Meneropong kondisi ekonomi China di 2016
Kejadian 2015 yang mungkin tidak akan terlupakan adalah soal kebijakan China mendevaluasi nilai tukar Yuan.
Dalam hitungan hari, dunia akan meninggalkan tahun 2015 dan menyongsong tahun baru 2016. Berbagai kejadian di 2015 mungkin tidak akan terlupakan, khususnya di sektor ekonomi.
Salah satu contoh adalah pergerakan pasar saham di China yang naik dan turun secara tajam. Bursa saham China naik tajam hingga pertengahan tahun, dan kemudian akhirnya merosot tajam karena kekhawatiran perlambatan ekonomi.
-
Bagaimana Cak Imin membandingkan pelayanan investasi di Indonesia dengan Cina? Menurut Cak Imin, pelayanan terhadap investasi di Indonesia masih jauh dari Cina. Kata ketua umum PKB ini, di Cina telah memberikan pelayanan yang memadai."Pelayanan yang diberikan kepada investasi jauh dari Tiongkok misalnya. Mereka betul-betul pelayanan yang memadai," ujarnya.
-
Bagaimana China berusaha menyaingi AS dalam persaingan ekonomi dan teknologi? Upaya itu dilakukan agar persaingan ekonomi dan teknologi di China dapat menyaningi AS. Bahkan, China memaksa produsen AS yang ada untuk pindah ke luar negeri.
-
Apa saja contoh kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Malaysia? Dalam bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi, Malaysia merupakan partner perdagangan terbesar kedua Indonesia, dengan jumlah investasi ke-5 di tahun 2022 di ASEAN.
-
Apa saja merek mobil China yang sudah hadir di Indonesia? Setelah kehadiran Wuling, DFSK, Chery, dan BYD di Indonesia, banyak merek mobil China lainnya yang dikabarkan akan menyusul untuk memasuki pasar otomotif Tanah Air.
-
Bagaimana cara mobil merek China menarik konsumen Indonesia? Kedatangan merek-merek baru ini memberikan alternatif pilihan bagi konsumen Indonesia dengan menawarkan harga yang bersaing, fitur-fitur canggih, dan desain yang menarik.
-
Apa yang ditemukan oleh ilmuwan di China? Ilmuwan menemukan fosil larva cacing yang hidup sekitar 500 juta tahun lalu.
Ekonomi China juga melemah sepanjang 2015, di mana dampaknya juga dirasakan langsung oleh Indonesia. Pertumbuhan PDB triwulanan China sempat menjadi terburuk sejak krisis keuangan.
Tidak hanya itu, kejadian 2015 yang mungkin tidak akan terlupakan adalah soal kebijakan China mendevaluasi nilai tukar Yuan. Kebijakan ini juga menghantam nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
Melihat kondisi 2015, ada beberapa hal yang harus diperhatikan soal ekonomi China 2016 mendatang. Berikut uraiannya seperti dilansir merdeka.com dari CNN, Selasa (22/12).
Pertumbuhan ekonomi China masih melemah
Era pertumbuhan ekonomi tinggi di China disebut sudah berlalu. Para ekonom memprediksi, pertumbuhan ekonomi China sepanjang 2015 hanya 6,8 persen dan masih akan terus melemah. Di 2016 mendatang, pertumbuhan ekonomi China diprediksi hanya 6,5 persen.
Angka ini jauh lebih rendah jika dibanding pertumbuhan ekonomi China di masa lalu yang mencapai dua digit. Namun, pemerintah dan beberapa ekonom China menyebut ekonomi mereka masih berada dalam jalur yang baik.
Pemerintah China mengatakan, negaranya membutuhkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5 persen dalam lima tahun ke depan untuk mencapai tujuan perekonomian USD 12 triliun di 2020. Target ini membuat ekonomi China lebih besar dua kali lipat dalam lima tahun mendatang.
Pemerintah China juga lebih mengandalkan sektor jasa untuk mencapai target ambisius tersebut, misalnya melalui pendidikan, pariwisata. Hal ini untuk menutupi aktivitas pabrik yang mulai menurun.
Kontribusi sektor jasa untuk ekonomi China saat ini mencapai 48 persen dari PDB, menurut BPS setempat.
Tak ada stimulus besar-besaran
Sepanjang 2015, pemerintah China terkesan sangat sedikit memberi stimulus untuk ekonominya. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan 'mini stimulus' seperti memotong suku bunga, menurunkan kewajiban kas minimum perbankan untuk mendorong pinjaman, mempercepat proyek infrastruktur dan serta membiarkan mata uang mereka melemah terhadap dolar Amerika (USD).
Pertemuan besar-besaran pemerintah China pada Maret 2016 mendatang menjadi tinjauan utama soal kebijakan ini. Namun, banyak ekonom yang pesimis kalau China akan mengeluarkan paket kebijakan stimulus besar-besaran.
"Kami berharap adanya peningkatan dukungan fiskal dan pinjaman untuk investasi infrastruktur, tetap tidak ada paket stimulus kebijakan besar-besaran," ucap ekonom UBS, Wang Tao.
Wang Tao memprediksi, China hanya akan menurunkan suku bunga dua kali pada 2016 mendatang.
Pergerakan pasar saham ekstrem
Pergerakan pasar saham China untuk tahun depan sangat sulit untuk diprediksi. Alasannya, pemerintah China saat ini mendorong investor asing untuk masuk menyaingi dominasi investor domestik.
Pemerintah China telah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengantisipasi pergerakan saham yang naik turun secara tajam. China mengadopsi aturan pemutus sirkuit yang pada dasarnya pemerintah menghentikan perdagangan selama 15 menit jika indeks utama bergerak naik atau turun 5 persen.
Regulator juga mempertimbangkan untuk mengubah beberapa aturan bagi perusahaan yang ingin melantai di bursa saham.
Kemudian ada juga rencana penggabungan busa saham Hong Kong dengan Shenzen pada tahun 2016 mendatang. Kebijakan ini memberikan keleluasaan pada investor untuk masuk dalam keduanya. Namun, para ahli mengatakan, China akan kembali membangun kepercayaan investor, baik dalam maupun luar negeri.
Pelemahan mata uang
Nilai tukar Yuan atau biasa dikenal renmimbi terhadap USD telah anjlok 5 persen sepanjang tahun ini. Para ahli memprediksi, nilai tukar Yuan ini masih akan terus anjlok di tahun depan sebagai cerminan lemahnya pertumbuhan ekonomi dan perdagangan China.
Salah satu ekonom mengatakan, nilai tukar Yuan bisa jatuh hingga 16 persen di 2016 mendatang (dari level saat ini).
Meski demikian, China telah berhasil memasukkan Yuan sebagai mata uang utama dunia. Pada November silam, China menerima persetujuan dari IMF memasukkan Yuan sebagai mata uang utama dunia mulai 1 Oktober 2016 mendatang.
Masuknya Yuan sebagai mata uang utama dunia akan menjadi sorotan. China sebenarnya berada dalam tekanan lebih besar yang memungkinkan kekuatan pasar memainkan peran lebih besar ketimbang intervensi pemerintah.
Sebagai antisipasi, pemerintah China telah mulai melacak nilai tukar Yuan terhadap mata uang dunia, tidak hanya USD.
Di seluruh dunia, Yuan akan semakin penting. Pada Oktober nanti, Yuan menjadi mata uang keempat dunia yang paling banyak digunakan untuk pembayaran transaksi internasional.