Mata Uang Iran Anjlok, Terburuk Sepanjang Sejarah
Sanksi berkepanjangan terhadap Iran, turut berkontribusi hancurnya mata uang Rial Iran.
Nilai mata uang Iran, Rial, anjlok tajam pada Sabtu (14/12). Penurunan ini bahkan mencapai titik terendah sepanjang masa terhadap dolar Amerika Serikat, di tengah ketidakpastian mengenai keterpilihan Donald Trump sebagai presiden.
Dilansir Reuters, semakin terpuruknya mata uang Iran juga dampak berkepanjangan dari ketegangan dengan Barat mengenai program nuklir Teheran.
- Ternyata, Ini Buat Kurs Rupiah Anjlok Hingga Sentuh Level Rp16.420 per USD
- Rupiah Anjlok Diduga Akibat Dampak Serangan Iran ke Israel, Ekonom Bongkar Fakta Lain
- Rupiah Anjlok ke Rp16.060 per USD, Airlangga: Masih Lebih Baik dari Korea hingga Jepang
- Akibat Serang Israel Pakai Rudal Balistik, Mata Uang Iran Anjlok ke Level 705.000 Rial per USD
Nilai tukar rial anjlok hingga 756.000 per dolar di pasar tidak resmi pada hari Sabtu, dibandingkan dengan 741.500 rial pada hari Jumat, menurut Bonbast.com. Sementara web bazar360.com mengatakan dolar dijual dengan harga sekitar 755.000 rial.
Menghadapi tingkat inflasi resmi sekitar 35 persen, warga Iran yang mencari tempat berlindung yang aman untuk tabungan mereka telah membeli dolar, mata uang keras lainnya, emas atau mata uang kripto, yang menunjukkan hambatan lebih lanjut untuk rial.
Nilai tukar dolar AS terhadap rial terus menguat sejak diperdagangkan sekitar 690.000 rial pada awal November di tengah kekhawatiran bahwa setelah dilantik pada Januari, Trump akan menerapkan kembali kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran dengan sanksi yang lebih keras dan memberi wewenang kepada Israel untuk menyerang lokasi nuklir Iran.
Mata uang Iran kembali merosot setelah dewan gubernur badan nuklir PBB IAEA meloloskan resolusi usulan Eropa terhadap Teheran yang meningkatkan risiko sanksi baru dan menyusul jatuhnya Presiden Suriah Bashar al Assad, sekutu lama Republik Islam.
Trump pada tahun 2018 mengingkari kesepakatan nuklir yang dibuat oleh pendahulunya Barack Obama pada tahun 2015 dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi AS terhadap Iran yang telah dilonggarkan. Kesepakatan tersebut telah membatasi kemampuan Iran untuk memperkaya uranium, sebuah proses yang dapat menghasilkan bahan fisil untuk senjata nuklir.
Rial Iran telah kehilangan lebih dari 90% nilainya sejak sanksi diberlakukan kembali pada tahun 2018.