Menko Luhut bakal kembali ke Eropa lobi soal kampanye hitam kelapa sawit Indonesia
Selain itu, Menko Luhut juga menegaskan bahwa banyak rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari kelapa sawit. Jika diskriminasi terhadap sawit Indonesia terus berlanjut maka akan mengakibatkan angka kemiskinan bertambah.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan akan kembali terbang ke Eropa untuk melakukan diplomasi soal sawit Indonesia.
"Jadi, saya diperintahkan Presiden untuk pergi ke UE (Uni Eropa), untuk melakukan pertemuan terkait sawit. Kepentingan saya sih biodieselnya," kata Menko Luhut, dalam acara Afternoon Tea, di kantornya, Jumat (11/5).
-
Kenapa Kulat Pelawan mahal? Jika dijual, Kulat Pelawan amat mahal, harganya bisa mencapai jutaan rupiah per kilogram. Proses pertumbuhan jamur ini konon terbilang sulit, karena harus menunggu sambaran petir. Semakin jarang ditemukan, makin tinggi juga harganya di pasaran.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Kapan Gewa lahir? Mutia mengungkapkan bahwa anaknya yang lahir pada 28 Februari 2020 sudah semakin besar dan dapat memilih pakaian yang ingin dikenakannya.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pada pertemuan sebelumnya yang dihadiri oleh 20 orang perwakilan telah dibahas kampanye hitam yang menyerang sawit Indonesia tersebut. "Saya brifieng ke mereka. Kita tuh gak minta minta ke mereka. Kita mau ada perlakuan adil. Tidak boleh ada diskriminasi. Saya jelaskan, kami luas kelapa sawit itu 12 juta hektar dan ini sudah moratorium," ujarnya.
Terkait isu lingkungan hidup, Mantan Menko Polhukan tersebut menegaskan sudah memberi penjelasan yang jelas kepada Uni Eropa. "Kalau soal lingkungan, saya jelasin tuh gimana kita care sama lingkungan, pemulihan lahan. Juga soal human right. Kami disclosed human right kita selesaikan dengan baik," ujarnya.
Selain itu, Menko Luhut juga menegaskan bahwa banyak rakyat Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari kelapa sawit. Jika diskriminasi terhadap sawit Indonesia terus berlanjut maka akan mengakibatkan angka kemiskinan bertambah.
"Ada 17,5 juta orang yang kerja. Kalau kalian gak akomodasi ekspor, kami akan, ini akan berdampak pada kemiskinan. Padahal kemiskinan kita sudah turun. Gini ratio kita itu membaik karena kelapa sawit. Yang punya ini kan adalah negara berkembang. Kami menanam kelapa sawit ditanah yang memang sudah dipakai."
Menko Luhut mengungkapkan, UE tidak memahami besarnya Indonesia di mana perkebunan Kelapa Sawit tersebar di dua pulau besar yaitu Sumatera dan Kalimantan.
"Saya bilang, kemiskinan bisa terjadi di sumatera dan Kalimantan. Mereka paham kalau kita bukan Bahana Republic. Saya bilang ke UE ini mau gimana kalian mau retailed? Jangan taruh kami di kondisi yang sulit. Kita punya kelas menengah dan terus berkembang. Size ini kan di sini, akan banyak peluang pekerjaan. 2045 kami sudah bisa lebih baik loh ekonomi kami. Jadi, UE silakan buat kebijakan, tapi lu dateng dong ke Indonesia, lu lihat kita. Kita punya power kok untuk bisa bikin mereka repot. We are not begging you."
Baca juga:
Bertemu parlemen Uni Eropa, Wapres JK perjuangkan ekspor CPO Indonesia
Bertolak ke Vatikan, Menko Luhut perjuangkan nasib kelapa sawit RI
Jokowi resmikan replanting sawit di Riau, satu hektar dapat Rp 25 juta
Jokowi bakal resmikan penanaman kembali kelapa sawit di Riau
Menko Luhut: Posisi tawar kelapa sawit Indonesia di Uni Eropa semakin kuat