Terungkap! Biang Kerok Harga Beras Mahal, Tertinggi Sejak 2018
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penyebab harga beras meroket.
Bahkan, kenaikan harga beras saat ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2018 lalu.
Terungkap! Biang Kerok Harga Beras Mahal, Tertinggi Sejak 2018
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengungkap penyebab harga beras meroket
- FOTO: Makin Pedas! Harga Cabai Rawit Tembus Rp105 Ribu per Kilogram, Ini Penyebabnya
- Buntut Beras Mahal, Penjual Nasi Jagung Instan Ketiban Rezeki Sehari Dapat Omzet Rp5 Juta
- Beras Mahal, Pedagang Warteg Pilih Kurangi Porsi Nasi Ketimbang Naikkan Harga
- Harga Beras Terus Meroket hingga Pecah Rekor, Kapan Turunnya? Begini Kata Bulog
Bahkan, kenaikan harga beras saat ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2018 lalu
"Untuk Inflasi beras September 2023 secara month to month (bulanan) merupakan yang tertinggi sejak Februari 2018," kata Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10).
BPS mencatat, inflasi beras pada September 2023 mencapai 5,61 persen secara bulanan (mtm) dengan andil 0,18 persen
Sedangkan, inflasi beras sebesar secara tahunan (yoy) sebesar 18,44 persen dengan andil inflasi 0,55 persen
Amalia mengungkapkan, kenaikan harga beras saat ini tak lepas dari terus turunnya faktor produksi sejak Agustus 2023 lalu.Di sisi lain, konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan sumber karbohidrat tersebut tetap tinggi.
Hal ini berdampak pada menipisnya pasokan beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Namun, tren penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dibandingkan awal tahun lumrah terjadi di setiap tahunnya.
"Memang ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus ke bulan bulan berikutnya sampai dengan akhir tahun disebabkan karena faktor musiman,” ujar Amalia.
“Jadi, seperti biasanya memang di akhir tahun itu produksi beras relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya," beber Amalia.
Selain faktor produksi, kenaikan harga beras juga dipengaruhi oleh kebijakan larangan ekspor yang dilakukan sejumlah produsen utama akibat inflasi, perubahan iklim hingga El-Nino. Semisal India sampai Vietnam.
"Di beberapa negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand kemudian Vietnam dan juga India itu juga sudah mulai terjadi penurunan produksi beras, bahkan India melakukan kebijakan untuk pembatasan ekspor," tegas Amalia.
Lanjutnya, Amalia memastikan pemerintah tidak berdiam diri dalam merespon kenaikan harga beras yang kian mencekik masyarakat
Salah satunya pemerintah terus mengoptimalkan peran Tim Pengendalian Inflasi Daerah atau TPID untuk mengendalikan laju inflasi beras
"Dengan adanya TPID yang kemudian bagaimana memastikan, mengantisipasi gangguan sisi supply ini dengan lebih baik oleh pemerintah," pungkasnya.
Kenaikan Harga Beras Jadi yang Terburuk
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia merilis data terbaru per hari ini kamis, 31 Agustus 2023 harga beras medium secara nasional di kisaran Rp12.300 - Rp12 400 per kg. Sedangkan harga beras premium dikisaran Rp14.000 - Rp14.200 per kg.
Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan, kondisi ini merupakan kondisi terburuk dan menjadi rekor kenaikan harga beras.
Dia menegaskan, meski belum masuk pada fase darurat beras secara nasional, tetapi memang potensi itu terus ada.
Lantaran, IKAPPI melihat bahwa dilapangan saat ini di tingkat penggilingan sudah cukup sulit mendapatkan beras bahkan berebut
"Untuk itu IKAPPI mendorong agar ada upaya-upaya percepatan pencegahan agar tidak masuk ke dalam ‘darurat beras nasional'," kata Abdullah dalam keterangannya, Kamis (31/8).
Sontak dengan kenaikan harga beras ini membuat sejumlah konsumen di Kota Serang, Banten, menjerit. Konsumen tersebut berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Salah seorang konsumen, Muhammad Somi mengatakan, harga beras terus mengalami kenaikan setiap harinya. Sedangkan beras ini menjadi makanan pokok yang dikonsumsi setiap harinya.
"Kalau bisa harga beras jangan naik, stabil saja. Karena ekonomi sudah cukup sulit, tidak naik saja masih banyak yang kekurangan, apalagi yang ekonomi bawah," kata Somi.