Harga Nikel Terancam Janji Trump Cabut Mandat Kendaraan Listrik
Trump terus melontarkan janji-janji untuk membatalkan sebagian besar upaya Joe Biden dalam melawan perubahan iklim.
Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mencermati pernyataan Calon Presiden (Capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump yang bakal membatalkan mandatori kendaraan listrik pemerintahan Joe Biden.
- Kebijakan Donald Trump Bakal Buat Biaya Hidup di Amerika Serikat Melonjak Tajam
- Menang Pilpres AS, Donald Trump Masih Terjerat Sederet Kasus Hukum, Ini Daftarnya
- Kemenangan Trump Picu Perang Dagang Hebat, Ekonomi Dunia di Ujung Tanduk
- Soal Harga Beras, Jokowi: Jangan Tanya Saya, Lihat Saja Langsung di Lapangan Sudah Turun
Sekretaris Jenderal APNI Meidy Katrin Lengkey mengungkapkan, janji Donald Trump terhadap kendaraan listrik tersebut bakal sangat berdampak pada harga nikel.
"Ini akan berdampak nih, yakin berdampak banget. Kita enggak bisa prediksi ya (seberapa jauh harga nikel akan anjlok), karena ini kan konsumsi dunia. Tapi yang pasti akan menurun," ujar Meidy saat ditemuin di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (22/7).
Menurut dia, Trump yang juga seorang pengusaha pasti memperhitungkan manfaat ekonomi dari pengembangan EV untuk Negeri Paman Sam.
Meskipun, ia memandang mantan Presiden AS 2017-2021 juga tak akan serta merta abai terhadap potensi industri itu.
"Kalau saya melihat secara pribadi, Trump itu pengusaha loh. Artinya kan dia akan memikirkan cuan untuk negaranya. Nah kalau kondisi EV ini hanya tidak memberikan benefit untuk negaranya, untuk apa?" ungkapnya.
Namun, dia menuturkan, ada kemungkinan Trump masih akan berpikir secara perlahan. Dengan pertimbangan, Amerika juga akan membutuhkan industri nikel.
"Kita belum siap. Tapi dengan ke depannya, dia akan pasti ngikut. Green energy mau enggak mau wajib," kata Meidy.
Dalam hal ini, ia menyoroti potensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, negara mitra utama dagang Indonesia. Meidy berharap pemerintah turut melirik potensi kerjasama dengan mitra strategis lain.
"Perang dagang antara Amerika sama China, kita berharap mereka yang perang, kita saat ini juga jangan cuma menggandeng China. Kita harus menggandeng negara lain, contoh misalnya Eropa, Australia, Asia yang lain juga masih banyak," tuturnya.
Donald Trump sendiri telah berjanji untuk membatalkan puluhan peraturan dan kebijakan terkait upaya afirmatif pemerintahan Joe Biden terhadap perubahan iklim, termasuk aturan emisi dan promosi kendaraan listrik.
Pernyataan itu digaungkan Trump pada sebuah pertemuan dengan para eksekutif perusahaan minyak AS beberapa waktu lalu.
Trump berjanji akan meruntuhkan aturan emisi kendaraan bermotor Presiden Joe Biden yang mempromosikan kendaraan listrik dan menghentikan pembekuan izin ekspor gas alam cair (liquefied natural gas).
Pada pertemuan itu pula, Trump mengatakan kepada para kepala eksekutif bahwa pemberian USD 1 miliar kepadanya menjadi simbol persetujuan akan tekad Trump menggagalkan langkah afirmatif pada perubahan iklim tadi.
Menjelang pemilu AS pada 5 November 2024, Trump terus melontarkan janji-janji untuk membatalkan sebagian besar upaya Joe Biden dalam melawan perubahan iklim.