353 Pemain Sepak Bola Palestina Tewas Akibat Serangan Israel, 91 di Antaranya Masih Anak-Anak
Dua kakak beradik pemain sepak bola Palestina, Muhammad dan Mahmoud Khalifa, tewas akibat serangan bom Israel di rumah mereka di kamp pengungsi Nuseirat.
Sejak Oktober tahun lalu, lebih dari 353 pemain sepak bola, termasuk 91 di antaranya adalah anak-anak, dilaporkan tewas akibat konflik yang terjadi di Gaza. Informasi ini disampaikan oleh Asosiasi Sepak Bola Palestina dan dikutip dari laman middleeasteye pada Rabu (11/12/2024).
Secara keseluruhan, tercatat bahwa 546 individu dari kalangan olahraga dan kepanduan Palestina telah kehilangan nyawa mereka. Dalam laporan tersebut, Asosiasi menyebutkan bahwa dua bersaudara pemain sepak bola, Muhammad dan Mahmoud Khalifa, meninggal dunia pada Senin (9/12) setelah rumah mereka dibombardir oleh pasukan Israel di kamp pengungsi Nuseirat. Muhammad merupakan pemain Hilal Gaza dan juga bagian dari tim nasional pemuda Palestina, sedangkan Mahmoud bermain untuk Shabab Ahli Al-Nuseirat.
UNRWA: Hampir 1 Juta Pengungsi Gaza Hadapi Risiko Cuaca Dingin Ekstrem
Di sisi lain, banyak pengungsi Gaza kini berhadapan dengan risiko yang semakin memburuk akibat konflik yang berkepanjangan. Hampir satu juta pengungsi Palestina di Jalur Gaza, yang telah hancur akibat perang, terancam menghadapi cuaca dingin yang ekstrem serta hujan di musim dingin ini. Peringatan ini disampaikan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada hari Minggu (8/12). "Pengungsi di Jalur Gaza sangat membutuhkan perlindungan dari hujan dan dingin. Saat ini, hanya sekitar 23 persen dari kebutuhan ini yang terpenuhi, meninggalkan 945.000 orang berisiko terpapar cuaca ekstrem musim dingin ini," kata UNRWA seperti yang dikutip dari kantor berita Anadolu pada Selasa (10/12). "Bantuan segera diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak seiring dengan semakin memburuknya krisis ini." UNRWA juga melaporkan bahwa warga Palestina di Kota Deir al-Balah dan seluruh Jalur Gaza masih mencari sisa-sisa barang yang bisa diselamatkan dari reruntuhan rumah mereka setelah serangan udara Israel. "Serangan udara yang terus berlangsung menyebabkan peningkatan jumlah korban sipil, sementara rumah dan infrastruktur vital hancur lebur," ungkap UNRWA. "Beban kemanusiaan akibat perang ini sangatlah berat dan tak terbayangkan."
UNRWA meminta agar gencatan senjata segera dilaksanakan
UNRWA kembali menegaskan pentingnya segera melaksanakan gencatan senjata di Jalur Gaza untuk menghindari penderitaan yang lebih besar. Sejak dimulainya konflik pada 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan serangan yang dinilai sebagai genosida terhadap wilayah tersebut, mengakibatkan lebih dari 44.700 jiwa melayang, di mana mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Dalam perkembangan terbaru, bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, terkait tuduhan kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia di Gaza. Selain itu, Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait dengan tindakan agresi yang dilakukan di Jalur Gaza.