selasa (26/8).
Kerja sama internasional, diharapkan bisa emerging rubber producing countries di tingkat ASEAN seperti Vietnam, Laos, dan Kamboja melalui rencana pembentukan ASEAN Rubber Committee sebagai salah satu perwujudan nyata dari ASEAN Economic Community.
Dia memaparkan masalah utama yang melilit industri perkaretan nasional, terutama masih rendahnya mutu Bahan Olah Karet (Bokar). Selain itu, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai terhadap produk pertanian yang dipandang merugikan petani kecil juga menjadi topik pembicaraan.
Ketua Umum GAPKINDO Daud Husni Bastari mengaku sedang menghadapi tantangan berat dengan terus menurun harga karet hingga di kisaran USD 1,66 per kilogram. Padahal, perkebunan karet alam ini menyerap lebih dari 2 juta petani kecil. "Demi mereka kita harus perjuangkan bersama-sama," kata Daud.
Berdasarkan data kementerian Perdagangan, sektor karet alam menyumbang 4,61persen dari total ekspor nonmigas Indonesia pada 2013 (USD 149,92 miliar). Pada saat ini, karet merupakan salah satu komoditas andalan ekspor utama Indonesia.
Indonesia merupakan negara penyuplai terbesar ke-2 di dunia setelah Thailand. Pada 2013, produksi karet alam mencapai 3,2 juta ton dengan jumlah sekitar 16 persen (0,5 juta ton) teralokasikan untuk pemenuhan kebutuhan domestik dan 84 persen di ekspor (2,7 juta ton). Volume ekspor karet pada 2013 mencapai 2,7 juta ton dengan nilai USD 6,91 miliar.
Dibandingkan tahun 2012, angka tersebut menunjukkan peningkatan volume ekspor sebesar 260 ribu ton (10,7 persen) dari sebelumnya 2,44 juta ton dan penurunan nilai ekspor sebesar USD 0,95 miliar (12,1 persen) dari sebelumnya USD 7,86 miliar.
Negara tujuan utama ekspor karet pada 2013 adalah Amerika Serikat dengan volume mencapai 609,8 ribu ton (22,6 persen), diikuti China dan Jepang yang masing-masing sebesar 511,7 ribu ton (18,9 persen) dan 425,9 ribu ton (15,8 persen).
(mdk/arr)