Nilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
- BI Klaim Pelemahan Rupiah Lebih Baik dari Bath Thailand hingga Won Korea, Ini Datanya
- Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat Di level Rp16.371 Per Dolar AS
- Nilai Tukar Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000, Asalkan Bisa Penuhi Syarat Berikut Ini
- Rupiah Terus Menguat Sepanjang 2023, Salip Bath Thailand dan Peso Filipina
Nilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun, Kalahkan Bath dan Ruppe
Nilai Tukar Rupiah Berhasil Menguat di Akhir Tahun
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengklaim pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
Per 20 Desember 2023, nilai tukar Rupiah menguat secara rata-rata sebesar 0,44 persen dibandingkan dengan perkembangan pada November 2023.
"Dengan perkembangan tersebut, nilai tukar Rupiah menguat 0,37 persen dibandingkan dengan level akhir Desember 2022," ujar Perry dalam konferensi pers di Gedung BI, Jakarta Pusat, Kamis (21/12).
Sementara itu, pergerakan mata uang Peso Filipina, Rupee India, dan Baht Thailand justru mengalami pelemahan pada periode yang sama.
Perry mencatat, masing-masing mata uang tersebut melemah sebesar 0,05 persen, 0,53 persen, dan 0,85 persen.
merdeka.com
Perry menyebut, penguatan nilai tukar Rupiah dalam beberapa waktu terakhir sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter Bank Indonesia. Termasuk mulai meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Di samping kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, berlanjutnya apresiasi nilai tukar Rupiah didorong oleh masuknya aliran portofolio asing, menariknya imbal hasil aset keuangan domestik, serta tetap positifnya prospek ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global.
"Strategi operasi moneter pro-market melalui instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI terus dioptimalkan guna meningkatkan manajemen likuiditas institusi keuangan domestik dan menarik masuknya aliran masuk modal asing dari luar negeri," tutur Perry.
Ke depan, Bank Indonesia tetap akan mewaspadai sejumlah risiko yang mungkin muncul dan memastikan terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah.
Selain itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023.