Maskapai Malaysia Setop Operasi Secara Mendadak, 5.000 Penumpang Terlantar
Kesulitan keuangan yang menerpa maskapai tersebut setelah CEO perusahaan Rayner Teo mengajukan pengunduran dirinya minggu lalu.
Kesulitan keuangan yang menerpa MYAirline terjadi setelah CEO maskapai tersebut Rayner Teo mengajukan pengunduran dirinya minggu lalu, dengan alasan kesehatan.
Maskapai Malaysia Setop Operasi Secara Mendadak, 5.000 Penumpang Terlantar
Maskapai Malaysia Setop Operasi Secara Mendadak, 5.000 Penumpang Terlantar
Maskapai asal Malaysia, MYAirline menghentikan operasionalnya secara mendadak pada Kamis 12 Oktober 2023. Kondisi ini ditengarai MYAirline mengalami kesulitan finansial.
Mengutip malaymail, pihak dari maskapai MYAirline menyampaikan bahwa langkah ini merupakan keputusan yang amat sulit. Maskapai baru akan kembali beroperasi setelah ada restrukturisasi dan rekapitalisasi.
"Kami sangat menyesal dan meminta maaf atas keputusan ini yang berdampak terhadap penumpang setiap kami, dan pegawai serta rekan kerja yang berdedikasi terhadap maskapai,” mengutip keterangan perusahaan.
Keputusan MYAirline yang menghentikan operasional secara mendadak menuai kritik dari Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke. Dia meminta manajemen MYAirline untuk menemuinya dan menjabarkan masalah yang sedang dihadapi.
Meski sebelumnya, media lokal Malaysia melaporkan bahwa maskapai bertarif rendah tersebut diyakini akan segera mendapatkan investor baru, yang dimungkinkan datang dari putra Perdana Menteri Sarawak Tan Sri Abang Johari Tun Openg, Abang Abdillah Izzarim Abang Abdul Rahman Zohari.
Kesulitan keuangan yang menerpa MYAirline terjadi setelah CEO maskapai tersebut Rayner Teo mengajukan pengunduran dirinya minggu lalu, dengan alasan kesehatan.
Akibat keputusan maskapai yang berhenti beroperasi sementara secara mendadak, sekitar 5.000 penumpang terlantar. Sebanyak 39 penerbangan lokal dan satu penerbangan menuju Thailand dibatalkan.
Menteri Transportasi Loke bahkan mengatakan keputusan MYAirline sama sekali tidak bertanggung jawab. Selain dilakukan secara mendadak, pihak perusahaan juga tidak menginformasikan kondisi tersebut kepada kementerian terkait atau Komisi Penerbangan Malaysia.
"MYAirline tiba-tiba menghilang. Mereka berhenti beroperasi, tidak ada penerbangan dan petugas mereka tidak ada di sekitar bandar udara, meninggalkan penumpang yang benar-benar bingung," kata Loke.
Menurut Loke, MYAirline akan mempengaruhi citra negara karena beberapa dari mereka yang membeli tiket adalah wisatawan asing. Hingga Maret 2024, MYAirline bahkan sudah menjual 125.000 tiket dengan total transaksi sekitar Rp66 miliar.
Loke pun mengutarakan rasa simpatinya kepada para penumpang yang terkena dampak, dan mengatakan bahwa kementerian akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini.
merdeka.com
"Maskapai penerbangan tidak pernah mengatakan apa pun kepada kami. Bahkan tidak ada notifikasi. Kami akan melakukan segala yang mungkin untuk memastikan mereka yang terkena dampak mendapatkan pengembalian dana,” katanya.
Dia telah meminta Asosiasi Penerbangan Malaysia agar membentuk satuan tugas untuk menyelesaikan masalah ini dan menemukan metode terbaik, dan memastikan semua penumpang yang terkena dampak mendapatkan pengembalian uang mereka."Banyak dari mereka membeli tiket menggunakan kartu kredit, jadi kami mempertimbangkan kerja sama dengan Bank Negara Malaysia untuk melihat apakah mereka (bank) dapat melakukan pengembalian uang daripada harus menunggu maskapai penerbangan."