Bunuh Diri Jadi Penyebab Kematian Tertinggi Kedua di Militer Israel Sejak Perang Gaza, Ini Angkanya
Militer Israel baru saja merilis data terbaru jumlah korban tewas tentara mereka akibat perang di Gaza.
Militer Israel melaporkan peningkatan tajam dalam kasus bunuh diri di kalangan tentara sejak mereka membombardir Jalur Gaza, Palestina lebih dari setahun lalu.
Dalam pernyataan yang dirilis Kamis lalu, militer mengatakan setidaknya 28 tentara Israel bunuh diri sejak Oktober 2023.
"Angka itu lebih tinggi dibandingkan 2023, ketika 17 tentara meninggal dalam kasus 'dugaan bunuh diri,' termasuk tujuh setelah pecahnya perang," tambah pernyataan itu, seperti dilansir Press TV, Kamis (2/1).
Sepuluh dugaan kasus bunuh diri lainnya terjadi pada 2023 sebelum serangan Oktober.
Angka bunuh diri tersebut menunjukkan lonjakan tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2022, militer Israel mencatat 14 kasus dugaan bunuh diri, dan pada tahun 2021 jumlahnya adalah 11.
Secara keseluruhan, jumlah kematian di militer pada tahun 2023-2024 adalah yang tertinggi dalam beberapa dasawarsa karena perang.
Jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi
Menurut data yang dirilis militer Israel, setidaknya 891 tentara mereka tewas dan 5.569 lainnya terluka sejak pecahnya perang di Gaza.
Tentara mengatakan 363 tentara tewas pada tahun 2024, turun dari 558 pada tahun 2023. Pada tahun 2022, 44 tentara Israel tewas.
Menurut data tersebut, bunuh diri telah menjadi penyebab kematian kedua tertinggi dalam militer Israel, setelah tugas operasional, tetapi melampaui penyakit dan kecelakaan.
Kelompok-kelompok perlawanan Palestina mengatakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi karena rezim Israel memberlakukan sensor ketat dan tidak merilis angka resmi korban militer mereka di tengah kekhawatiran atas ketidakpuasan publik terhadap perang.
Palestina dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan operasi perlawanan mereka menghadapi agresi Israel yang meningkat di Gaza utara dan wilayah lain di Jalur Gaza.
Selain itu, angka-angka tersebut menyoroti dampak berat yang ditimbulkan perang terhadap kesejahteraan fisik dan mental personel militer.
Rezim Israel mengatakan mereka sedang berupaya mencegah kasus bunuh diri di kalangan militer, termasuk dengan membuka saluran bantuan 24/7, yang telah menerima lebih dari 3.900 panggilan sejak dibentuk pada Oktober 2023.
Militer juga telah memanggil lebih dari 800 petugas kesehatan mental cadangan di tengah perang untuk membantu para tentara.
Ribuan tentara menolak bertugas
Perkembangan ini terjadi di tengah laporan militer Israel menghadapi masalah kekurangan ribuan personel.
Militer juga mengatakan ribuan tentara cadangan mereka menolak bertugas ditugaskan kembali dalam peran tempur akibat tekanan mental. Namun, mereka tidak memberikan data atau rincian lebih lanjut terkait fenomena ini.
Tingginya angka bunuh diri di kalangan tentara cadangan juga diduga terkait dengan mobilisasi hampir 300.000 tentara cadangan selama perang.
Pada bulan Oktober, lebih dari 130 tentara Israel, termasuk pasukan cadangan dan wajib militer dari berbagai cabang militer, menandatangani surat terbuka yang menyerukan diakhirinya perang dan menyatakan mereka menolak untuk bertugas kecuali pemerintah bekerja untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan tawanan.
Mereka berpendapat melanjutkan perang membahayakan nyawa para tawanan yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina di Gaza, dengan banyak yang merasa bahwa lebih banyak tawanan tewas akibat serangan udara Israel daripada yang berhasil diselamatkan.
Sementara itu, perpecahan internal dalam militer semakin meningkat, dengan semakin banyak tentara yang menolak melapor untuk bertugas.
Di sisi lain, krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk, dengan sekitar 45.600 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, tewas sejak Oktober 2023.
Kehancuran infrastruktur sipil, dikombinasikan dengan pemboman Israel yang berkelanjutan, telah membuat banyak orang tidak memiliki akses ke makanan, air, atau pasokan medis.
Rumah sakit di Jalur Gaza kewalahan, dan layanan-layanan penting kesulitan mengikuti jumlah korban yang terus meningkat.