"Mayat Orang Hancur Koyak, Paling Banyak Perempuan dan Anak-Anak"
Serangan udara Israel ke kamp pengungsi al-Mawasi di Gaza kemarin menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai puluhan lainnya.
Di bawah gelapnya langit malam di Gaza, selama tiga jam tim SAR dan para pengungsi Palestina bersama-sama menggali mayat dan korban selamat dari timbunan pasir.
Tim penyelamat itu tiba di lokasi beberapa menit setelah jet tempur Israel menjatuhkan bom berkali-kali ke tenda-tenda kamp pengungsian di al-Mawasi, Gaza, lokasi yang disebut "zona aman".
Saksi mengatakan kepada Middle East Eye, ledakan itu terasa seperti gempa bumi yang mengguncang. Ketika mereka melangkah keluar tenda, mereka menemukan korban-korban dengan anggota tubuh yang hancur tergeletak di tanah.
Lubang pasir berisi ratusan anggota tubuh manusia
“Saat itu sekitar pukul 12.30 atau 1 dini hari, saya sedang tidur di luar rumah, ketika tiba-tiba saya melihat rudal jatuh dan pasir menghujani kami. Mereka mengebom daerah itu dengan sekitar empat atau lima rudal," kata Alaa Shahda Mahmoud al-Shaer, seorang warga lanjut usia di al-Mawasi kepada MEE, Selasa (10/9).
Shaer bergabung dengan puluhan penduduk dan pengungsi yang mulai menyingkirkan tumpukan pasir dan menyelamatkan mereka yang terkubur hidup-hidup sebelum tim SAR tiba.
“Hanya Tuhan yang tahu bagaimana kami menyelamatkan orang-orang. Kami menyingkirkan pasir dan tenda-tenda dari mereka dengan tangan kosong. Kami berjuang keras untuk mengeluarkan para korban. Kami mencoba menyelamatkan para wanita dan anak-anak tetapi pasir telah menutupi tenda-tenda dan orang-orang,” katanya.
"Saya tidak melihat mayat-mayat itu, tetapi para pemuda mengatakan ada seorang wanita yang kepalanya putus, anak-anak dan anggota keluarga al-Shaer dan Foujo terbunuh. Semua yang tewas adalah orang-orang biasa. Kami tidak pernah mendengar ada di antara mereka yang bekerja sama dengan pasukan perlawanan sebelumnya,” tambahnya.
Serangan mengejutkan di daerah ‘aman’
Aisha Nayef al-Shaer, korban selamat lainnya, menggambarkan kondisi para korban saat itu tengah tertidur ketika pengeboman teerjadi.
"Kami mulai berlari dan menemukan orang-orang tergeletak di tanah. Beberapa kaki mereka putus, yang lain kepalanya putus, dan orang-orang menggendong mereka."
Sebelumnya, pihak Israel menyebut daerah al-Mawasi sebagai daerah ‘aman’ dan ratusan ribu warga Palestina berbondong-bondong ke al-Mawasi. Saat ini rata-rata para pengungsi di al-Mawasi adalah para wanita, anak-anak, dan orang biasa.
Kementerian Kesehatan Gaza, menyebutkan serangan sebelumnya pernah terjadi pada 13 Juli yang menewaskan sedikitnya 88 orang dan melukai 289 lainnya.
Umm Mahmoud, seorang pengungsi Palestina yang berlindung di Mawasi selama sembilan bulan, menyebut serangan itu “mengerikan”.
“Kami mendengar sekitar lima ledakan yang terasa seperti gempa bumi. Saat itu gelap, kami semua sedang tidur, dan anak-anak keluar sambil menangis. Mayat orang-orang tercabik-cabik, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak,” kata dia.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti