Modal Awal Cuma Rp200.000, Pemuda Ini Sukses Jadi Juragan Kambing Hingga Ekspor ke Malaysia
Di sisi lain, Alwi cukup khawatir dengan kondisi peternakan domba dan kambing di Indonesia yang sebagian pemainnya adalah kalangan orang tua.
Alwi bercerita, bisnis domba kambing bisa membuatnya menjadi seorang pengusaha sukses dan dikenal sebagai juragan kambing di Indonesia. Padahal, awalnya dia terjun di bisnis domba kambing hanya bermodalkan Rp200.000.
Modal Awal Cuma Rp200.000, Pemuda Ini Sukses Jadi Juragan Kambing Hingga Ekspor ke Malaysia
Modal Awal Cuma Rp200.000, Pemuda Ini Sukses Jadi Juragan Kambing Hingga Ekspor ke Malaysia
- Modal Tak Sampai Rp100 Ribu, Teteh di Bogor Sukses Raup Rp1 Juta per Hari dari Jualan Cireng Pinggir Jalan
- Modal 3 Ekor Sapi, Peternak Ini Sukses Raup Cuan Puluhan Juta Rupiah per Bulan
- Modal Rp100 Ribu, Asep Kini Jadi Juragan Ekspor Kelinci
- Modal Awal Cuma Rp10 Ribu, Ibu ini Sukses Jualan Rempeyek Hingga Bisa Beli Dua Rumah Mewah
Kambing dan domba selama ini identik dengan tingkat bau yang tinggi. Namun siapa sangka, selain bau dari segi fisiknya, domba dan kambing ternyata sangat harum dari segi bisnis. Inilah yang diakui seorang peternak domba kambing muda asal Bogor, Mahir Alwi.
Alwi bercerita, bisnis domba kambing bisa membuatnya menjadi seorang pengusaha sukses dan dikenal sebagai juragan kambing di Indonesia. Padahal, awalnya dia terjun di bisnis domba kambing hanya bermodalkan Rp200.000.
Saat masih sekolah di bangku SMP di Pasuruan, Jawa Timur, pria kelahiran 1980-an ini mulai berjualan daging dari rumah ke rumah. Dia belanja kambing di pasar dan memotongnya untuk dijual eceran.
Perlahan, dia mengajak seorang temannya, Abdullah yang hampir putus sekolah karena tidak ada biaya. Alwi mengajak Abdullah sebagai rekan dagang. Duet dua bocah SMP ini cukup berkembang dalam berjualan daging. Hingga keduanya memiliki toko daging saat beranjak ke SMA.
Merasa bisnis dagingnya terus berkembang, Alwi berencana mengepakan sayap bisnisnya menjadi seorang peternak.
Ide itu sempat dipatahkan oleh Abdullah lantaran penjualan daging kambing terus meningkat sehingga merasa tidak perlu lagi untuk menjadi peternak.
"Tapi saya akhirnya pecah kongsi. Teman saya tetap bisnis daging kambing sementara saya mulai terjun menjadi peternak. Saat itu modal yang saya punya sekitar Rp15 juta," paparnya.
Titik balik Alwi menjadi seorang peternak domba dan kambing sukses mulai terlihat. Dia terus mencari tahu bagaimana cara beternak dan memasarkan kambing yang baik dan benar.
Singkat cerita, dia mulai banyak memasok domba dan kambing ke pemerintah untuk program bantuan sosial sekitar tahun 2003. Kemudian berlanjut menerima tawaran ekspor ke Malaysia hingga ratusan ekor dengan nilai ratusan juta.
"Di sinilah tantangan bisnis saya diuji. Ternyata saya kena tipu ratusan juta saat ekspor kambing ke Malaysia. Buyer hingga saat ini tidak membayar. Saya rugi banyak hingga berhutang ke sana ke mari," paparnya.
Alwi sadar, jatuh bangun dalam berbisnis adalah hal biasa. Dia mulai kembali bangkit dan menata kembali bisnis domba kambingnya dengan evaluasi yang matang.
Perlahan, dia kembali mendapat proyek ekspor ke Malaysia dengan pembeli yang jelas. Di sinilah usahanya terus tumbuh dan berkembang hingga memutuskan untuk serius membesarkan kandangnya di Kampung Kawungluwuk, Cijeruk, Kabupaten Bogor dengan luas lahan 42 hektare.
Di sisi lain, Alwi cukup khawatir dengan kondisi peternakan domba dan kambing di Indonesia yang sebagian pemainnya adalah kalangan orang tua.
Dia ingin ada regenerasi peternak kambing yang berasal dari kalangan pemuda.
"Orang selama ini menganggap beternak kambing gak keren, kampungan, bau. Padahal kalau mau serius usaha peternakan kambing ini ‘harum’ sekali," paparnya.
Dia menuturkan untuk memulai bisnis peternakan kambing tidak perlu dengan modal besar. Untuk memulai dari modal kecil, bisnis peternakan domba kambing bisa dengan kocek Rp5 juta. Modal tersebut bisa dibelikan kambing bakalan seharga Rp500.000 hingga Rp700.000 dengan kandang 1,5 x 3,5 meter.
Kambing bakalan tersebut dalam satu tahun sudah siap dijual untuk kebutuhan akikah, kurban hingga kebutuhan konsumsi dan pedagang sate.
"Hanya saja yang perlu serius dari bisnis peternakan kambing adalah pakan. Kita harus sudah melek teknologi. Jangan terus hewan ternak domba kambing dikasih pakan rumput tiap hari. Tapi harus ada pakan lain," ujarnya.
Idealnya, pakan untuk kambing antara lain serat yang terdiri dari rumput, limbah daun kacang ijo, limbah sayur dan juga protein, karbohidrat dan gizinya. Tak lupa juga untuk memberikan obat cacing untuk menghindari ternak dari sakit.
Jika kambing bisa hidup sehat dan terus berkembang biak, maka keuntungan beternak semakin berkembang dan bisnis terus akan tumbuh.
Pangsa pasar domba kambing, kata Alwi tak akan pernah habis seiring kebutuhan konsumsi daging domba kambing tak pernah berhenti.
Misalnya, setiap tahun ada Idul Adha yang tentu orang-orang berkurban hewan ternak salah satunya kambing atau domba. Begitu juga akikah dan konsumsi harian masyarakat.
Namun, selain mengembangkan bisnis, Alwi juga terketuk hatinya untuk membenahi tata laksana kurban di Indonesia yang selama ini dinilai kurang sesuai ajaran.
Selama ini, dia menilai masih banyak masyarakat Indonesia yang menyembelih kurban tidak sesuai seperti menyembelih di masjid, menyembelih hewan kurban di depan kewan lainnya hingga menyembeli di bawah galian tanah.