Duterte Ancam Kerahkan Misi Bunuh Diri Jika China Dekati Pulau di Laut China Selatan
Merdeka.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan China untuk menjauhi sebuah pulau yang diduduki oleh negaranya di Laut China Selatan. Duterte mengancam akan mengerahkan tentaranya ke sana jika China berani menyentuhnya.
"Saya tidak akan meminta atau memohon, tetapi saya memberitahu Anda (China) agar menjauhi Pagasa (pulau Thitu) karena saya memiliki tentara di sana. Jika Anda berani menyentuh, maka lain cerita. Saya akan memerintahkan prajurit saya untuk bersiap memulai 'misi bunuh diri'," kata Duterte dalam pidatonya, dikutip di Straits Times, Jumat (5/4).
Pernyataan Duterte menurutnya bukanlah peringatan melainkan kata nasihat kepada seorang teman, sebagaimana disebutkan pernyataan Kementerian Urusan Luar Negeri. Menurut pernyataan tersebut ada lebih dari 200 kapal nelayan China di dekat pulau Thitu.
-
Siapa bos China yang membuat pernyataan kontroversial? Dalam perkembangan terbaru, ia telah meminta maaf atas komentarnya yang kontroversial.
-
Siapa yang mendukung kedaulatan laut Filipina? Meski visi kedaulatan kelautan mereka didukung oleh kebijakan seperti The National Security Policy dan National Security Strategy untuk menjamin 24/7 Maritime Domain Awareness, namun pada implementasinya sungguh cukup berbeda (Batongbacal, 2021).
-
Mengapa China tenggelam? Penulis studi tersebut mengatakan bahwa faktor utama yang paling berpengaruh terhadap penurunan permukaan tanah adalah adanya kehilangan air tanah, yaitu dengan pengambilan air di bawah atau di dekat kota-kota untuk digunakan penduduk setempat.
-
Kenapa rudal China ini dianggap penting? Rudal ini memiliki jangkauan akurasi tinggi antara 3 hingga 4 kilometer dan telah menjadi komponen kunci persenjataan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok sejak akhir tahun 1980an.
-
Kenapa Menteri Trenggono tidak menggunakan pengeboman untuk menenggelamkan kapal? 'Tidak pernah, nggak pernah (menenggelamkan),' kata Inspektur Jenderal (Irjen) KKP, Tornanda Syaifullah, kepada awak media di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Rabu (24/7). Tornanda mengatakan, bahwa kebijakan penenggelaman kapal ilegal melalui teknik pengeboman justru akan merusak ekosistem laut. Mengingat, terdapat area konservasi dibawah laut yang terdampak kebijakan pengeboman kapal.'Itu sebenarnya merusak, kalau kapal di bom, itu merusak konservasi di bawahnya, kan itu ikut rusak sebenarnya,' tegasnya.
-
Dimana roket China akan diluncurkan? Mengutip LiveScience & Space.com, Jumat (8/3), roket-roket yang belum diungkapkan namanya oleh CASC termasuk roket berdiameter 13 kaki (4 meter) dan roket berdiameter 16 kaki (5 meter).
Duterte berulangkali mengatakan tidak akan berperang dengan China karena itu sama saja dengan bunuh diri. Namun dengan adanya kapal-kapal China sebagai tersangka milisi maritim, maka hal itu memberikan ancaman tersendiri bagi Filipina.
Selama ini Duterte telah mengupayakan hubungan lebih hangat dengan China, tepatnya sejak mulai menjabat pada 2016 lalu dengan imbalan bantuan dana senilai miliaran dolar berbentuk pinjaman dan investasi. Meski demikian, dia tidak akan mengizinkan China menduduki pulau Thitu karena itu diklaim 'milik kami'.
Sebagaimana diketahui, Laut China Selatan telah menjadi sengketa dari beberapa negara yang ingin mengklaimnya, seperti Filipina, Brunei, China, Malaysia, Taiwan, dan Vietnam. Pada 2016 lalu, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag membatalkan klaim kedaulatan China atas sebagian besar wilayah Laut China Selatan.
(mdk/ias)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksi Manila ini sering memicu konflik terbuka dengan penjaga pantai China.
Baca SelengkapnyaKonflik Laut China Selatan kembali memanas. Kapal China Coast Guard menembakkan meriam air dan memblokade kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaMiliter Filipina dan China kembali memanas di Laut China Selatan.
Baca SelengkapnyaChina biasanya melakukan uji coba tanpa pemberitahuan.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Filipina.
Baca SelengkapnyaChina benar-benar nekat membangun pangkalan udara di sana.
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaKapal penjaga pantai China menyenggol bagian belakang hingga sisi kanan kapal Filipina.
Baca SelengkapnyaJenderal Amerika Serikat menyebut bahwap erang dengan China bisa terjadi 2025.
Baca SelengkapnyaKetegangan ini membuat Korsel memerintahkan seluruh warganya di dua pulau terpencil untuk mengungsi ke tempat perlindungan bom.
Baca SelengkapnyaIrvansyah juga mengusulkan Kota Ranai di Natuna dibuat seperti stasiun atau pangkalan untuk titik kumpul anggota.
Baca SelengkapnyaKasal menilai Presiden Prabowo berupaya mencegah segala bentuk pertikaian di kawasan, dengan tetap menjunjung tinggi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS).
Baca Selengkapnya