Tertarik Investasi Kripto, Perhatikan Dulu 5 Hal ini
Investasi aset kripto seperti Bitcoin cs, saat ini tengah naik daun. Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappeti) mencatat hingga Maret 2021, total transaksi aset kripto di Indonesia sudah mencapai Rp 126 triliun.
Investasi aset kripto seperti Bitcoin cs, saat ini tengah naik daun. Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappeti) mencatat hingga Maret 2021, total transaksi aset kripto di Indonesia sudah mencapai Rp 126 triliun.
Bagi yang berminat investasi pada aset kripto, maka perlu memperhatikan dan mewaspadai beberapa hal. Wakil Direktur Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengungkapkan setidaknya ada lima hal yang harus diperhatikan para calon atau investor aset kripto di tengah kondisi saat ini.
-
Bagaimana cara Mendag meningkatkan literasi terkait aset kripto? Mendag berharap, Bursa Kripto dapat berkolaborasi dengan pemerintah untuk terus melakukan literasi kepada masyarakat dengan memberikan informasi yang tepat terkait risiko, manfaat, dan potensi dari Perdagangan Aset Kripto.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham? Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Apa tujuan dari investasi emas? Selain menabung, investasi juga diperlukan untuk mempersiapkan masa depan yang mandiri secara finansial. Ada banyak instrumen investasi yang tersedia, bahkan nggak sedikit yang menawarkan iming-iming keuntungan besar dalam waktu singkat. Namun, salah strategi investasi bisa jadi hal yang merugikan karena ketidakpastian ekonomi global juga jadi faktor yang membuat anjloknya nilai investasi. Jika ingin mencari instrumen investasi yang aman dan stabil, emas bisa jadi pilihannya.
-
Apa yang perlu dilakukan untuk menghindari jebakan investasi? Tak banyak yang tahu, jika investasi memang termasuk salah satu cara menjadi miliarder tanpa modal besar paling efektif. Akan tetapi, Anda perlu berhati-hati memilih instrumen investasi. Jangan mudah terjebak investasi spekulatif, yaitu jenis investasi dengan tawaran keuntungan terlalu besar dan cenderung tidak normal. Alih-alih untung, Anda justru berisiko terkena penipuan saat memilih instrumen investasi semacam ini.
Pertama, investor harus terlebih dulu melihat aspek jaminan keamanan pada investasinya tersebut. Hal ini sangat penting sekali.
Kedua, investor harus bisa menilai tipe dirinya sendiri apakah termasuk risk taker atau tidak. Ia menyarankan agar investor high risk saja yang berinvestasi di aset kripto.
"Data ini sangat fluktuatif sekali, artinya ini mungkin cocok untuk orang-orang yang risk taker. Senangnya mengambil risiko, karena ini adalah aset berisiko," tutur Eko dalam diskusi Plus-Minus Investasi Aset Kripto pada Kamis (24/6).
Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah dari sisi dana. Menurut Eko, jangan menggunakan dana investasi yang bersumber dari alokasi konsumsi atau uang pinjaman. Hal ini masih berkaitan dengan nilai kripto yang sangat fluktuatif.
Selanjutnya
Keempat, juga harus selalu waspada terhadap aset kripto yang menjanjikan keuntungan tetap.
"Karena fluktuasi yang tinggi, itu dalam ekonomi keuangan tidak match dengan janji keuntungan tetap. Kadang ada yang menjanjikan keuntungan tetap, itu agak sulit dimengerti karena fluktuasinya tinggi, kenapa bisa menjadi keuntungan tetap. Kalau seperti itu, harus lihat lebih jauh," tutur Eko.
Hal kelima yang harus diperhatikan adalah kondisi perekonomian. Menurut Eko, aset kripto yang semakin banyak digemari saat ini bukan hanya karena faktor digitalisasi, tap juga kondisi perekonomian global yang sedang lesu akibat pandemi Covid-19.
Sehingga, katanya, peminat instrumen investasi lain seperti saham dan obligasi, berkurang. Namun ada kemungkinan kondisinya akan berubah seiring dengan pemulihan ekonomi, dan orang-orang mulai meninggalkan kripto.
"Kalau sudah membaik perekonomian global, apakah masih menjadi pilihan investasi atau tidak. Karena bisa saja,nanti orang kembali lagi untuk investasi ke obligasi atau saham. Pada saat itu, mungkin kalau aset kripto yang tidak bonafit juga akan banyak ditinggalkan orang," ungkap Eko.
Reporter: Andina Librianty
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)