CEK FAKTA: Hoaks Maskapai Penerbangan Internasional Larang Penumpang Divaksin Terbang
Merdeka.com - Beredar di media sosial menyebut maskapai penerbangan sedang membicarakan larangan bagi masyarakat yang sudah divaksin untuk terbang. Informasi itu menyebut warga yang sudah divaksin dilarang ikut pada sebuah penerbangan, karena takut terjadi pembekuan darah saat pesawat mulai terbang.
twitter"Airlines are meeting today to discuss the risks of carrying vaxed passengers due to the risk of clots and the liabilities involvedOh the irony only the non vaxed can fly
Airlines are meeting today to discuss the risks of carrying vaxed passengers due to the risk of clots and the liabilities involvedOh the irony only the non vaxed can fly
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Kenapa vaksin Mpox diizinkan di Indonesia? Penggunaan vaksin Mpox di Indonesia kini telah mendapat persetujuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, yang menunjukkan bahwa vaksin ini aman dan dapat digunakan dalam kondisi darurat kesehatan.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
My source is very reliable but I cannot reveal who or where he or she worksBut ask yourself why has big tech done all they can to suppress this story and why has not one airline or insurance company categorically denied it"
Berikut terjemahannya:
"Maskapai penerbangan melakukan pertemuan hari ini untuk membahas risiko membawa penumpang yang sudah divaksin karena akan terjadi pembekuan darah, penumpang bisa dilarang dan akan ada sanksinya. Oh ironisnya hanya yang penumpang yang tidak divaksin yang boleh melakukan penerbangan.
Sumber yang memberitahu bisa diandalkan tetapi saya tidak dapat mengungkapkan siapa atau di mana dia bekerja
Coba tanyakan pada diri Anda mengapa teknologi besar melakukan semua yang mereka bisa untuk membungkam kabar ini dan mengapa tidak satu maskapai penerbangan atau perusahaan asuransi dengan tegas menyangkalnya"
Penelusuran
Hasil penelusuran merdeka.com, informasi tersebut adalah hoaks. Dalam artikel Reuters Fact Check berjudul "Fact Check-No evidence airlines met to discuss banning vaccinated passengers" pada 16 Juni 2021, dijelaskan bahwa maskapai penerbangan internasional mendukung pemakaian vaksin.
"International Air Transport Association (IATA) is not aware of any airlines considering denying vaccinated passengers due to the blood clot risk,” Anaelle Ashong, Corporate Communications Assistant at IATA (www.iata.org/en/about/) told Reuters via email.
“We advocate that people who have been vaccinated should be free to travel without restriction,” she added (here).
The U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) recommends here and here that people do not travel domestically and internationally until they are fully vaccinated as fully vaccinated people are less likely to get and spread COVID-19.
The CDC explains here that deep vein thrombosis can be a serious risk for some long-distance air travellers. They say blood clots can form in the deep veins of people’s legs during travel because people are sitting still in a confined space for long periods of time.
However, flying is not known to increase the vaccine-induced blood clot risk as flying can provoke a different type of blood clot, according to several health experts contacted by Reuters.
Dr Sue Pavord, Consultant Haematologist at Oxford University Hospitals and co-chair of the British Society for Hemaetology’s Obstetric Haematology Group, (here) told Reuters via email, “VITT (Vaccine induced Thrombosis and Thrombocytopenia) is an immune reaction to vaccine and is not provoked by flying.”
Dr Gregory Poland, head of the non-profit Mayo Clinic’s vaccine research unit, (here), told Reuters via email, “Flying alone can increase the risk of venous clots. The adenoviral vectored vaccines increase the risk of clots, but by a separate mechanism, and I know of no interaction."
Medical experts at Meedan’s Health Desk (meedan.com/project/health-desk) said, “There is no evidence that air travel can increase the risk of blood clots in people who have received COVID-19 vaccines.”
They explain in detail here that blood clots developed while flying, usually deep vein thrombosis, are “much different” from the clots among the vaccinated, which “occur in unique and unusual areas.”
Berikut terjemahannya:
"Asosiasi Transportasi Udara Internasioal (IATA) tidak mengetahui adanya maskapai yang mempertimbangkan untuk menolak penumpang yang divaksinasi karena risiko pembekuan darah," kata Anaelle Ashong, Juru Bicara Perusahaan di IATA.
“Kami menganjurkan agar masyarakat yang sudah divaksin bebas bepergian tanpa batasan,” tambahnya.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) menjelaskan bahwa orang masih dilarang untuk melakukan perjalanan domestik dan internasional sampai mereka divaksin, karena orang yang sudah divaksin cenderung tidak terkena dan menyebarkan Covid-19.
CDC menjelaskan gumpalan darah biasanya muncul pada kaki orang yang duduk terlalu lama selama perjalanan.
Pakar kesehatan juga tidak menemukan informasi terkait risiko pembekuan darah akibat vaksin. Karena melakukan penerbangan dapat memicu jenis bekuan darah yang berbeda.
Dr Sue Pavord, Konsultan Hematologi di Oxford University Hospitals mengatakan bahwa VITT (Vaccine induced Thrombosis and Trombocytopenia) adalah reaksi kekebalan terhadap vaksin dan tidak terpengaruh dengan penerbangan.
Kesimpulan
Informasi maskapai penerbangan akan melarang masyarakat yang sudah divaksin karena takut terjadi pembekuan darah adalah hoaks. Asosiasi Transportasi Udara Internasional justru mendukung masyarakat untuk divaksin.
Kabar vaksin bisa berimbas pada pembekuan darah saat penerbangan juga hoaks. Tidak ada informasi terkait isu tersebut.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan, pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPengguna Mass Rapid Transit (MRT) kini dibebaskan untuk tidak menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca Selengkapnya