Pelemahan Rupiah bikin PLN rugi parah hingga Rp 27,4 triliun
Kerugian tersebut turun drastis mencapai Rp 42,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu dengan laba Rp 15,3 triliun.
PT PLN (Persero) mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 27,4 triliun pada triwulan III-2015. Kerugian tersebut turun drastis mencapai Rp 42,7 triliun pada periode yang sama tahun lalu dengan laba Rp 15,3 triliun.
Plt. Kepala Satuan Komunikasi Korporat Bambang Dwiyanto mengatakan kerugian tersebut karena adanya selisih kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS pada 31 Desember 2014 dan 30 September 2015 masing-masing sebesar Rp 12.440 dan Rp 14.657.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi ke kendaraan listrik? PLN siap mendukung upaya pemerintah dalam mendorong ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Pengguna EV tidak perlu risau, sebab infrastruktur telah dibangun lebih merata. Apalagi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU), dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) telah siap, mudah dan nyaman digunakan.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Apa yang menjadi pemicu semangat Jakarta Electric PLN untuk bangkit? Ketertinggalan menjadi sesuatu yang memacu semangat. Hal inilah yang berhasil dibuktikan oleh Jakarta Electric PLN yang berhasil comeback atas Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia.
-
Apa yang akan dilakukan PLN di Bursa Karbon Indonesia? Pasalnya, PT PLN (Persero) akan segera melantai ke bursa karbon Indonesia. Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir 1 juta ton CO2. Hal ini merupakan bagian langkah PLN mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi.
-
Kapan PLN mulai mendukung ekosistem kendaraan listrik? PT PLN (Persero) berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) yang berkembang pesat di Indonesia.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
"Dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai tahun 2012, maka sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha. Kondisi ini berdampak pada liabilitas atau utang valas PLN meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valas," ujar dia di Jakarta, Rabu (28/10).
Untuk mengurangi beban operasi akibat mata uang Rupiah terdepresiasi, kata dia, perseroan telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan utang usaha dalam valuta asing yang akan jatuh tempo.
Sementara, pendapatan penjualan tenaga listrik PT PLN (Persero) pada triwulan III-2015 mengalami kenaikan sebesar 15,56 persen menjadi Rp 153,9 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 133,3 triliun.
"Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan KWh menjadi sebesar 149,7 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,94 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 146,8 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 910,61 per KWh menjadi Rp1.036,16 per KWh.
Sedangkan, Subsidi listrik pada triwulan III-2015 turun sebesar Rp 37,28 triliun menjadi Rp 45,9 triliun dibandingkan triwulan III-2014 sebesar Rp 83,35 triliun.
Meskipun volume penjualan meningkat, beban usaha perusahaan turun sebesar 7,45 persen menjadi Rp 164,7 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 177,9 triliun. Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan penggunaan batubara atau energi primer lain yang lebih murah, dan pengendalian biaya bukan bahan bakar, serta turunnya harga komoditas energi primer.
Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM sebesar Rp 28,46 triliun sehingga pada triwulan III-2015 menjadi Rp 27,4 triliun dari tahun sebelumnya Rp 55,9 triliun.
Dengan demikian Laba operasi/usaha Perseroan pada triwulan III-2015 sebesar Rp 41,8 triliun, turun sebesar 3,63 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 43,6 triliun.
(mdk/bim)