Jual Produk Kualitas Buruk, Aplikasi Temu dan AliExpress Ditinggalkan Masyarakat Korea
Strategi khas China ini tidak akan bertahan lama kecuali produk mereka memenuhi standar ketat.
Strategi khas China ini tidak akan bertahan lama kecuali produk mereka memenuhi standar ketat.
- Aplikasi Temu dari China Bikin Resah Eropa, Dikhawatirkan Jual Barang Ilegal
- Marak Aplikasi Jastip Produk dari China, Barang Tak Kena Pajak dan Dijual Murah
- Pejabat Korea Temukan Banyak Produk Mengandung Zat Berbahaya yang Dijual di E-Commerce China
- Aplikasi Temu dan AliExpress Dimusuhi Masyarakat Korea, Ternyata Ini Penyebabnya
Jual Produk Kualitas Buruk, Aplikasi Temu dan AliExpress Ditinggalkan Masyarakat Korea
Dua aplikasi asal China AliExpress dan Temu mengalami tren menurun di pasar Korea.
Berdasarkan data Kementerian Industri Korea, rendahnya kualitas barang atau produk yang dijual pada aplikasi tersebut menjadi alasan utama tren aplikasi tersebut turun.
Data Mobile Index yang dilansir The Korea Times menunjukkan jumlah pengguna aktif AliExpress terus menurun pada bulan April dan Mei.
Pada Maret, angkanya mencapai 6,94 juta tetapi turun menjadi 6,31 juta pada bulan Mei, atau turun 9 persen.
Demikian pula, pengguna aktif Temu turun sebesar 450.000 menjadi 6,48 juta pada bulan Mei dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Kedua operator platform belanja daring China tersebut melakukan terobosan agresif ke pasar Korea dengan strategi harga yang sangat rendah hingga kuartal pertama.
Namun, momentum mereka dengan cepat mereda setelah reaksi publik yang signifikan atas penjualan produk yang mengandung zat karsinogenik.
Seorang pelanggan AliExpress mengatakan bahwa ia memilih untuk tidak menggunakan platform belanja China tersebut karena masalah keamanan.
“Sama seperti kebanyakan pelanggan lainnya, saya juga tertarik dengan harga mereka yang sangat rendah awal tahun ini,” kata pelanggan yang ingin diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya, Kim.
"Tetapi setelah membaca laporan tentang mereka yang menjual produk tersebut, saya tidak menggunakannya lagi. Kesehatan saya jauh lebih berarti daripada menghemat biaya.”
Data tambahan dari BC Card menunjukkan bahwa perusahaan e-commerce China telah mengalami penurunan penjualan selama beberapa bulan terakhir.
Penjualan gabungan turun sebesar 0,8 persen pada bulan Mei dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan tersebut lebih terasa pada bulan April, dengan penurunan tajam sebesar 40,2 persen dari bulan sebelumnya.
Seorang pejabat di sebuah perusahaan ritel besar mengaitkan tren ini dengan melemahnya reputasi merek perusahaan-perusahaan China.
"Pembeli Korea sangat selektif saat membeli barang," kata pejabat tersebut.
"Bahkan jika pelaku e-commerce China tumbuh dengan sangat kuat melalui daya saing harga yang tak tertandingi, strategi ini tidak akan lama kecuali produk mereka memenuhi standar ketat yang diharapkan oleh pelanggan lokal. Keterlibatan apa pun dalam kontroversi akan merusak citra merek mereka secara serius."
Namun, pejabat tersebut juga mengakui bahwa AliExpress dan Temu tetap menjadi ancaman signifikan bagi para pesaing Korea, karena mereka secara aktif mengatasi kelemahan mereka dengan meningkatkan investasi di pasar lokal.
AliExpress, misalnya, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menginvestasikan USD1,1 miliar atau sekitar Rp18 triliun (kurs Rp16.376 per dolar Amerika Serikat) selama tiga tahun ke depan untuk membangun pusat logistik dan meningkatkan langkah-langkah perlindungan pelanggan.
Investasi tersebut dimaksudkan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang disebabkan oleh layanan pengiriman yang lambat.
Menurut survei terbaru oleh Kamar Dagang dan Industri Korea, lebih dari 80 persen dari 800 pelanggan melaporkan mengalami ketidaknyamanan dan ketidakpuasan dengan platform belanja China, dengan menyebutkan masalah-masalah seperti keterlambatan pengiriman dan kualitas produk yang buruk.