Ada Perusahaan dari 13 Negara di Balik Kekejaman Junta Tindas Rakyat Myanmar
Merdeka.com - Pejabat tinggi PBB mengungkapkan, militer Myanmar memproduksi berbagai macam senjata untuk melawan rakyat sendiri berkat pasokan dari perusahaan di 13 negara.
13 negara tersebut di antaranya India, Jepang, Amerika Serikay, dan Prancis. Ini sangat kontras, mengingat sejumlah sanksi yang telah dijatuhkan Barat untuk Myanmar.
Menurut laporan pejabat PBB tersebut, senjata produksi dalam negeri digunakan untuk menindas mereka yang menentang militer.
-
Kenapa Balai Yasa Madiun memproduksi senjata? Menariknya dari Balai Yasa Madiun ini, pada tahun 1947 tempat ini malah memproduksi berbagai jenis senjata api dan senjata tajam.
-
Apa yang sedang diproduksi di pabrik senjata Korea Utara? Pabrik senjata itu dikatakan tengah memproduksi rudal jelajah strategis dan pesawat nirawak (drone) untuk bertempur. Pabrik itu dikatakan memproduksi mesin untuk pesawat nirawak dan juga peluncur rudal multiroket.
-
Kenapa negara butuh senjata paling mematikan? Kepemilikan senjata ini diharapkan mampu menjaga kedaulatan dan keamanan negara.
-
Siapa yang memimpin misi beli senjata? Kolonel Ahmad Yani memimpin delegasi Angkatan Darat ke negara-negara di Eropa Timur.
-
Dimana tentara Israel menembak pekerja PBB? Pihak berwenang di Gaza, Palestina kemarin melaporkan, militer Israel menembak mati seorang pekerja LSM asing dan melukai seorang lainnya di Kota Rafah, Gaza selatan.
-
Mengapa alat militer China penting? Awalnya teknologi ini dianggap hanya sekedar mimpi belaka. Para ilmuwan mengatakan hal ini akan menyebabkan 'perubahan besar dalam seni perang'.
Myanmar dilanda kekerasan sejak kudeta militer pada Februari 2021. Para penentang kudeta, yang melengserkan pemerintahan terpilih, bergabung dengan kelompok pemberontak etnis untuk melawan kekuasaan militer.
Laporan Dewan Penasihat Khusus Myanmar menekankan, beberapa negara anggota PBB terus menjual senjata ke militer Myanmar, dikutip dari BBC, Senin (16/1).
Perusahaan asing yang disebut dalam laporan itu memasok militer Myanmar dengan material mentah, pelatihan, dan mesin.
"Myanmar tidak pernah diserang negara asing," kata mantan Pelapor Khusus HAM PBB, Yanghee Lee, dan salah satu penulis laporan.
"Dan Myanmar tidak mengekspor senjata apapun. Sejak 1950, Myanmar membuat senjatanya sendiri untuk melawan rakyatnya sendiri," lanjutnya.
Laporan tersebut juga ditulis oleh Chris Sidoti dan Marzuki Darusman, keduanya adalah anggota Misi Pencari Fakta Internasional Independen PBB di Myanmar.
Menurut data resmi, lebih dari 2.600 orang dibunuh militer sejak kudeta 2021. Namun jumlah korban tewas diperkirakan 10 kali lipat.
Beratnya sanksi dan isolasi internasional yang diberlakukan setelah kudeta tidak menghentikan penguasa Myanmar untuk memproduksi serangkaian senjata, termasuk senapan sniper, senjata anti-pesawat, peluncur rudal, granat, bom, dan ranjau darat.
Laporan PBB ini bersumber dari sejumlah dokumen militer yang bocor, serta wawancara dengan para mantan tentara dan citra satelit pabrik senjata. Sejumlah foto yang diambil pada tahun 2017 membuktikan bahwa senjata produksi dalam negeri juga digunakan sebelum kudeta.
Para tentara terlihat membawa senapan buatan Myanmar saat pembantaian InnDin, ketika tentara Myanmar membunuh 10 pria Rohingya tak bersenjata.
Beberapa peralatan yang digunakan untuk membuat senjata diyakini diimpor dari Austria. Mesin presisi tinggi buatan GFM Steyr dari Austria digunakan di beberapa lokasi, menurut Dewan Penasihat Khusus. Mesin ini digunakan untuk membuat laras senjata.
Ketika mesin-mesin tersebut memerlukan perbaikan, mereka mengirimnya ke Taiwan, di mana teknisi GFM Steyr memperbaikinya sebelum dikirim kembali ke Myanmar. Laporan tersebut mengatakan belum jelas apakah teknisi perusahaan tersebut tahu mesin itu digunakan di Myanmar.
GFM Steyr tidak menanggapi permintaan komentar dari BBC terkait laporan ini.
Para penulis laporan tersebut mengakui bahwa mereka hanya menemukan sebagian kecil dari jaringan produksi senjata, tetapi sejumlah negara diduga terlibat:
- Bahan mentah dari China telah ditelusuri hingga produksi senjata di Myanmar, termasuk tembaga dan besi yang diyakini berasal dari China dan Singapura.
- Komponen utama seperti sekering dan detonator listrik telah dilacak dari perusahaan di India dan Rusia menggunakan catatan pengiriman dan wawancara dengan mantan sumber militer.
- Mesin di pabrik senjata Myanmar disebut berasal dari Jerman, Jepang, Ukraina, dan AS. Perangkat lunak untuk memprogram mesin diyakini berasal dari Israel dan Prancis.
- Laporan menyebut Singapura tampaknya berfungsi sebagai pusat transit, di mana perusahaan Singapura beroperasi sebagai perantara untuk pembeli militer Myanmar dan pemasok eksternal.
Selama puluhan tahun, militer Myanmar menjadi target sanksi internasional, tapi mereka tidak menghentikan produksi senjatanya. Jumlah pabrik senjata terus bertambah, dari sekitar enam pabrik pada 1988 menjadi 25 pabrik saat ini. (mdk/pan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
11 warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Myanmar
Baca SelengkapnyaNegara Ini Geser Afghanistan Sebagai Produsen Opium Terbesar di Dunia
Baca SelengkapnyaPeran para wanita dibutuhkan dalam menambah personel untuk melawan junta militer Myanmar.
Baca SelengkapnyaDari data yang dipaparkan, senjata Israel yang masuk ke Indoesia terjadi pada Oktober 2020 dengan total USD 1,28 juta.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Mahfud saat sidang sidang ke-27 ASEAN Political Security Community (APSC) Council, di Sekretariat ASEAN, Jakarta (4/9).
Baca SelengkapnyaSalah satu alutsista Indonesia paling laku yaitu Anoa 6x6 yang dibuat PT Pindad. Anoa 6x6 ini dipesan Malaysia, Pakistan, Timor Leste dan lainnya.
Baca SelengkapnyaIntelijen Korea Selatan mengungkapkan bahwa Hamas menggunakan senjata Korea Utara. Berikut informasinya.
Baca SelengkapnyaStrategi Harga rendah yang digencarkan pasar industri China menimbulkan dampak negative bagi manufaktur Korea.
Baca SelengkapnyaFeinstein tidak menampik kondisi peperangan memang menjadi benefit bagi industri pertahanan.
Baca SelengkapnyaBeberapa negara yang masih melakukan suplai minyak ke Israel yang digunakan untuk mengoperasikan jet tempur.
Baca SelengkapnyaPerusahaan tersebut merupakan peserta pameran pertahanan Defence Service Asia (DSA) yang berlangsung di Kuala Lumpur.
Baca Selengkapnya