Riset Ini Ungkap Perbedaan Raup Wajah Orang Kaya dan Miskin, Wajah Orang Kaya Ternyata Lebih Tirus
Wajah seperti itu juga dihubungkan dengan kepercayaan, kompetensi, dan kehangatan.
Sebuah studi atau riset baru-baru ini mengungkap raut wajah seseorang bisa menunjukkan apakah dia adalah orang kaya atau miskin. Studi ini dilakukan oleh University of Glasgow dan dipublikasikan oleh APA Journal of Experimental Psychology. Melansir New York Post, para peneliti melakukan studi tentang apa yang membuat seseorang terlihat kaya. Penelitian ini melibatkan partisipan kulit putih.
Studi ini menjelaskan bahwa wajah orang kaya dikaitkan dengan bentuk wajah yang lebih tirus, mulut yang tersenyum, alis yang terangkat, mata yang berjarak dekat, dan kulit yang lebih cerah dan hangat.
-
Bagaimana ciri-ciri orang pelit? Sementara itu, orang pelit memiliki sejumlah ciri-ciri yang mudah diamati dari sikap seseorang kepada orang lain. Di antara yakni menyisihkan harta hanya untuk diri sendiri, jauh dari sikap bersedekah, tak membantu fakir miskin, dan sombong.
-
Apa yang menjadi ciri khas orang yang gemar berpura-pura kaya? Satu hal yang membedakan orang-orang ini adalah kecenderungan mereka untuk membahas cita rasa dan gaya hidup yang dianggap elite.
-
Bagaimana ciri-ciri orang yang "kufur"? Seseorang dianggap kafir jika secara jelas menolak keyakinan akan keesaan Allah, yang merupakan prinsip mendasar dalam Islam.
-
Kenapa orang berpura-pura kaya? Perilaku ini umumnya dilakukan untuk menyembunyikan keterbatasan keuangan mereka.
-
Bagaimana cara orang kaya ini dimakamkan? Makam ini menyimpan kerangka empat anggota keluarga kaya 'tuan tanah' yang dikremasi dan dikubur bersama dengan lima kereta kencana dan lima kuda.
-
Apa saja ciri-ciri orang yang umrohnya mabrur? Terdapat beberapa ciri umroh mabrur yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: 1. Perubahan perilaku lebih baik: Umroh mabrur ditandai dengan perubahan perilaku yang lebih baik bagi jemaah. Mereka menjadi lebih sabar, rendah hati, dan lebih menghargai orang lain. Mereka juga menjadi lebih toleran dan menghindari perilaku negatif seperti berbicara kasar atau bertengkar. 2. Bersifat lebih dermawan: Jemaah yang melakukan umroh mabrur cenderung menjadi lebih dermawan. Mereka senang memberikan sedekah kepada orang yang membutuhkan. Mereka juga sering melakukan amal sosial, seperti memberikan bantuan kepada anak yatim atau fakir miskin.3. Semakin taat dalam beribadah: Pelaksanaan umroh mabrur membuat jemaah semakin taat dalam beribadah. Mereka mengikuti semua rukun-rukun umroh dengan penuh kesungguhan. Mereka juga rajin melaksanakan shalat, membaca Al-Qur'an, dan berdoa. 4. Sifat sosial lebih meningkat: Jemaah yang melakukan umroh mabrur juga memiliki sifat sosial yang lebih meningkat. Mereka bersikap ramah dan peduli terhadap sesama. Mereka mampu menjalin hubungan baik dengan orang lain dan siap membantu jika ada yang membutuhkan.5. Perubahan secara materi: Umroh mabrur juga dapat memberikan perubahan secara materi. Banyak jemaah yang mendapatkan rezeki yang berlimpah setelah mereka melaksanakan umroh. Hal ini bisa terjadi karena Allah SWT membalas kebaikan yang telah dilakukan oleh jemaah dalam menjalankan ibadahnya.
Wajah seperti itu juga dihubungkan dengan kepercayaan, kompetensi, dan kehangatan.
Sementara itu, orang miskin memiliki bentuk wajah yang lebih lebar, lebih pendek dan lebih datar. Bagian mulut lebih turun serta kompleksi wajahnya dingin. Mereka dianggap sebagai kelas bawah, kurang dapat dipercaya dan tidak kompeten.
Meskipun tidak disebutkan dalam penelitian ini, CEO Facebook Mark Zuckerberg dan CEO Amazon Jess Bezos, yang merupakan miliuner, memiliki beberapa fitur wajah orang kaya yang disebutkan dalam penelitian itu. Zuckerberg memiliki wajah yang tirus dan Bezos memiliki kulit yang hangat dan kemerahan.
Para penulis studi mengatakan bahwa penampilan memang berpengaruh pada penilaian orang. Namun penilaian itu juga dapat menimbulkan persepsi yang salah dan merugikan orang lain.
"Orang-orang yang dianggap memiliki kedudukan kelas sosial yang tinggi atau rendah juga sering dinilai memiliki sifat-sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Penilaian semacam itu terbentuk bahkan hanya dari penampilan wajah, dan hal ini dapat menimbulkan konsekuensi yang substansial, termasuk merugikan mereka yang dianggap memiliki kedudukan kelas sosial yang lebih rendah," kata penulis studi Dr. R. Thora Bjornsdottir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stereotip kelas sosial menjelaskan hubungan antara penampilan wajah dan penilaian terhadap kelas sosial seseorang.
"Hal ini menyoroti bahwa stereotip yang kita pegang memiliki konsekuensi pada bagaimana kita memandang orang lain - stereotip tersebut membiaskan persepsi kita. Kesan kita terhadap orang lain kemudian dapat mengarah pada keuntungan atau kerugian tertentu bagi mereka," tambahnya.