Waspada, Dunia Bakal Alami Defisit Beras Terbesar dalam 20 Tahun Terakhir
Perang di Ukraina, serta produksi yang lebih rendah di China dan Pakistan akibat cuaca buruk, telah menyebabkan turunnya pasokan beras. Kondisi itu tentu bukan pertanda baik untuk ketahanan pangan
Produksi beras secara global diprediksi mengalami penurunan terbesar dalam 20 tahun terakhir. Temuan ini berdasarkan laporan terbaru dari Fitch Solutions.
Melansir Yahoo Finance, Sabtu (22/4), analis Fitch Solutions Charles Hart, memperkirakan dunia akan menghadapi kekurangan pasokan beras sebesar 8,7 juta ton pada 2022-2023. Tercatat, angka ini menjadi defisit beras terbesar dunia sejak 2003-2004.
-
Kenapa harga beras di Jawa Tengah naik? Kenaikan ini dinilai signifikan dengan kondisi kemarau panjang yang sedang melanda berbagai daerah di Jawa Tengah.
-
Mengapa harga beras di Jakarta naik? Harga beras kualitas premium mengalami kenaikan menjadi Rp16.700 per kilogram dari kemarin Rp16.570.
-
Bagaimana dampak kemarau panjang terhadap harga beras? Produksi sawah petani terancam gagal karena hal ini.
-
Apa yang lebih murah dibanding beras? Harga singkong yang lebih murah Wartini menambahkan jika harga singkong jauh lebih murah dibanding harga beras berbagai jenis yang saat ini berada di atas Rp10 ribu per kilogramnya. Untuk dua buah singkong ukuran sedang, Wartini menjualnya seharga Rp7 ribu. Biasanya warga hanya mengonsumsi tidak sampai sekilo sehari.
-
Apa yang membuat warga antri panjang untuk membeli beras? Harga beras yang melambung tinggi memaksa warga antre panjang untuk membeli beras murah.
-
Apa yang membuat harga beras menjadi mahal? Kenaikan harga itu membuat mereka sulit menjual beras pada konsumen di pasaran.
"Di tingkat global, dampak paling nyata dari defisit beras global, harga beras yang tinggi selama satu dekade," kata Charles Hart kepada CNBC.
Perang di Ukraina, serta produksi yang lebih rendah di China dan Pakistan akibat cuaca buruk, telah menyebabkan turunnya pasokan beras. Kondisi itu tentu bukan pertanda baik untuk ketahanan pangan
"Mengingat beras adalah komoditas makanan pokok di berbagai pasar di Asia, harga menjadi penentu utama inflasi harga pangan dan ketahanan pangan, terutama untuk rumah tangga termiskin," ucap Hart.
Lahan Pertanian Menyusut
Selain perang dan gangguan cuaca, ancaman lain terhadap pasokan pangan adalah berkurangnya luas lahan subur. Pada tahun 2022, AS kehilangan 1,9 juta hektare lahan pertanian, menurut laporan Farms and Land in Farms terbaru dari Departemen Pertanian AS.
Tren ini bukanlah hal baru, dan ini terjadi di seluruh dunia. Satu studi menunjukkan bahwa dunia telah kehilangan hampir sepertiga dari lahan suburnya dalam 40 tahun terakhir.
Sementara itu, populasi terus meningkat. Perserikatan Bangsa-Bangsa memproyeksikan populasi dunia tumbuh menjadi 8,5 miliar pada tahun 2030, dan kemudian meningkat lebih lanjut menjadi 9,7 miliar pada tahun 2050.
"Itu akan menjadi banyak mulut untuk diberi makan. Jika luas lahan pertanian terus menyusut, ketahanan pangan bisa menjadi masalah serius," terang Hart.
(mdk/idr)