Tekanan Ekonomi Berkurang, Kurs Rupiah Ditutup Menguat ke Level Rp14.202 per USD
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pemulihan ekonomi dunia memang mulai terjadi pada kuartal I-2021. Di mana hampir seluruh perekonomian dunia mencatat pertumbuhan positif.
Nilai tukar atau kurs Rupiah ditutup menguat ke level Rp14.202 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp14.252 per USD. Sedangkan untuk perdagangan minggu depan tepatnya senen, mata uang Rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat terbatas direntang Rp14.390 hingga Rp14.230 per USD.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, pemulihan ekonomi dunia memang mulai terjadi pada kuartal I-2021. Di mana hampir seluruh perekonomian dunia mencatat pertumbuhan positif.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Kapan Indonesia mendevaluasi nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya? Pada 7 Maret 1946, pemerintah mendevaluasi nilai tukar rupiah sebesar 29,12 persen, dari Rp1,88 per USD1 menjadi Rp2,65 per USD1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana nilai IDR ditentukan? Perubahan nilai IDR dapat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, seperti inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, stabilitas politik, dan faktor-faktor global seperti kondisi pasar internasional.
"Namun berdasarkan perkembangan terakhir menunjukkan adanya potensi perlambatan laju pemulihan ekonomi global akibat merebaknya varian delta di hampir semua negara di dunia," ujar Ibrahim di Jakarta, Jumat (10/9).
Dengan berbagai perkembangan terakhir, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi sedikit melambat namun masih akan mencatat pertumbuhan positif di Kuartal III-2021 antara 3,0 persen sampai 3,5 persen dibandingkan dengan Kuartal sebelumnya.
"Dengan demikian untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan antara 3,3 persen - 3,69 persen secara year on year," kata Ibrahim.
Salah satu pendukung ekonomi membaik adalah ekonomi dari segi sektoral sudah menunjukkan arah pemulihan yang positif. Pertumbuhan ekonomi semua sektor yang sudah positif pada kuartal II-2021 menunjukkan bahwa secara teknikal semua sektor sudah keluar dari zona krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Namun demikian, laju pemulihan ekonomi berpotensi terhambat pada kuartal-III 2021 akibat merebaknya Varian Delta yang sempat menyebabkan tekanan pada sektor kesehatan yang menyebabkan gelombang pandemi Covid-19 kedua.
"Dan gelombang kedua ini direspon oleh pemerintah dengan menerapkan kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang lebih ketat oleh Pemerintah yang terjadi di Kuartal Ketiga 2021 yang diumumkan setiap minggu," jelas Ibrahim.
Penerapan PPKM
Penerapan PPKM berpotensi berdampak pada penurunan signifikan konsumsi masyarakat dan mandeknya Investasi. Namun seiring dengan relaksasi PPKM, belanja masyarakat menunjukkan perbaikan signifikan.
Ibrahim mengatakan, kebijakan fiskal, moneter, dan perbankan masih sangat akomodatif di tengah ketidakpastian pandemi Covid-19. Suku bunga BI masih dipertahankan pada level terendah sepanjang sejarah pada 3,5 persen untuk mendukung pemulihan ekonomi.
"Intinya, koordinasi pemangku kebijakan antara otoritas semakin kuat dengan dilanjutkannya sinergi antara BI dan Pemerintah dalam pembiayaan fiskal. Berbagai kebijakan pendukung di sektor perbankan dan keuangan seperti perpanjangan masa relaksasi restrukturisasi kredit akan membantu dunia usaha dan perbankan dalam menghadapi dampak dari pandemi gelombang kedua ini," tandasnya.
(mdk/idr)