Nasib Tak Ada yang Tahu, Anak Tukang Kayu dan Miskin Sukses Jadi Salah Satu Orang Terkaya Dunia
Nasib Tak Ada yang Tahu, Anak Tukang Kayu dan Miskin Sukses Jadi Salah Satu Orang Terkaya Dunia
Dia adalah Rocco Commisso, anak tukang kayu miskin yang pernah memiliki total harta senilai USD 4,3 miliar atau Rp69,6 triliun.
Nasib Tak Ada yang Tahu, Anak Tukang Kayu dan Miskin Sukses Jadi Salah Satu Orang Terkaya Dunia
Nasib Tak Ada yang Tahu, Anak Tukang Kayu dan Miskin Sukses Jadi Salah Satu Orang Terkaya Dunia
- Patut Ditiru, Ini 8 Nasihat dari Orang Terkaya Dunia agar Cepat Sukses
- Kisah Anak Nelayan Bangun Kerajaan Bisnis dari Nol, Jualan Cacing sejak SMP Kini Punya Banyak Toko Besi hingga Kapal Laut
- Dunia Memang Keras, Anak Usia 13 Tahun Jualan Bakso Keliling Dapat Komisi Segini Jika Dagangannya Habis
- Punya Anak Terkenal dan Kaya Raya, Begini Sederhananya Ayah Ibu Lesti Kejora Makan Menu Kampung tapi Nikmat
Seorang anak tukang kayu yang masa kecilnya harus merasakan hidup miskin, kini bisa menjadi pengusaha sukses dan masuk ke jajaran miliuner terkaya di dunia.
Melihat fakta ini, jangan pernah meremehkan seseorang dari asal usulnya.
Dia adalah Rocco Commisso, anak tukang kayu miskin yang pernah memiliki total harta senilai USD 4,3 miliar atau Rp69,6 triliun.
Forbes menulis beberapa tahun lalu, ayah dari pria berusia 68 tahun ini merupakan tukang kayu dengan penghasilan sangat rendah. Ayah, kakak, dan dirinya pindah dari Italia ke Amerika Serikat (AS) saat dirinya baru berusia 12 tahun.
Setelah pindah ke AS, dia kesulitan berkomunikasi karena sama sekali tak bisa berbahasa Inggris. Namun New York City memberinya keberuntungan baik. Dia melihat kompetisi bakat tak lama tiba di kota tersebut.
Commisso muda lantas mendaftar sebagai pemain akordeon solo dan memenangkan kompetisi bakat tersebut. Bakatnya juga mencuri perhatian dari manajer Wakefield yang menulis surat ke sekolah katolik lokal untuk menerima Commisso sebagai muridnya.
"Saya menjadi satu-satunya anak yang berhasil masuk ke sekolah tersebut tanpa tes," kisahnya.
Tetap saja, Commisso harus bekerja selama 40 jam per minggu demi mencari uang guna membayar biaya sekolahnya.
Keberuntungan baik lagi-lagi berpihak kepadanya saat hendak mendaftar kuliah. Guru olahraganya memanggil pelatih sepakbola Columbia University dan mengatakan dia memiliki murid yang sangat menjanjikan.
Hanya dalam waktu sebulan, Commisso yang bahkan tak pernah bermain sepakbola di sekolah mendapatkan beasiswa penuh di kampus ternama itu. Pada 1972, dia bahkan diundang untuk mengikuti uji masuk tim sepakbola AS di ajang olimpiade.
Dia lantas mengambil sekolah bisnis guna memenuhi keinginannya mengubah hidup menjadi lebih baik secara finansial. Commisso lulus sebagai salah satu lulusan terbaik dan mendapatkan penghargaan dari kampusnya.
Kala itu dia berencana bekerja di industri perbankan dan investasi. Tapi tak ada satu tawaran pun datang.
"Ada diskriminasi waktu itu. Saya tak pernah lupa teman saya mengatakan, `Rocco, kamu tahu apa masalahnya? Itu lantaran kamu yahudi. Belum ada orang Italia yang mendarat di Wall Street`," kenangnya.
Pria pantang menyerah ini lantas mendaratkan pekerjaan pertamanya di Chase Manhattan Bank. Kemudian, dia pindah ke Royal Bank of Canada.
Tak lama berkarir di dunia perbankan, pria berusia 68 tahun ini beralih industri dan bekerja sebagai CFO di Cablevision Industries yang kemudian diakuisisi Time Warner pada 1995.
Setelah bekerja selama sembilan tahun di perusahaan tersebut, Commisso lantas mencoba mendirikan perusahaan sendiri, Mediacom. Saat itu, industri perkabelan sedang sangat rentan lantaran banyak regulasi baru yang meningkatkan persaingan antar pengusaha.
Namun dengan kerja kerasnya, Commisso berhasil mengatasi seluruh kendala di awal bisnisnya tersebut. Setiap tahun perusahaannya terus menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Tahun 2018 silam adalah tahun kedua Commisso menembus daftar orang terkaya dunia dengan berada di peringkat 499.