Strategi Bank Indonesia Hadapi 3 Tantangan Ketidakpastian Ekonomi Global
Meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan AS.
Meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan Amerika Serikat.
Strategi Bank Indonesia Hadapi 3 Tantangan Ketidakpastian Ekonomi Global
Strategi BI Hadapi Tantangan Ketidakpastian Ekonomi Global
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyebut ada 3 tantangan utama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi di masa depan.
Pertama, meningkatnya fragmentasi ekonomi dan geopolitik yang bersumber tidak hanya dari konflik Rusia-Ukraina, namun juga tensi geopolitik antara China dan Amerika Serikat.
Termasuk bergesernya sumber pertumbuhan ekonomi dunia.
- Tensi Geopolitik Masih Panas, OJK Minta Sektor Jasa Keuangan Waspada
- Terungkap, Begini Langkah Strategis Bank BNI Hadapi Ketidakpastian Global dan Perlambatan Ekonomi China
- Presiden Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Cukup Baik saat Perekonomian Global Gelap
- Bahan Mentah Tak Bisa Lagi Diandalkan di tengah Gejolak Ekonomi Global, Harus Hilirisasi
Kedua, pesatnya perkembangan digitalisasi yang menyasar berbagai sektor ekonomi dan keuangan.
Salah satunya sistem pembayaran, yang perlu didukung dengan inovasi agar memudahkan arus tranksaksi dalam perekonomian.
"Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran melakukan transformasi dalam menciptakan jasa sistem pembayaran yang kredibel dan berbasis teknologi terkini seperti inovasi Fast Payment," kata Perry dalam keterangan resminya, Jakarta, Sabtu (16/9).
Ketiga, perubahan iklim dan demografi penduduk secara global.
Sebagaimana tertuang dalam Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk mereduksi emisi karbo.
Sehingga dibutuhkan program transisi yang mampu turut menggerakkan faktor demografi mewujudkan ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan.
Pertama, memperkuat bauran kebijakan yang terintegrasi mencakup kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, keuangan inklusif, dan hijau.
Kedua, pengembangan hilirisasi bernilai tambah tinggi untuk menopang ketahanan pangan, energi maupun sumber daya alam lainnya. Tujuannya untuk mendukung ketahanan ekonomi nasional.
Ketiga, membuka kerjasama perdagangan dan investasi dengan skema yang menguntungkan. Kemudian dapat mengoptimalkan hilirisasi, dan mampu memberdayakan sumber pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Keempat, mengadopsi teknologi terkini dengan tetap memperhatikan potensi risikonya.
Sebagai contoh, Bank Indonesia menerapkan inovasi teknologi pada fitur sistem pembayaran dengan konsep Satu Bahasa (QRIS dan open API), Satu Bangsa (konektivitas antar infrastruktur penyedia jasa sistem pembayaran), dan Satu Nusa (BI Fast dan CBDC).
Kelima, meningkatkan kualitas pendidikan, pelatihan termasuk pembentukan karakter sumber daya manusia yang unggul misalnya melalui program vokasi berbasis digital.
Bank Indonesia Dukung Riset dan Inovasi Kebijakan untuk Dorong Pertumbuhan Berkelanjutan
Di sisi lain, Bank Indonesia terus mendorong pengembangan ekosistem riset yang berkualitas untuk memajukan inovasi dan memperkuat sinergi kebijakan.
Demikian mengemuka dalam pembukaan konferensi internasional Bulletin of Monetary Economics and Banking (BMEB) dan Call for Papers ke-17 yang diselenggarakan pada 16 September 2023 di Bengkulu.
Konferensi ini mengangkat tema 'Synergy and Innovations in Strengthening Resilience and Economic Revival'. Hal ini sejalan dengan pentingnya sinergi dan inovasi sebagai kunci dalam penguatan kebijakan guna mempercepat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Tujuannya untuk menjembatani dan menstimulasi pemikiran-pemikiran yang lebih inovatif dan menjadi pionir dalam perumusan kebijakan yang lebih baik.
Bank Indonesia telah mengadakan konferensi internasional BMEB dan Call for Papers sejak tahun 2007 yang menampilkan hasil penelitian dari kalangan dunia akademis.
Tidak saja di Indonesia namun juga dari berbagai negara lainnya.
Konferensi pada tahun ini mempresentasikan 42 dari 198 karya tulis ilmiah terbaik di bidang ekonomi, moneter dan keuangan, baik dari dalam maupun luar negeri yang akan diterbitkan di BMEB dan beberapa jurnal terindeks internasional lain.
Karya tulis terbaik tersebut berasal dari 19 negara yaitu Indonesia, Australia, Bangladesh, Brunei Darussalam, Tiongkok, Amerika, India, Kamerun, Malaysia, Inggis, Iran, Japan, Maroko, Perancis, Nigeria, Pakistan, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Penyelenggaraan konferensi internasional BMEB dan Call for Papers tahun ini merupakan hasil kerja sama Bank Indonesia dengan berbagai pihak terkait, yaitu Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), The Asia-Pacific Applied Economics Association (APAEA), dan 6 (enam) Perguruan Tinggi di Indonesia (Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, dan Universitas Bengkulu).