Laju Rupiah diperkirakan masih enggan beranjak dari zona merah
"Laju Rupiah di bawah target resisten 14.380. Rp 14.385-14.365 (kurs tengah BI)," ujar Analis Reza Priyambada.
Pergerakan nilai tukar Rupiah hari ini berpotensi melanjutkan pelemahan. Ini karena belum adanya sentimen positif untuk menggenjot laju Rupiah.
"Laju Rupiah di bawah target resisten 14.380. Rp 14.385-14.365 (kurs tengah BI)," ujar Analis NH Korindo Securities, Reza Priyambada di Jakarta, Rabu (16/9).
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
Menurutnya, Rupiah tampaknya masih nyaman berada di zona merah. Kian dekatnya rilis RDG-BI dan FOMC meeting membuat volatilitas USD kian meningkat dan bergerak naik.
"Imbasnya tentu ke nilai tukar Rupiah yang kian bergerak melemah," jelas dia.
Apalagi dari dalam negeri telah dirilis data neraca perdagangan, namun, tampaknya tidak terlalu mendapat respon positif pelaku pasar.
Tak ketinggalan, berita terkait pertumbuhan kredit di China, Brasil, dan Turki yang mengkhawatirkan dan laporan dari Bank for International Settlement bahwa perbankan negara berkembang lebih rentan terhadap krisis memberikan tekanan pada sejumlah laju mata uang Asia, termasuk Rupiah.