Sejarah Minyak Goreng dari Kelapa Sawit, Awalnya Berwarna Merah
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (UKM) menargetkan pabrik minyak makan merah siap dibangun pada pertengahan Oktober 2022. Minyak makan merah akan dijadikan sebagai uji coba pengganti alternatif minyak goreng.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Mikro (UKM) menargetkan pabrik minyak makan merah siap dibangun pada pertengahan Oktober 2022. Minyak makan merah akan dijadikan sebagai uji coba pengganti alternatif minyak goreng.
Lantas, apa yang dimaksud minyak makan merah atau minyak merah?
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Kapan minyak goreng akan membeku? Minyak goreng yang membeku biasanya terjadi pada saat berada pada suhu ruang yang lebih dingin, yaitu di bawah 24 derajat celcius.
-
Kapan minyak inti sawit dipanen? Buah kelapa sawit dipanen dari tandannya saat sudah matang.
-
Dimana minyak inti sawit digunakan? Minyak inti sawit banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan margarin, cokelat, dan berbagai produk olahan lainnya. Di luar industri makanan, minyak ini juga digunakan dalam pembuatan kosmetik, sabun, dan produk perawatan pribadi.
-
Kenapa bakwan sering menyerap minyak? Jika api kurang besar, bakwan akan menyerap minyak lebih banyak karena panas yang dihasilkan tidak mencukupi secara optimal.
-
Mengapa minyak goreng menjadi keruh? Proses penggorengan, terutama makanan yang bercita rasa, dapat meninggalkan residu pada minyak. Akibatnya, minyak goreng menjadi keruh.
Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Goreng Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat M Sinaga menyampaikan, sejarah minyak goreng yang saat ini dikonsumsi masyarakat memiliki perjalanan panjang.
Dia menjelaskan, bahwa minyak goreng dengan bahan utama kelapa sawit baru diperkenalkan di Indonesia sekitar 1980. Minyak kelapa sawit dipilih sebagai alternatif pengganti minyak kelapa (coconut oil).
"Minyak kelapa itu warnanya putih-kuning dan clear, cuma harganya mahal maka dicari alternatif, yaitu minyak goreng sawit," ujar Sahat kepada merdeka.com, Kamis (13/10).
Saat kelapa sawit diolah menjadi minyak goreng untuk alternatif dari minyak kelapa, masyarakat justru tidak tertarik karena warnanya merah. Sebab, sangat lekat di benak masyarakat luas, bahwa minyak goreng haruslah berwarna jernis seperti minyak kelapa.
Berdasarkan pertimbangan itu, produsen minyak goreng menggunakan teknik bleaching. Sayangnya, menghilangkan 'identitas' warna asli minyak kelapa sawit untuk minyak goreng berdampak terhadap hilangnya kandungan nutrisi alami.
"Nutrisi-nutrisi alami yang tersedia di minyak sawit secara alami itu dibuang sebagai sampah," ungkapnya.
Dia menuturkan, dengan teknologi pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO) dengan proses sterilisasi pada temperatur 142 derajat celcius atau steam 3 bar, banyak nutrisi alami yang sudah hancur.
"Apalagi diproses lanjut, refining makin habis lah. Jadi kalau minyak merah ditujukan ke minyak goreng, maka pilihan pemakaian produk itu diserahkan ke konsumen, bukan produsen," pungkasnya.
Minyak Makan Merah Dijual Rp9.000 per Liter
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyebut harga jual Minyak Makan Merah akan lebih murah dibanding minyak goreng curah atau kemasan sederhana. Minyak makan merah kemungkinan dijual Rp 9.000 per liter.
Angka ini bisa dicapai karena proses produksi yang lebih singkat serta biaya produksi yang lebih murah. Kemudian, kapasitas produksi yang bisa dilakukan jauh lebih sedikit ketimbang minyak goreng pada umumnya.
"Pasti di bawah (harga) minyak goreng, di bawah Rp 14.000 per liter, harus di bawah, bisa Rp 9.000 (per liter). Murah lah ini solusi bagi masyarakat, solusi bagi petani, solusi bagi konsumen," ungkapnya dalam konferensi pers di Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat (26/8).
Dia menjabarkan, harga bisa lebih murah karena distribusi yang juga lebih singkat karena pabriknya berada di setiap 1.000 hektar lahan kelapa sawit. Serta kapasitas produksi yang lebih kecil.
Jika minyak goreng biasa, diproduksi di pabrik besar dan berpusat di Pulau Jawa. Kemudian, baru diedarkan lagi ke daerah-daerah, langkah ini menjadi salah satu yang menentukan harga jual minyak goreng.
"Ini (minyak makan merah) kan terintegrasi, setiap 1.000 hektare ada 1 pabrik, dan bisa diedarkan tadi ke 2 kecamatan (sekitar pabrik). Jadi biaya logistik lebih murah, bisa optimis lebih murah," terang dia.
Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Rita Endang mengatakan, pihaknya akan menggandeng juru masak atau chef untuk sosialisasi kepada masyarakat. Tujuannya memberi pemahaman pada masyarakat bahwa minyak makan merah aman untuk digunakan.
"Ini arahan juga dari Presiden, karena warnanya merah, nanti orang takut, kita akan bikin sosialisasi minyak makan ini sehat juga dengan para chef, goreng-goreng lah nanti. Pak presiden juga sudah melihat ini dipakai goreng tempe dan tempenya tidak jadi merah, ayam goreng juga tidak jadi merah," tuturnya.
"Itu memang warna sawit, selama ini kan (minyak goreng) dibleeching, ini betul-betul bisa sehat rakyat kita," tambah dia.
(mdk/azz)