Pengembang: Beli rumah susun, penghasilan minimal Rp 7 juta/bulan
Rumah susun tak cocok untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
Real Estate Indonesia Jawa Tengah menyerah untuk membangun rumah susun baik sewa maupun milik untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Pengembang ini menilai harga rumah susun terlalu mahal untuk masyarakat bawah.
"Rumah susun tidak bisa diterapkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah karena harganya jauh lebih tinggi dibandingkan rumah tapak dari program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP)," kata Wakil Ketua REI Jateng Bidang Promosi, Humas, dan Publikasi, Dibya K Hidayat seperti dilansir Antara Semarang, Kamis (22/10).
-
Mengapa rumah yang dijual dengan harga terlalu tinggi sulit laku? Pakar real estat Alex Adabashi memperingatkan bahwa menetapkan harga properti terlalu tinggi dapat menghalangi calon pembeli, bahkan di pasar yang aktif. "Penjual sering kali ingin mencantumkan harga lebih tinggi untuk memberi ruang negosiasi, tetapi ini juga dapat membatasi minat pembeli," katanya.
-
Di mana lokasi rumah yang sulit dijual? Properti di daerah terpencil dengan lalu lintas padat atau minim fasilitas jauh lebih sulit dijual daripada properti yang berlokasi strategis.
-
Kenapa rumah ini dijual? Abdi menyebut jika alasan keluarganya menjual rumah tersebut karena terlalu besar dan kurang maksimal dalam pengelolaannya.
-
Kenapa harga tanah dan rumah di Indonesia semakin mahal? Jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat, khususnya di kota-kota besar, mengakibatkan ketersediaan lahan atau tanah semakin terbatas. Dampaknya, harga rumah dan tanah yang naik setiap tahunnya.
-
Bagaimana cara untuk mendapatkan harga tanah yang lebih murah di Indonesia? Namun tak perlu berkecil hati, karena mungkin Anda masih bisa mendapatkan harga tanah yang lebih murah di kawasan yang belum terekspos oleh kawasan bisnis.
-
Siapa yang menjual rumah di Bogor? Pada akhirnya, meskipun rumah ini menjadi kenangan bagi mereka berdua yang telah menjalin rumah tangga selama sekitar 11 tahun, rumah unik ini akan dijual.
Hal ini tentu menyulitkan karena kebutuhan rumah sederhana di Kota Semarang harus rumah susun sewa dan rumah susun milik. Menurut Dibya, untuk membeli rumah susun setidaknya pendapatan masyarakat mencapai Rp 7 juta per bulan.
"Masyarakat yang ingin membeli rumah susun ini paling tidak harus memiliki penghasilan sekitar Rp 7 juta/bulan. Dengan penghasilan tersebut, bukan lagi termasuk masyarakat berpenghasilan rendah," katanya.
Oleh karena itu, pengembang masih ragu untuk membangun rumah sederhana mengingat kesiapan dari para pembeli. "Itu kan sudah sulit dicapai oleh kalangan tertentu, seharusnya kepemilikan rumah susun bukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah," katanya.
Di sisi lain, dari sisi harga tanah pembangunan rumah susun tidak dapat dilakukan di tengah kota Semarang. Selain terkendala oleh harga tanah, para pengembang juga harus memproses izin-izin terkait ketinggian bangunan.
"Izin tentu hanya untuk ketinggian-ketinggian tertentu, kalau tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pengembang, itu bisa menjadi kendala lagi bagi kita," katanya.
Dibya cenderung menyarankan pembangunan rumah sederhana dilakukan di daerah-daerah penyangga terutama yang terdapat banyak industri. "Kalau rumah tapak untuk MBR di daerah-daerah penyangga masih memungkinkan dibangun, terutama di daerah penyangga yang banyak industri, di mana ada pertumbuhan industri harus dibarengi dengan pertumbuhan perumahan apakah itu rumah tapak atau rumah susun," katanya.
Baca juga:
Harga rumah murah di program andalan Jokowi naik tahun depan
Ini petunjuk buat Anda sebelum membeli rumah bekas
4 Hal yang harus diperhatikan sebelum pindah ke lingkungan baru
Proyek satu juta rumah murah genjot penjualan semen