Hati-Hati, Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bakal Gerus Penerimaan Negara Tahun Depan
Kusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
Diversifikasi ekspor menjadi krusial untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi mata uang asing.
Hati-Hati, Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bakal Gerus Penerimaan Negara Tahun Depan
Hati-Hati, Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bakal Gerus Penerimaan Negara Tahun Depan
- Kasus Penipuan Investasi Fiktif Rp6,2 Miliar Bunga Zainal Naik Penyidikan
- Ini Sumbangsih Industri Hulu Migas untuk Ketahanan Energi, Sedot Investasi Rp206 Triliun dan Sediakan 150.000 Lapangn Kerja
- Pemerintah Tetapkan 233 Proyek Strategis Nasional Senilai Rp6.246 Triliun, Serap 2,7 Juta Tenaga Kerja
- Hati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Analis ekonomi politik dari FINE Institute, Kusfiardi menyebut bahwa pelemahan nilai tukar Rupiah berpotensi mengurangi penerimaan negara dari sektor ekspor. Sehingga dapat berdampak signifikan terhadap arus pendapatan dan belanja negara tahun depan.
"Meskipun harga komoditas ekspor seperti minyak dan batu bara menunjukkan peningkatan, keuntungan dalam Rupiah yang diterima pemerintah dapat tergerus," kata Kusfiardi dikutip dari Antara.
Menurut dia, diversifikasi ekspor menjadi krusial untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi mata uang asing.
"Dengan nilai tukar Rupiah yang melemah secara drastis seperti ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional," ujarnya.
Di sisi lain, biaya impor barang dan jasa akan meningkat dalam rupiah akibat nilai tukar yang rendah sehingga dapat meningkatkan tekanan inflasi dan menurunkan daya beli domestik.
Kusfiardi menekankan perlunya kebijakan fiskal yang hati-hati dan proaktif, termasuk dalam pengelolaan investasi infrastruktur yang strategis.
"Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang hati-hati dan proaktif dalam menghadapi tantangan ini," ujarnya.
Kebijakan intervensi pasar valuta asing, penyesuaian kebijakan suku bunga oleh Bank Indonesia, serta peningkatan dalam kebijakan impor akan menjadi krusial.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang dan memastikan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 tetap berkelanjutan.
Dia juga menegaskan bahwa ketidakpastian ekonomi global, termasuk kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, turut mempengaruhi pelemahan nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi kebijakan ekonomi yang kuat dan responsif dari pemerintah Indonesia.
"Dalam menghadapi ketidakpastian ini, kehati-hatian dalam mengelola kebijakan fiskal dan moneter sangatlah penting. Indonesia perlu terus memantau dinamika pasar global dan melakukan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi ekonomi domestik," tuturnya.
Di tengah situasi ini, langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menentukan arah pembangunan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
"Keberhasilan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional akan menjadi kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat total ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai USD 22,33 miliar, di mana terjadi penguatan di seluruh sektor.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut, nilai ekspor ini naik 13,82 persen dibanding April 2024 (MoM) dan naik 2,86 persen dibanding Mei tahun sebelumnya (YoY).
Peningkatan ekspor Mei 2024 disumbang naiknya ekspor nonmigas sebesar 14,46 persen dan sektor migas sebesar 5,12 persen dibandingkan April 2024 (MoM).
"Capaian ekspor Mei 2024 mendukung surplus perdagangan sebesar USD 2,93 miliar. Nilai surplus ini lebih baik dibanding surplus April 2024 sebesar USD 2,72 miliar dan Mei 2023 sebesar USD 0,43 miliar ," ujar Zulkifl.