Mengenal Fenomena Urban Heat Island, Sebabkan Peningkatan Suhu Bumi dan Cara Mencegahnya
Sosialisasi bangunan dan rumah yang ramah lingkungan dengan indikator hemat energi dan rendah karbon sudah gencar dilakukan.
Menurut beberapa penelitian, fenomena ini merupakan salah satu sumber utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu bumi atau pemanasan global.
Mengenal Fenomena Urban Heat Island, Sebabkan Peningkatan Suhu Bumi dan Cara Mencegahnya
- Ternyata Ini Penyebab Terus Menurunnya Permukaan Tanah Jakarta, Terutama di Bagian Utara
- Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca, BUMN Semen Gunakan 559.625 Ton Sampah Jadi Bahan Bakar Subtitusi Batu Bara
- Penjelasan BMKG Penyebab Suhu Panas di Wilayah Sumbar
- Analisis BRIN soal Penyebab Muncul Banyak Siklon Tropis
Fenomena urban heat island terus meningkat seiring dengan terjadinya urbanisasi dan pertumbuhan kota.
Menurut beberapa penelitian, fenomena ini merupakan salah satu sumber utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu bumi atau pemanasan global.
Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasinya. Salah satunya dengan pemanfaatan perumahan prefabrikasi dan modular yang sudah menggunakan material bangunan eksterior dengan tingkat pantulan surya yang tinggi, terutama untuk penutup atap.
Di Indonesia, model rumah prefabrikasi atau modular ini sendiri telah berhasil diwujudkan berkat kolaborasi antara akademisi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), BeCool, dan Tatalogam Group.
Setelah menjalani tahap pengujian di laboratorium, bahan baku penutup atap dan penutup dinding ini memiliki daya pancar 0,90, reflektansi matahari hingga 72,1 persen, serapan matahari hingga 27,9 persen, dan Solar Reflectance Index (SRI) hingga ke 88.0.
Hal ini merupakan bukti bahwa bahan bangunan ini sanggup mencegah dampak urban heat island jika dipasangkan pada Rumah RAFLESIA.
"Semua kebutuhan material dan semua aksesori pendukung dibuat oleh mesin Tatalogam Group di pabrik berdasarkan perhitungan yang tepat sehingga pembangunannya lebih cepat, hemat biaya, dan yang paling penting, tidak meninggalkan limbah di lokasi konstruksi,” tambah Head of Government and Public Relations Tatalogam Group, Maharany Putri.
Rumah contoh yang telah dibangun di Desa Tipar, Parahyangan menjadi titik awal dari komunitas SBCC ini untuk mensosialisasikan pentingnya menghadirkan solusi dari efek urban heat island ini untuk Indonesia.
Oleh sebabnya, kegiatan tersebut berlanjut kepada studi banding ke negara tetangga yaitu Australia pada akhir April 2024 hingga awal Mei lalu.
Maharany menjelaskan, kedatangannya bersama dengan perwakilan dari Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian PUPR, dan akademisi dari UPI ke Australia dengan wadah SBCC adalah untuk mengadakan diskusi teknis awal dan berbagi (studi banding) di antara masing-masing delegasi tentang cara Pemerintah Negara Bagian Australia menetapkan kebijakan terhadap penggunaan material konstruksi terutama atap yang memiliki reflektifitas surya yang tinggi khususnya untuk perumahan.
Negara bagian yang didatangi adalah negara bagian Victoria dan New South Wales (NSW) beserta dua universitas ternama di kedua negara bagian tersebut yang terbiasa memberikan masukan teknis dari penyusunan dan pembaruan kebijakan-kebijakan, yaitu RMIT Melbourne dan University of New South Wales (UNSW).
Sosialisasi bangunan dan rumah yang ramah lingkungan dengan indikator hemat energi dan rendah karbon sudah gencar dilakukan di beberapa negara bagian di Australia, termasuk di negara bagian Victoria dan NSW.
Di tingkat pusat, Pemerintah Federal Australia menerbitkan kebijakan mengenai Sustainable Buildings (Gedung Berkelanjutan) yang kemudian diturunkan ke masing-masing negara bagian disesuaikan dengan keadaan dan kondisi fisik kota-kota didalamnya dan kesiapan masyarakatnya.
"Penyusunan kebijakan ini baik pusat maupun negara bagian dibantu oleh pemangku kepentingan kunci yaitu asosiasi industri, jasa konstruksi, komunitas berkelanjutan, gedung hijau council, akademisi, dan praktisi," ucap Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan, Direktorat Jenderal Perumahan, Kementerian PUPR, Edward Abdurrahman.