Sri Mulyani Waspadai Kebijakan Donald Trump Berpotensi Tingkatkan Ketegangan Geopolitik
Arah kebijakan Trump kemungkinan besar akan lebih akseleratif dibandingkan masa jabatan sebelumnya.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mewaspadai dampak kebijakan ekonomi dan politik Amerika Serikat (AS) setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa arah kebijakan Trump kemungkinan besar akan lebih akseleratif dibandingkan masa jabatan sebelumnya, dengan implikasi signifikan terhadap ekonomi global, termasuk Indonesia.
- Sri Mulyani Sebut Negara Tetangga Indonesia akan Terkena Dampak Buruk Kebijakan Donald Trump
- Sri Mulyani Mulai Soroti Dampak Kemenangan Donald Trump, Begini Analisanya
- Donald Trump Terpilih Kembali Menjadi Presiden Amerika, Ekonomi Indonesia Terancam
- Sri Mulyani Waspadai Gejolak Timur Tengah: Eskalasi Cukup Tinggi Pengaruhi Dinamika Keuangan Global
"Biasanya dari sisi APBN (Trump) di satu sisi akan populis dalam hal memotong pajak korporasi, tapi juga akan memotong banyak sekali benefit-benefit yang akan dinikmati oleh masyarakatnya hingga dari sisi fiscal balance-nya juga masih remain to be seen. Kemudian dari sisi politiknya terhadap imigrasi, terhadap konflik antara Rusia dengan negara lain maupun komitmen AS terhadap climate change juga akan berubah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Desember 2024 di Jakarta, Rabu (11/12).
Sri Mulyani menyoroti bahwa kebijakan tarif tinggi yang diusulkan Trump, termasuk ancaman tarif 100 persen untuk negara anggota BRICS dan kenaikan tarif sebesar 60 persen pada produk China, berpotensi meningkatkan ketegangan geopolitik dan disrupsi rantai pasok global.
Kebijakan proteksionis AS dapat menahan laju penurunan suku bunga The Fed alias Fed Fund Rate hingga menyebabkan volatilitas harga komoditas global.
Selain itu, pasar keuangan AS cenderung merespons kebijakan Trump dengan kenaikan pasar saham, namun hal ini diiringi peningkatan defisit dan utang negara. Imbal hasil (yield) obligasi AS (US Treasury) yang tinggi akibat ekspektasi defisit fiskal juga berdampak pada aliran modal keluar dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Oleh karena itu, Menkeu Sri Mulyani menekankan pentingnya langkah antisipasi bagi Indonesia di tengah dinamika ini, terutama terkait tren penguatan dolar AS dan perubahan kebijakan perdagangan AS.
Indonesia Punya Kesempatan Memperkuat Posisi
Meskipun demikian, Bendahara Negara itu menilai Indonesia sebenarnya memiliki kesempatan untuk memperkuat posisinya dalam ekonomi global. Langkah pertahanan terbaik bagi tanah air adalah memastikan keamanan pangan dan energi, serta memposisikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam jalur rantai pasok komoditas strategis.
Pemerintah di bawah arahan Presiden Prabowo bakal memprioritaskan penguatan ketahanan dalam negeri, khususnya di sektor pangan dan energi, serta memanfaatkan peluang strategis untuk meningkatkan posisi Indonesia di kancah global.
"Selain memperkuat di dalam negeri dari sisi pangan dan energi dan pengaruhnya terhadap berbagai kebijakan dalam negeri, juga di dalam antisipasi kita, untuk menunjukkan Indonesia secara tepat di dalam dinamika global yang begitu sangat tinggi, tantangan yang harus kita antisipasi tentu adalah partner-partner dagang dan investment kita yang gede yakni AS dan China." jelasnya.
Sri Mulyani menggarisbawahi bahwa ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia AS dan China menjadi tantangan signifikan yang turut dihadapi Indonesia.
"Dengan AS di bawah Presiden Trump, dari sisi ekonominya bullish dan kemudian berbagai implikasi dari policy-nya. Ekonomi terbesar kedua, China juga memberikan dampak yang tetap harus kita monitor dan waspadai. Dan dampak hubungan antara China dan AS memberikan dampak kepada seluruh dunia," tuturnya.