Mendesak gencatan senjata penuh di Suriah
Merdeka.com - Para pemimpin Rusia, Turki, Prancis dan Jerman menyerukan gencatan senjata penuh dalam jangka waktu lama di Suriah. Ini menyusul masih sering terjadinya kekerasan antara pasukan pemerintah dan pemberontak yang tersisa.
Dikutip dari Independent.co.uk pada Minggu (28/10), Rusia (sekutu utama Presiden Bashar al-Assad) dan Turki (pendukung pasukan pemberontak) baru-baru ini menengahi kesepakatan untuk menciptakan zona demiliterisasi di wilayah provinsi Idlib, Turki.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, bahwa masyarakat internasional akan mengawasi dan memastikan bahwa Rusia dan Turki menghormati perjanjian yang telah mereka negosiasikan.
-
Siapa yang terlibat dalam negosiasi gencatan senjata? Negosiasi gencatan senjata berlangsung di Kairo, Mesir. Proses negosiasi gencatan senjata antara pasukan perlawanan Palestina, Hamas dan Israel berlangsung di Kairo, Mesir.
-
Apa yang menjadi isi perjanjian gencatan senjata? Perjanjian tersebut akan mencakup gencatan senjata, pengaturan truk bantuan untuk memasok seluruh wilayah di Gaza, dan pemindahan korban cedera ke negara lain untuk perawatan, kata el-Reshiq.
-
Siapa yang terlibat dalam perseteruan ini? Keputusan ini muncul sebagai bagian dari perseteruan panjangnya dengan mantan suaminya, Atalarik Syach.
-
Kapan serangan Mesir dan Suriah ke Israel? Tanggal 6 Oktober 1973, pasukan Mesir menyerang posisi Israel di SInai.
-
Bagaimana Mesir dan Suriah menyerang Israel? Mesir akan menyerbu melalui SInai, sementara Suriah akan menyerang Israel melalui Dataran Tinggi Golan.
-
Siapa yang terlibat dalam kekerasan jangka panjang? Cedera akibat mata panah juga sangat terkait dengan kerangka laki-laki, menunjukkan kaum pria lebih sering terlibat dalam kekerasan jangka panjang dibandingkan perempuan.
Berbicara setelah pertemuan empat arah tersebut, Macron berkata, "Kami semua akan sangat waspada untuk memastikan bahwa komitmen ini terpenuhi, dan bahwa gencatan senjata stabil berkelanjutan segera dilaksanakan."
Berdasarkan kesepakatan mereka bulan lalu, Turki dan Rusia sepakat untuk membuat zona penyangga di sekitar Idlib, di tengah kekhawatiran akan terjadinya serangan di provinsi barat laut Suriah itu.
Pada Jumat 26 Oktober, penembakan di Idlib menewaskan sedikitnya tujuh warga sipil, yang merupakan kegagalan perdana dalam proses perdamaian sejak serangan udara Rusia dihentikan pada pertengahan Agustus.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Turki memenuhi kewajibannya terkait perjanjian Idlib. Prosesnya tidak mudah dan Moskow berencana untuk terus bekerja sama, katanya.
Dalam pernyataan bersama, Macron, Putin, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Kanselir Jerman Angela Merkel, juga menyerukan agar sebuah komite dibentuk untuk menyusun konstitusi baru Suriah.
Erdogan mengatakan kepada wartawan bahwa gagasan tersebut harus dilakukan "sesegera mungkin", menambahkan dia berharap bisa terjadi sebelum akhir tahun.
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menandatangani undang-undang baru, yang memperluas wewenang kementerian agama setempat untuk mengawasi kegiatan ibadah dan aktivitas ulama terkemuka di negara itu.
UU tersebut yang ditandangani oleh al-Assad pada tanggal 12 Oktober itu, dikabarkan memicu kontroversi di kalangan warga Suriah dan komunitas internasional.
Dikutip dari France24.com, UU baru itu memberikan kekuatan tambahan kepada Kementerian Pemberdayaan Agama Suriah, atau "Wakaf" dalam bahasa setempat, mengatur seluruh kegiatan umat Islam di negara itu.
Secara khusus, menteri Wakaf akan memiliki peran dalam penamaan mufti --ulama agung-- berikutnya.
Para mufti sebelumnya selalu ditunjuk langsung oleh presiden Suriah, termasuk mufti Ahmed Badreddin Hassoun yang menjabat saat ini, merupakan hasil penunjukkan al-Assad pada tahun 2004.
Undang-undang baru juga menyinggung wewenang mufti, yang sebelumnya tidak terbatas, pada periode yang dapat diperbarui selama tiga tahun.
Menteri Wakaf saat ini akan mengawasi sekolah-sekolah agama, wewenang kepala Dewan pada Yurisprudensi Islam, dan mengatur program keagamaan di seluruh media massa.
Selain itu, UU baru juga menetapkan bahwa para imam muslim tidak diizinkan untuk bepergian ke luar Suriah, atau menghadiri konferensi apa pun bahkan di dalam negeri, tanpa izin menteri Wakaf.
Bahkan, UU baru tersebut melarang pengkhotbah dan guru agama dari upaya "memicu perselisihan sektarian" atau "mengambil keuntungan untuk tujuan politik."
Reporter: Happy Ferdian Syah Utomo
Sumber: Liputan6.com
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagai salah satu sekutu dekat Iran, Rusia tak tinggal diam atas rencana balasan Israel.
Baca SelengkapnyaAntonio Guterres pun Kembali menuntut dilakukannya gencatan senjata di Gaza.
Baca SelengkapnyaHasil pertemuan ini telah melahirkan sejumlah kesepakatan untuk menekan Israel agar stop melakukan serangan ke Gaza, Palestina.
Baca SelengkapnyaAS menyatakan siap pasang badan untuk Israel jika Iran membalas.
Baca SelengkapnyaHampir satu tahun perang antara Israel dengan Hamas berkecamuk di wilayah Gaza.
Baca SelengkapnyaLebih dari 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita termasuk di antara mereka yang tewas
Baca Selengkapnya"NU sama dengan pemerintah RI menuntut, mendesak gencatan senjata segera," kata Gus Yahya.
Baca SelengkapnyaJumlah korban sipil akan terus berjatuhan oleh kebrutalan serangan Israel.
Baca SelengkapnyaIsrael Umumkan Bakal Tarik Mundur Ribuan Pasukan dari Gaza, Ternyata Ini Alasannya
Baca SelengkapnyaNegosiasi gencatan senjata berlangsung di Kairo, Mesir.
Baca SelengkapnyaKesepakatan gencatan senjata sementara ternyata menimbulkan silang pendapat antar pejabat Israel.
Baca SelengkapnyaIsrael menolak gencatan senjata di Jalur Gaza kendati desakan internasional semakin kencang.
Baca Selengkapnya