Nicodemus Kasan, Anak Tukang Kedai Kopi Kini Jadi Pemilik Hotel Grand Zuri
Selagi sang ayah mengerjakan proyek, ibu Kasan mengelola kedai kopi kecil sejak pagi hingga malam.
Krisis moneter yang melanda Indonesia tidak menjadi halangan bagi Nicodemus Kasan untuk menjelma menjadi orang paling kaya di Pekanbaru, Riau. Dari seorang anak kontraktor dan pengelola kedai kopi, Kasan saat ini sudah memilik belasan cabang hotel.
Mengutip siaran Youtube Ikatan Alumni Teknik Sipil Unpar, pria kelahiran Ketam Putih, Pulau Bengkalis, Riau, 25 Juni 1959, berasal keluarga yang sederhana. Ayah Kasan berprofesi sebagai kontraktor yang merantau ke Dumai, Riau, saat Kasan berusia 6 tahun.
-
Siapa saja yang punya utang, selain orang kaya? Mulai dari orang terkaya, perusahaan besar, sampai negara terbesar di dunia sekalipun tetap memiliki utang.
-
Kenapa orang kaya tetap punya utang? Utang tidak selamanya identik dengan ketidakmampuan. Utang produktif dalam bentuk permodalan usaha yang membutuhkan perputaran uang yang sangat cepat, memang dibutuhkan dalam berbagai bentuk usaha.
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Mengapa orang kaya menghindari utang? Utang bisa menjadi beban besar, terutama dengan bunga kartu kredit yang tinggi. Pada Februari 2024, tingkat bunga rata-rata kartu kredit mencapai 22,63 persen, yang berarti bahwa utang sebesar USD10.000 bisa berujung pada pembayaran bunga sebesar USD6.787 dalam lima tahun. Oleh karena itu, orang kaya sangat selektif dan menghindari hutang, karena mereka tidak ingin membuang uang untuk pembayaran bunga.
Selagi sang ayah mengerjakan proyek, ibu Kasan mengelola kedai kopi kecil sejak pagi hingga malam.
Kasan melihat, kedua sosok orang tuanya merupakan sosok pekerja keras dan sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya agar bisa menyelesaikan pendidikan dan bisa berkarir. Orang tua Kasan meyakini, pendidikan adalah modal paling utama.
Pesan itu sangat membekas di benak Kasan. Dia berjanji menjadi pekerja keras agar bisa menjadi sukses seperti harapan ayah dan ibunya.
Intuisi Kasan menjadi pebisnis sudah muncul sejak duduk di jenjang Sekolah Dasar (SD). Usai sekolah, Kasan bergegas menuju mess tempat tinggal sementara pekerja asing asal Korea Selatan. Mereka bekerja di kilang Putri 7.
Di sana, Kasan berjualan rokok dan wiski untuk 150 pekerja asing tersebut. Keuntungan hasil jualannya juga tidak harus ditabung, melainkan digunakannya untuk keperluannya sendiri tanpa harus meminta lagi dengan ayah dan ibu.
Bisnis skala kecil ini harus dihentikan karena Kasan harus merantau ke Medan dan tinggal bersama sang nenek.
Masuk Jenjang SMA
Memasuki jenjang kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA), Kasan kembali merantau ke Pulau Jawa. Kali ini Salatiga menjadi daerah Kasan dan keluarga menetap sementara. Kasan kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jawa Barat.
Pada tahun 1984, Kasan lulus sebagai sarjana teknik. Namun, setelah lulus, Kasan kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dia bahkan menganggur 1 tahun. Akhirnya, dia memutuskan kembali ke Dumai mengikuti jejak sang ayah sebagai kontraktor.
Proyek pertamanya saat itu adalah hidrokleker. Yang mana banyak melibatkan pekerja Jepang untuk menjalankan proyek ini.
Kasan merasa menjadi kontraktor saja tidak cukup. Dia kemudian merambah bisnis pengembang. Proyek pertamanya sebagai pengembang saat itu berada di Tega Lega, Dumai. Kemudian membangun rumah bagi pegawai Chevron.
Sepanjang karir sebagai pengembang sejak tahun 1998-1992, Kasan sudah membangun sekitar 300 unit rumah. Dia juga membangun Villa Garuda Mas sejak tahun 1990-1997.
Segmentasi pasar Kasan kemudian bergeser ke perumahan elit. Dia membangun 100 unit rumah di Villa Duyung, dan ratusan unit rumah dan ruko di Villa Paus.
Kasan kembali berpikir bisnis pengembang ini akan habis karena harus dijual, lalu aset yang disimpan belum nampak. Dia pun merambah ke bisnis perhotelan sebagai aset jangka panjang.
Ini Hotel Pertamanya
Hotel pertama yang dibangun Kasan adalah itu Grand Zuri di Jalan Teuku Umar, Pekanbaru,pada tahun 1997. Karena krisis ekonomi, hotel itu baru selesai tahun 2003. Awalnya, hotel ini berstandar bintang tiga, kemudian jadi bintang empat.
Modal membangun hotel Grand Zuri diperoleh dari sisa pembangunan rumah di proyek-proyek sebelumnya.
Kasan menyampaikan merasa ironi jika untuk mengurus hotel saja harus orang asing yang melakukannya. Seharusnya orang Indonesia bisa, tetapi kenyataannya tidak ada ditemukan orang Indonesia yang cocok mengurus hotel.
Bagi Kasan, mengurus hotel sebetulnya sama dengan rumah besar, yang kamarnya banyak, orangnya banyak, ruang makannya besar, dapur besar. Sehingga tidak perlu mempersulit cara pikir sehingga menggagalkan usaha.
Menurut Kasan, semua bisnis itu sangat menjanjikan tinggal bagaimana mengelolanya. Menjadi sukses juga tidak semudah membalikan telapak tangan. Pelaku bisnis harus orang yang siap bekerja keras dan fokus pada tujuan.
Karena prinsip pantang menyerah itu pula yang membuat Kasan tahan terhadap krisis. Meski diterpa beberapa kali krisis ekonomi, Kasan yang pemilik 17 hotel di Indonesia ini tidak pernah surut dari bisnis hotelnya.
Bahkan dia semakin melebarkan sayap pada bisnis hotel ini dengan terus membangun hotel yang bernaung pada Zuri Hospitality Management (ZHM), karena saat ini dia merasa sudah memiliki tim yang sangat tangguh dalam segala bidang.
Nama Grand Zuri, menurut Kasan membawa keberuntungan sesuai dengan maknanya beauty, heaven, dan nyaman yang merupakan bahasa asing dan dikutipnya dari sebuah surat kabar.