Enam Pria Ditetapkan Bersalah atas Pembunuhan dan Pemerkosaan Massal Bocah di India
Merdeka.com - Enam dari delapan tersangka pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan seorang bocah muslim delapan tahun di wilayah Kashmir, India ditetapkan bersalah di pengadilan.
Korban, yang merupakan warga suku nomaden muslim, mayatnya ditemukan di tengah hutan dekat Kota Kathua pada Januari 2018.
Kasus ini menjadi berita utama ketika kelompok sayap kanan Hindu dan kuasa hukumnya melakukan protes atas penangkapan delapan pria tersebut. Mereka semua membantah tuduhan itu.
-
Di mana mayat itu ditemukan? Menurut Fathir lima mayat itu ditemukan pihaknya di sebuah ruangan lantai 15 UNPRI usai menggeledah kampus swasta tersebut.
-
Siapa yang tinggal di tengah hutan? Pak Kasimin mengungkapkan jika ia tinggal di sana sejak tahun 1991. Ia tinggal di tempat itu karena rumah tersebut sudah warisan orang tua.
-
Siapa yang menemukan mayat? Mayat pertama kali ditemukan oleh petugas kehutanan, Suyitono.
-
Di mana makam itu ditemukan? Selama penggalian di pusat Desa Gerstetten, yang terletak di distrik Heidenheim di barat daya Jerman, arkeolog menemukan makam bilik Alemannic langka yang berasal dari awal abad ke-4.
-
Dimana makam itu ditemukan? Artefak dan makam seorang tokoh elit Jepang dari abad keenam ditemukan di semak belukar di area parkir di prefektur Nara.
Salah satu dari mereka - putra dari salah seorang terpidana - telah dibebaskan. Kedelapan terdakwa termasuk seorang pensiunan pejabat pemerintah, empat petugas polisi dan seorang anak di bawah umur.
Anak di bawah umur tersebut akan diadili secara terpisah sesuai dengan hukum remaja India, karena itu hanya tujuh orang yang dikenakan putusan pengadilan pada Senin, dilansir dari BBC, Senin (10/6).
Ibu korban menuntut hukuman mati untuk dua terpidana - pensiunan pejabat pemerintah Sanji Ram dan petugas polisi Deepak Khajuria - mengklaim bahwa mereka adalah "otak" di balik kejahatan tersebut.
"Wajah anak saya masih menghantui saya dan rasa sakit itu tak akan pernah hilang. Ketika saya melihat anak-anak lain yang seusianya bermain di sekelilingku, itu menghancurkan hatiku," ujarnya kepada wartawan BBC, Divya Arya di rumah keluarganya. Keluarga tersebut memilih tidak menghadiri persidangan untuk mendengarkan putusan.
"Ini adalah kemenangan semangat konstitusional. Seluruh negara memperjuangkan kasus ini, terlepas dari afiliasi agama," kata pengacara yang mewakili keluarga korban kepada BBC Punjabi.
Saat menyampaikan putusannya, pengadilan mengatakan hukuman keenam terpidana akan diumumkan pada pukul 14.00 waktu setempat.
Pengacara yang mewakili terdakwa mengatakan, meskipun bersalah, kasus ini didasarkan pada "bukti tidak langsung" dan telah meminta hukuman minimum untuk keenam pria tersebut. Dia menambahkan bahwa ada keadaan yang meringankan, termasuk fakta bahwa laki-laki adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga mereka.
Perkosaan dan pembunuhan Kathua adalah satu di antara banyak kasus terkenal yang mendorong India untuk memperkenalkan undang-undang baru yang mewajibkan hukuman mati bagi siapa pun karena memperkosa anak di bawah 12 tahun.
Rincian cedera yang diderita anak itu membuat banyak orang India ngeri.
Kemarahan bertambah setelah dua menteri dari Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India menghadiri sebuah rapat umum untuk mendukung para tersangka, yang komunitasnya terlibat dalam sengketa tanah dengan suku nomaden muslim itu.
Penyelidik pada waktu itu mengatakan, anak itu menjadi sasaran karena para pelaku ingin meneror suku-suku yang dikenal sebagai Gujjars- agar pergi dari wilayah tersebut.
Sentimen seputar kasus itu mendorong pengadilan tinggi untuk memindahkan persidangan dari Jammu dan Kashmir ke pengadilan di Pathankot di negara bagian Punjab utara dan memulai persidangan baru.
Orang tua korban mengaku mereka merasa terancam di Kathua, wilayah yang masyarakatnya mayoritas beragama Hindu.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban pertama ditemukan oleh warga yang akan memancing belut.
Baca SelengkapnyaPetugas menyisir sekitar lokasi hingga akhirnya bertemu dengan keluarga korban di Rumah Sakit Polri.
Baca SelengkapnyaPenambahan jumlah korban ini dilaporkan setelah dua korban lain yang sempat dievakuasi petugas meninggal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebelum terjadi pembunuhan, keduanya terlibat cekcok mulut dan korban mengeluarkan kata-kata kasar yang membuat tersangka sakit hati.
Baca SelengkapnyaHidup terkadang memberikan cobaan begitu berat. Namun di balik setiap kesulitan selalu ada hikmah yang tersembunyi.
Baca Selengkapnya"Kondisi luka bakar jenazah 90-100 persen, dalam kondisi hangus,” kata Kabid Dokkes Polda Jawa Barat Kombes Nariyan
Baca SelengkapnyaSesuai informasi yang diterima posko pengaduan, masih ada tiga korban yang belum ditemukan
Baca SelengkapnyaDari 27 korban tersebut, 16 orang berasal dari Kabupaten Agam dan 11 dari Tanah Datar.
Baca SelengkapnyaJenazah korban saat ini sedang disemayamkan di rumah korban tepatnya di kampung Calap, Distrik Borme.
Baca Selengkapnya