Wapres Ma'ruf: Banyak PR di Sektor Ketenagakerjaan Menuju Indonesia Emas 2045
Bonus demografi yang akan disambut dalam duadekade mendatang, semestinya membawa peluang kemajuan ekonomi.
Bonus demografi yang akan disambut dalam duadekade mendatang, semestinya membawa peluang kemajuan ekonomi.
- Bedah Visi Misi Capres: Arah Ekonomi Indonesia di Tangan Ganjar, Prabowo dan Anies
- Semangat Mahfud MD Bersihkan Korupsi Demi Indonesia Emas 2045
- Hal yang Perlu Dilakukan Indonesia Hadapi Bonus Demografi Menurut Ganjar
- Kemenko Perekonomian Dorong Bonus Demografi untuk Indonesia Lebih Maju dan Sejahtera
Wapres Ma'ruf: Banyak PR di Sektor Ketenagakerjaan Menuju Indonesia Emas 2045
Banyak PR di Sektor Ketenagakerjaan Menuju Indonesia Emas 2045
Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan pembenahan sektor Ketenagakerjaan masih menjadi tantangan menuju pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Ia menerangkan bonus demografi yang akan disambut dalam duadekade mendatang, semestinya membawa peluang kemajuan ekonomi. Khususnya melalui sumber daya tenaga kerja yang produktif unggul dan berdaya saing.
"Kehadiran tenaga kerja usia produktif tentu menjadi harapan besar negara kita untuk keluar dari jebakan negara pendapatan menengah,"
kata Ma'ruf dalam acara Naker Award 2023, Jakarta, Jumat (1/12).
Ma'ruf mengatakan perlu dipastikan sumber daya yang ada menjadi pekerja dengan keterampilan menengah tinggi.
Agar mereka bisa bekerja pada bentuk-bentuk pekerjaan berketerampilan menengah tinggi.
merdeka.com
"Sehingga bisa menjadikan nilai tambah bagi perekonomian bangsa," kata Ma'ruf Amin.
Ia menuturkan kondisi Ketenagakerjaan Indonesia memang terus menunjukkan pemulihan pasca pandemi covid-19.
Adapun tingkat pengangguran terbuka turun dari 5,86 persen pada Tahun 2022 menjadi 5,32 persen pada tahun 2023.
Meskipun demikian sejumlah persoalan dalam pembangunan Ketenagakerjaan masih perlu diselesaikan bersama menuju cita-cita besar 100 tahun Indonesia merdeka.
"Pertama, lebih dari setengah penduduk bekerja masih berlatar pendidikan SMP ke bawah. Di samping itu hampir 60 persen pekerja yang bergerak di sektor informal mengindikasikan tingkat produktivitas yang masih rendah," kata Ma'ruf.
Dia menyebut tantangan digitalisasi juga masih menjadi persoalan tidak hanya menimbulkan kesenjangan digital tapi juga marjinalisasi digital bagi pekerja-pekerja yang tidak terampil.
"Kita harus mampu membuka akses pemberdayaan yang seluas-luasnya bagi pekerja yang berpotensi terkena dampak digitalisasi ini," lanjut Ma'ruf.
Lebih lanjut, ia menilai peningkatan produktivitas tenaga kerja untuk keberhasilan pembangunan Ketenagakerjaan bertumpu pada kolaborasi yang baik antara pemerintah, perusahaan dan pekerja.
Ia bilang, ekosistem pembangunan Ketenagakerjaan mulai dari pelatihan, penempatan, hubungan industrial hingga pengawasan Ketenagakerjaan yang menuntut peran serta seluruh pemangku kepentingan.
"Saya memandang bahwa untuk mewujudkan Indonesia emas 2045 dari sisi Ketenagakerjaan adalah dengan mewujudkan ekosistem pembangunan ketenagakerjaan yang baik mulai dari sisi pelatihan penempatan hubungan industrial hingga penguasaan ketenagakerjaan,"
pungkasnya.