Sri Mulyani Komentari Pelemahan Nilai Tukar Rupiah: Negara Lain Lebih Parah
Menyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Melansir data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.222.50 per dolar AS atau USD pada hari ini Jumat (26/4).
Sri Mulyani Komentari Pelemahan Nilai Tukar Rupiah: Negara Lain Lebih Parah
Sri Mulyani Komentari Pelemahan Nilai Tukar Rupiah: Negara Lain Lebih Parah
- Sri Mulyani Buka Suara Alasan Kemenkeu Tidak Lagi di Bawah Kemenko Perekonomian
- Tren Nilai Tukar Rupiah Melemah, Sri Mulyani: Lebih Baik Dibanding Won Korea dan Yen Jepang
- Sri Mulyani Buka Suara, Ini Alasan Sebenarnya yang Buat Nilai Tukar Rupiah Melemah
- Sri Mulyani: Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Masih Lebih Baik Dibanding Ringgit
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani menyebut pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih lebih baik dibandingkan negara lainnya.
Melansir data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.222.50 per dolar AS atau USD pada hari ini Jumat (26/4).
Sri Mulyani mencatat, nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan 5,37 persen secara year to date (ytd). Dalam catatannya, angka depresiasi ini relatif lebih rendah dibandingkan negara kawasan Asia Tenggara.
"Indonesia dalam hal ini nilai tukarnya year to date 5,37 depresiasinya, negara-negara seperti sekitar kita dan di emerging G20 kira-kira dalam situasi yang mirip, ada yang lebih parah, tentu tergantung dari pondasi dan kondisi ekonomi masing-masing," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Jumat (26/4).
Bendahara negara mencatat, pelemahan nilai tukar Bath Thailand terkoreksi 8,56 persen. Kemudian, Won Korea melemah 6,31 persen. Bahkan, nilai tukar Lira, Turki melemah hingga 10,4 persen terhadap USD.
"Untuk Brasil dekat dengan kita di 5,06 terus, kita lihat Vietnam 4,7, South Afrika 4,7, dan Filipina 3,9," imbuhnya.
Menyikapi pelemahan nilai tukar Rupiah tersebut, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Selain itu, kebijakan Bank Indonesia terus diarahkan untuk menjaga stabilitas Rupiah dari dampak menguatnya dolar AS secara luas.
"Tentu masing-masing negara harus mulai melakukan adjustment dengan dinamika market yang cukup tinggi ini semuanya cenderung makin hati-hati. Semuanya kemudian cenderung untuk mitigasi resiko dari pergerakan global tersebut," pungkasnya.