Perusahaan Migas Asal China, HCML Jadi Produsen Gas Terbesar di Jatim
Produksi gas HCML ini naik hampir 150 persen dari pertengahan 2019 hingga awal 2020 yang hanya 110 MMSCFD.
Produksi gas HCML ini naik hampir 150 persen dari pertengahan 2019 hingga awal 2020 yang hanya 110 MMSCFD.
Perusahaan Migas Asal China, HCML Jadi Produsen Gas Terbesar di Jatim
HCML Jadi Produsen Gas Terbesar di Jatim
Husky-CNOOC Madura Limited (HCML) masif memproduksi gas. Sepanjang Januari hingga November 2023, HCML mampu memproduksi gas hingga 250 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau standar kaki kubik per hari.
Produksi gas HCML ini naik hampir 150 persen dari pertengahan 2019 hingga awal 2020 yang hanya 110 MMSCFD.
“Jadi produksi gas HCML naik 150 persen,” kata VP Operations HCML, Perkasa Sinagabariang di Pasuruan, Jawa Timur pada Senin (27/11).
- Pabrik Pupuk di Aceh dan Industri Sumut Dapat Pasokan Gas Bumi, Sumber Pasokannya dari Daerah Ini
- Kawasan Industri Kendal Dapat Pasokan Gas Melalui Pipa Cirebon-Semarang, Harga Lebih Murah
- SKK Migas: Produksi Gas Diprioritaskan untuk Kebutuhan Dalam Negeri
- Pengusaha Mengeluh Batasan Harga Gas Bikin Sektor Hulu Menderita, Ini Kata SKK Migas
Perkasa mengatakan, 100 persen gas yang diproduksi HCML digunakan untuk mendukung kebutuhan pupuk, listrik, dan industri domestik.
Hal ini sejalan dengan kebijakan SKK Migas dalam mengutamakan kebutuhan energi dalam negeri.
“Kami berharap melalui 3 lapangan yang ada saat ini dapat mendorong pertumbuhan berbagai industri di Jawa Timur dalam menyerap potensi suplai gas dari HCML,” ujar Perkasa.
Perkasa mengatakan, HCML yang menjadi operator dari Wilayah Kerja (WK) Madura Strait, terus berkomitmen untuk tetap menjadi produsen gas terbesar di Jawa Timur khususnya dan Indonesia ke depannya.
“Dari tiga lapangan HCML, KKKS HCML menjadi produsen gas terbesar, secara persentase produksinya mencapai 30 persen dari total produksi gas di wilayah Jawa Timur,” ujar Perkasa.
Fasilitas Pendukung
Perkasa menjelaskan, produksi gas di lapangan BD didukung oleh 3 fasilitas utama yaitu Anjungan Sumur Lepas Pantai (offshore Wellhead Platform/WHP), Gas Metering Station (GMS) yang terletak di kota Pasuruan, dan fasilitas Produksi Terapung, Penyimpanan, dan Pembongkaran (Floating Production, Storage, and Offloading/FPSO).
Lapangan BD merupakan satu-satunya lapangan HCML yang memiliki kandungan H2S dan juga condensate, sehingga membutuhkan pengolahan yang cukup kompleks.
FPSO Karapan Armada Sterling III adalah satu-satunya anjungan terapung di Indonesia yang memiliki fasilitas Sulphur Recovery Unit.
Dari FPSO, sales gas yang sudah memenuhi spesifikasi akan dialirkan ke GMS melalui pipa gas bawah laut sepanjang kurang lebih 53 Km.
Total kapasitas produksi dari lapangan ini sekitar 120 MMSCFD dan 8.000 BCPD (barel kondensat per hari).
Berdasarkan data per 31 Oktober 2023, saat ini lapangan BD mengirimkan sales gas sebesar 110 MMSCFD dengan 6,000 barel kondensat per hari.
Sementara lapangan MBH dan MDA memiliki konfigurasi dua fasilitas anjungan lepas pantai dengan satu fasilitas produksi terapung (Floating Production Unit/FPU) dengan kapasitas produksi gas sebesar 127 MMSCFD dan kapasitas sales gas sebesar 120 MMSCFD.
Fasilitas FPU ini memiliki kapasitas produksi sebesar 175 MMSCFD dan diharapkan akan menampung gas dari pengembangan lapangan lainnya di kemudian hari.
Lapangan MBH dan MDA pertama kali berproduksi pada bulan Oktober 2022. Itu setelah diselesaikannya pekerjaan fabrikasi dan konstruksi FPU di China yang dimulai sejak Mei 2021 dan sailaway menuju Indonesia di akhir Agustus 2022.
Proses fabrikasi, konstruksi dan instalasi FPU Trunojoyo ini dilakukan di tengah-tengah pandemi Covid-19. Konstruksi ini menggunakan Agile Project Management dengan memaksimalkan teknologi komunikasi dan digital terkini dalam melakukan pengendalian jarak jauh dari Jakarta atas pekerjaan fabrikasi dan konstruksi FPU.
Kemudian untuk lapangan MAC memiliki kapasitas produksi gas sebesar 54 MMSCFD dan kapasitas sales gas sebesar 50 MMSCFD. Lapangan MAC terdiri dari Wellhead Platform dan Mobile Offshore Production Unit (MOPU).
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi D Suryodipuro berharap produksi gas HCML tidak hanya dilakukan di tiga lapangan tersebut. Melainkan diproduksi di lapangan baru.
“Diharapkan tidak hanya akan membuat produksi HCML meningkat tetapi juga menjadi lebih terintegrasi untuk kegiatan produksi yang lebih masif,” kata Hudi.
HCML saat ini tengah mengembangkan dua lapangan baru yakni MDK yang dijadwalkan onstream pada tahun 2026, dan lapangan MBF pada tahun 2027.
“HCML akan terus berupaya untuk melakukan pengembangan lapangan-lapangan gas baru untuk memaksimalkan pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Hal ini juga dibarengi dengan tujuan untuk mendukung SKK Migas dalam pencapaian produksi gas sebesar 12 BSCFD (miliar standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030," pungkas Hudi.