Indonesia Butuh 1,5 Juta Ton Baja per Tahun
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari mengatakan, setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 1,5 juta ton baja lapis zinc aluminium untuk pembangunan perumahan ataupun infrastruktur di Indonesia.
Pemerintah terus memasifkan pembangunan sejuta rumah di Indonesia. Pembangunan tersebutpun membutuhkan cukup banyak material berkualitas, salah satunya adalah baja lapis aluminium seng (BJLAS) sebagai bahan baku dari profil baja ringan dan juga atap metal.
Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian, Dini Hanggandari mengatakan, setiap tahunnya dibutuhkan sekitar 1,5 juta ton baja lapis zinc aluminium untuk pembangunan perumahan ataupun infrastruktur di Indonesia.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Apa yang ditemukan di Kawasan Industri Batang? Pada tahun 2019, seorang arkeolog asal Prancis bernama Veronique de Groot menemukan sebuah situs diduga candi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang di Desa Sawangan, Kecamatan Gringsing, Batang.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
-
Siapa yang berperan dalam mendorong inovasi dan industri berkelanjutan? Mendorong inovasi dan industri berkelanjutan dapat menciptakan peluang bisnis baru.
-
Mengapa Desa Kemudo memutuskan untuk mengelola limbah industri? Agar bisa bermanfaat, pihak desa kemudian mengolahnya menjadi kerajinan meubel yang cantik dan mampu diserap pasar.
-
Kapan Kerajinan Lak mulai diproduksi? Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kerajinan Lak lahir saat masa Dinasti Ming.
"Seperti kita ketahui, sebenarnya untuk pembangunan perumahan kita masih memerlukan BJLAS untuk infrastruktur itu kita masih butuh banyak baja ringan tersebut," ujar Dini di Kawasan Industri Delta Silicon, Lippo Cikarang, Bekasi, Rabu (9/10).
"Seperti minggu lalu kita sudah kumpul antara produsen dari baja lapis dan former. Former itu yang baja rangka atap baja ringan, dan genteng atap metal. Itu diperlukan 1,5 juta ton per tahun," sambungnya.
Dini menjelaskan, kebutuhan BJLAS setiap tahunnya belum dapat dipenuhi produsen dalam negeri. Dia mengatakan, suplai dari 5 produsen BJLAS di Indonesia, yang semuanya tergabung dalam IZASI (Indonesia Zinc Aluminum Steel Industries), baru mencapai sekitar 1,275 ton per tahun.
"Jumlah itu sendiri, sudah termasuk dengan hasil produksi dari pabrik continuous line PT. Tata Metal Lestari yang baru resmi beroperasi hari ini," kata Dini.
Oleh karena itu Dini berharap peresmian pabrik baru PT Tata Metal Lestari yang merupakan perluasan usaha Tatalogam Group, mampu memproduksi produk-produk genteng metal dan baja ringan yang menjadi bahan baku industri roll forming.
"Jadi kita harapkan dengan Tata Metal Lestari ini inves di sini itu kan sudah termasuk hitungan kami yang 1,275 ton yang bisa disuplai di Indonesia. Kita harapkan ini akan terus berlangsung jadi memang Tata Logam yang roll formernya dan investasi lebih ke hulu dengan bahan baku dari Tata Metal Lestari. Kita harapkan semuanya terintegrasi. Ibaratnya pendalaman struktur lah seperti itu," jelasnya.
Pabrik Tata Metal Lestari sendiri dibangun dengan total investasi sebesar 1.5 Triliun dan kapasitas produksi sebesar 225.000 ton per tahun. Dengan adanya pabrik ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pasokan baja lapis di dalam negeri dan pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Indonesia.
Pabrik continous coating line PT. Tata Metal beroperasi dengan mesin yang canggih dan modern. Berstandar industri 4.0. Mesin produksi PT Tata Metal Lestari beroperasi secara otomatis, berbasis teknologi DNA (Device, Network, Application).
Teknologi ini menjamin tingkat akurasi, kecepatan dan standar yang konsisten bagi semua produk yang dihasilkannya. Berbeda dengan pabrik sejenis lainnya, mesin PT. Tata Metal Lestari mampu memproduksi hingga ketebalan 2,5 mm.
CFO PT Tata Metal Lestari, Wulani Wihardjono, mengatakan, pabrik yang baru resmi beroperasi ini memproduksi baja anti karat. Dia berharap, dengan teknologi dan mesin yang baru di pabrik tersebut, selalu membawa perbaikan-perbaikan untuk produk itu sendiri.
"Harapannya bahwa Indonesia bebas dari semua barang-barang (baja) yang berkarat. Jadi nantinya kita tidak melihat adanya baja-baja yang berkarat walaupun itu padat, semuanya. Sehingga berdampak pada produk yang awet dan juga aman dan tidak melukai (pengguna). Untuk produk baja itu sendiri jadi lebih awet bisa tahan 5-10 tahun," paparnya.
Selain itu, pendirian pabrik Tata Metal ini juga diharapkan bakal mampu menjadi bagian dari rantai pasok dalam negeri bahkan tingkat ASEAN, serta memberikan efek ganda bagi perekonomian Indonesia melalui peningkatan terhadap nilai tambah dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan negara dari ekspor.
Baca juga:
Dorong Produksi Baja Lokal, Tata Metal Lestari Bangun Pabrik Rp1,5 T di Cikarang
Pengusaha Minta Pemerintah Tegas Tangani Gempuran Baja Impor
Berkenalan dengan Lakshmi Mittal, Orang Terkaya Dunia Memulai Bisnis di Jawa Timur
Pengusaha: Industri Baja Dalam Negeri Cuma Dapat Pasar 37 Persen, Sisanya Impor China
Pengusaha Dalam Negeri Meradang Akibat Serangan Baja Impor China
Infrastruktur RI Terus Digenjot, Tapi Serapan Baja Masih Rendah