Sadiaga Tolak TikTok Shop Ditutup, Menteri Teten: 80 Persen UMKM hanya Reseller Produk Impor
Pelaku UMKM yang berdagang di TikTok Shop mayoritas hanyalah pengecer (reseller) dari barang yang diproduksi dari China.
Pelaku UMKM yang berdagang di TikTok Shop mayoritas hanyalah pengecer (reseller) dari barang yang diproduksi dari China.
Sadiaga Tolak TikTok Shop Ditutup, Menteri Teten: 80 Persen UMKM hanya Reseller Produk Impor
Menteri Teten Ungkap 80 Persen UMKM hanya Reseller Produk Impor
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno mengaku kurang setuju jika TikTok Shop dilarang total di tanah air.
Alasannya pemerintah masih membahas regulasi untuk TikTok di Indonesia.
"Kita minta masukan dari para pelaku UMKM terkait regulasi tersebut. Kita sedang rumuskan. Temen-temen mohon diberikan masukan," kata Sandiaga di Solo, Jumat (15/9).
- Mendag: Di China Sendiri Ada Pembatasan Bermain TikTok, Hanya Boleh 40 Menit Sehari
- Indonesia Larang TikTok Shop, Ini Daftar Negara yang Sejak Awal Keras pada TikTok
- TikTok Shop Dicurigai Koleksi Data Konsumen dan Sodorkan Barang China dengan Harga Murah
- Banyak Produk China di TikTok Shop, Menkop Teten: Jangan Bohongi Saya
Tak hanya itu kementerian yang dipimpin Sandiaga telah bekerja sama dengan TikTok Indonesia untuk membantu pemasaran produk pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Atas pernyataan tersebut, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki angkat bicara.
Teten menegaskan pelaku UMKM yang berdagang di TikTok Shop mayoritas hanyalah pengecer (reseller) dari barang yang diproduksi dari China.
"Babak belur kita, 80 persen UMKM yang jualan di e-commerce dan social commerce hanyalah seller (penjual) produk-produk impor terutama dari China," kata Teten dalam keterangan yang diterima merdeka.com, Sabtu (16/9).
Hal ini ini tidak terlepas dari masalah kebijakan investasi dan perdagangan, standarisasi produk dan lain-lain.
Memang produk hasil impor yang dijual pengecer UMKM harganya lebih murah dari yang diproduksi di dalam negeri.
Penyebabnya tak lain dari mudahnya barang impor membanjiri pasar lokal.
Belum lagi tarif bea masuk produk konsumsi yang murah.
Hal ini membuat produsen lokal baik skala UMKM maupun perusahaan besar ikut kolaps.
merdeka.com
"Jangankan UMKM, produk industri manufaktur pun enggak bisa bersaing. Terutama produk garment, kosmetik, sport shoes, farmasi dan lain-lain," ungkap Teten.
Tak hanya itu, melemahnya ekonomi di China menjadi pemicu banjirnya produk impor di Indonesia. Dalam kondisi ekonomi yang demikian, produksi barang konsumsi mengalami kelebihan pasokan.
Maka, cara yang ditempuh dengan mengekspor hasil produksi ke negara-negara ASEAN.
Utamanya ke Indonesia karena sebagian besar masyarakat sudah mengenal e-commerce.