Angin Segar Bagi Palestina, Hamas dan Fatah Akhirnya Rekonsiliasi di Beijing, Sepakat Akan Bentuk Pemerintahan di Gaza Usai Perang
Hamas dan Fatah Akhirnya Rekonsiliasi di Beijing, Sepakat Akan Bentuk Pemerintahan di Gaza Usai Perang
Kesepakatan ini dicapaisetelah pembicaraan intensif selama tiga hari.
Angin Segar Bagi Palestina, Hamas dan Fatah Akhirnya Rekonsiliasi di Beijing, Sepakat Akan Bentuk Pemerintahan di Gaza Usai Perang
Sejumlah faksi Palestina menandatangani kesepakatan persatuan nasional dengan tujuan mempertahankan kendali atas Gaza jika perang dengan Israel usai.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, kesepakatan itu akhirnya dirampungkan hari ini di Beijing setelah pembicaraan intensif selama tiga hari. Hasil dari kesepakatan itu adalah rencana kerja sama untuk pemerintahan rekonsiliasi nasional untuk menguasai Gaza setelah perang.
Kesepakan itu ditandatangani oleh Hamas dan Fatah serta 12 faksi Palestina lainnya.
"Hari ini kami menandatangani kesepakatan untuk persatuan nasional dan menurut kami langkah untuk merampungkan perjalanan ini adalah persatuan nasional," kata pejabat senior Hamas Musa Abu Marzouk dalam jumpa pers di Beijing, seperti dilansir Aljjazeera, Selasa (23/7).
Mustafa Barghouti, sekretaris jenderal Prakarsa Nasional Palestina, salah satu dari 14 faksi yang menandatangani kesepakatan, mengatakan kepada
Aljazeera, perjanjian ini "lebih jauh" ketimbang apa yang sudah dicapai dalam beberapa tahun belakangan.
Dia mengatakan empat elemen utamanya adalah pembentukan pemerintahan persatuan nasional sementara, pembentukan kepemimpinan Palestina yang terintegrasi menjelang pemilu mendatang, pemilu yang bebas untuk memilih Dewan Nasional Palestina yang baru, dan deklarasi umum tentang persatuan dalam menghadapi serangan Israel yang terus berlanjut.
Langkah menuju pemerintahan persatuan sangat penting, katanya, karena itu "menghalangi upaya Israel untuk menciptakan semacam struktur kolaboratif yang bertentangan dengan kepentingan Palestina."
Rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah ini menjadi kunci penting dalam permasalahan internal Palestina. Dua partai politik Palestina ini bermusuhan sejak konflik meningkat pada 2006 setelah Hamas mengambil alih kekuasan di Gaza.
"Kami berada di persimpangan sejarah," kata Abu Marzuk, seperti dikutip CNN. "Rakyat kami tengah bangkit untuk upaya perjuangan."
Hamas yang melakukan serangan ke Israel pada 7 Oktober, berjuang dengan mengangkat senjata melawan Israel.
Sementara Fatah yang menguasai Otoritas Palestina dan kawasan Tepi Barat lebih memilih jalur perundingan damai untuk pembentukan negara Palestina.
Sejumlah upaya rekonsiliasi antara dua faksi besar Palestina ini sebelumnya selalu gagal.
Namun seruan untuk menjalin rekonsiliasi kian menguat seiring perang berkcamuk di Gaza dan Israel serta sekutunya, termasuk Amerika Serikat, juga membahas siapa yang akan berkuasa di Gaza setelah perang usai.
Barghouti mengatakan perang di Gaza menjadi faktor utama yang mendorong faksi-faksi Palestina untuk mengesampingkan perbedaan.
"Tidak ada jalan lain bagi rakyat Palestina selain bersatu dan berjuang melawan ketidakadilan ini," kata dia.
"Yang terpenting saat ini bukan hanya mendatangani kesepakatan, tapi juga menerapkannya."