Beijing akan tolak putusan pengadilan soal Laut China Selatan
Merdeka.com - Hari ini Pengadilan Internasional di Den Haag, Belanda, akan memutuskan sengketa Laut China Selatan yang kasusnya diajukan oleh Filipina terkait klaim wilayah oleh Negeri Tirai Bambu.
Menyinggung hal tersebut, sejumlah media mengabarkan China menyatakan kesiapan untuk bernegosiasi, hanya apabila Filipina berjanji untuk mengabaikan hasil yang dikeluarkan pengadilan internasional di Den Haag.
Hal tersebut tertuang langsung dalam pemberitaan media pemerintah China Daily, seperti dikutip Channel News Asia, pada Senin pekan lalu, (4/7).
-
Siapa yang prihatin tentang konflik Laut China Selatan? Para menteri luar negeri di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) pada Sabtu, 30 Desember 2023 menyatakan keprihatinan mereka atas meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan.
-
Mengapa China tenggelam? Penulis studi tersebut mengatakan bahwa faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penurunan permukaan tanah adalah adanya kehilangan air tanah, yaitu dengan pengambilan air di bawah atau di dekat kota-kota untuk digunakan penduduk setempat.
-
Kenapa Laut Cina Selatan menjadi sorotan dunia? Teritorial LCS merupakan kawasan perairan yang menjadi sorotan tidak hanya di level Asia, namun juga dunia khususnya negara-negara Barat yang memiliki kepentingan ekonomi dan keamanan.
-
Apa yang ditemukan di Laut China Selatan? Dua kapal ini berasal dari masa Dinasti Ming, yang berkuasa di China dari tahun 1368-1644. Dua bangkai kapal kuno ditemukan di kedalaman sekitar 1.500 meter di Laut China Selatan.
-
Siapa korban dari pembantaian di China? 41 tulang belulang tanpa kepala yang dianalisis ternyata semuanya milik wanita dan anak-anak.
-
Kenapa Jokowi membahas Laut China Selatan? Jokowi mengatakan dirinya akan membahas upaya meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
Beijing mengatakan untuk mengabaikan apa pun hasil yang dikeluarkan pengadilan internasional. Beijing mengklaim bila jalur LCS yang dipermasalahkan Filipina mengandung nilai perdagangan sejumlah USD 5 miliar tiap tahunnya.
Beijing juga menafsirkan secara pribadi bila apa yang disengketakan di kawasan LCS oleh negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei adalah tidak memiliki yurisdiksi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei menyebutkan pendekatan unilateral yang dilakukan oleh Filipina justru mencemooh hukum internasional.
"Saya menekankan sekali lagi bahwa pengadilan arbitrase tidak memiliki yurisdiksi dalam kasus ini. Tidak seharusnya mereka membuat keputusan. China dengan tegas tidak menerima adanya penyelesaian sengketa dengan menggunakan orang ketiga," ucap Hong Lei.
Sementara itu, Sekretaris Komunikasi Kepresidenan Filipina Herminio Coloma Jr, menyebut pada dasarnya Filipina hanya mengharapkan keadilan di wilayah strategis itu.
"Filipina mengharapkan keadilan dan perdamaian serta stabilitas di kawasan tersebut," pungkasnya.
Terkait kasus putusan Pengadilan Internasional di Laut China Selatan, Beijing juga meminta Amerika Serikat tidak ikut campur. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi, kepada Menlu AS John Kerry pada Rabu pekan lalu.
Melalui sambungan telepon, Wang Yi mengatakan kepada Kerry agar Negeri Paman Sam tidak ikut-ikutan dalam masalah putusan di Laut China Selatan. Wang Yi juga meminta agar AS tidak memperumit putusan tersebut.
"Saya sampaikan kepada Menlu Kerry agar AS berjanji untuk tidak campur tangan dalam putusan di Laut China Selatan," ujarnya seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (7/7).
Negeri Tirai Bambu berharap AS tidak melakukan aksi apapun di Laut China Selatan agar perdamaian dan stabilitas di kawasan tidak terganggu.
Sejumlah media China seperti People's Daily menyebut negara mereka adalah korban dalam sengketa Laut China Selatan. China jelas bukan pelaku tapi adalah korban, tulis koran pemerintah itu.
Menurut surat kabar tersebut, beberapa pihak menginginkan untuk menodai China dengan memutarbalikkan fakta dan menyetir masalah yang ada.
"Sangat jelas pada isu LCS, China bukanlah pelaku kejahatan melainkan korban," tegas pemberitaan koran tersebut, seperti dilansir laman the Guardian, Senin (11/7).
Surat kabar lokal lainnya, China Daily juga menyatakan Beijing tidak akan mundur dan tidak akan tunduk pada putusan yang dikeluarkan Arbitrase Internasional pada hari ini.
"(Menang) atau kalah, aturan tidak akan ada perbedaan bagi Beijing sebab putusan arbitrase adalah tidak sah karena pengadilan tidak memiliki yurisdiksi," tulis koran itu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Vietnam menggelar penyelidikan terhadap panitia tur konser Blackpink di negara itu setelah ada kritikan dari fans.
Baca SelengkapnyaKonflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaKasal menilai Presiden Prabowo berupaya mencegah segala bentuk pertikaian di kawasan, dengan tetap menjunjung tinggi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Baca SelengkapnyaPeristiwa pengusiran ini terjadi di Laut Natuna Utara, pada Senin (21/10).
Baca SelengkapnyaAksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaVietnam melarang pemutaran film Barbie, live action film kartun yang terinspirasi dari boneka plastik terkenal.
Baca SelengkapnyaChina benar-benar nekat membangun pangkalan udara di sana.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Taiwan Wellington Koo mengatakan bahwa China adalah pelaku serangan siber di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaKapal penjaga pantai China menyenggol bagian belakang hingga sisi kanan kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaMahfud menilai, kesepakatan Prabowo dan Xi Jinping bisa menjadi masalah baru di kawasa
Baca SelengkapnyaProses pengadaan impor tiga rangkaian KRL baru asal China tersebut dilakukan sesuai aturan yang berlaku tanpa ada tekanan dari pihak manapun.
Baca Selengkapnya