Negara Eropa Ini Kekurangan Jumlah Anak, Penyebabnya Ada Faktor Inflasi dan Pandemi
Para peneliti dari lembaga pemikir ekonomi terkemuka mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan penurunan signifikan angka kelahiran di negara tersebut.
Menurut laporan terbaru dari Institut Riset Ekonomi Ifo yang dirilis pada Rabu (23/10), Jerman mengalami penurunan signifikan dalam angka kelahiran. Hal ini berarti jumlah anak yang lahir di negara tersebut semakin berkurang. Wilayah yang paling terdampak adalah negara-negara bagian di timur Jerman.
Peneliti dari lembaga pemikir terkemuka ini mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan penurunan drastis tersebut, termasuk dampak dari pandemi COVID-19 dan konflik yang terjadi di Ukraina.
-
Bagaimana angka kelahiran yang rendah di Eropa berdampak pada struktur demografi? Angka kelahiran yang tinggi memiliki dampak signifikan terhadap struktur demografi suatu wilayah. Kondisi ini menciptakan ketidakseimbangan dalam distribusi usia penduduk, di mana persentase penduduk muda menjadi lebih besar daripada populasi usia lanjut.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi angka kelahiran di Eropa? Berbagai faktor telah teridentifikasi sebagai penyebab rendahnya angka kelahiran di Eropa dibandingkan dengan benua lainnya. Apa saja faktor yang termasuk? Menurut data real-time dari Worldometers, populasi Eropa pada tahun 2019 mencapai 743.102.600 jiwa, sementara laju pertumbuhan penduduk hanya sebesar 0,06% per tahun.
-
Bagaimana penurunan tingkat kesuburan mempengaruhi populasi bumi? Di seluruh dunia, data tersebut memberikan gambaran serupa, dengan kesuburan mulai turun di bawah angka 2,1 anak per wanita yang dibutuhkan untuk mempertahankan pertumbuhan populasi.
-
Bagaimana populasi dunia meningkat? Pada 1930 sampai 1974, populasi Bumi naik dua kali lipat, hanya dalam waktu 44 tahun.
-
Di mana angka kelahiran terendah di dunia berada? Eropa, benua megah dengan arsitektur klasik, memiliki angka kelahiran terendah di dunia.
-
Siapa yang terkena dampak krisis kesuburan pria? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengungkapkan bahwa infertilitas telah menjadi masalah global yang memengaruhi sekitar satu dari enam pasangan di seluruh dunia.
"Selain itu, inflasi yang tinggi telah mendorong keluarga muda untuk menunda keputusan memiliki anak," ungkap Joachim Ragnitz, salah satu peneliti Ifo, seperti yang dikutip dari DW Indonesia pada Jumat (25/10/2024).
Ragnitz menambahkan bahwa "secara keseluruhan, hampir 80.000 bayi lebih sedikit yang dilahirkan pada tahun 2022 dan 2023 dibandingkan dengan perkiraan." Ragnitz, yang merupakan pakar dalam perubahan demografi, menekankan bahwa angka kelahiran "telah berubah drastis dalam tiga tahun terakhir." Menurut data, angka kelahiran yang menunjukkan rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama hidupnya, mengalami penurunan dari 1,58 anak per perempuan pada tahun 2021 menjadi 1,35 saat ini. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 693.000 anak lahir di Jerman, yang merupakan penurunan sekitar 13% dibandingkan dengan angka kelahiran di tahun 2021.
Penurunan Tajam Terutama di Jerman Bagian Timur
Penelitian ini juga menunjukkan adanya penurunan angka kelahiran yang tidak proporsional, mencapai 17,5%, di wilayah Jerman bagian timur. Para peneliti menyatakan bahwa sulit untuk menentukan apakah perubahan ini disebabkan oleh tren permanen dalam perencanaan keluarga atau hanya merupakan fenomena sementara. "Para politisi sebaiknya memantau perkembangan ini dengan lebih cermat, juga untuk menghindari kemungkinan keputusan yang salah saat memperluas tempat penitipan anak dan sekolah," ucap Joachim Ragnitz. Sebelumnya, antara tahun 2011 hingga 2016, angka kelahiran di Jerman meningkat dari 1,39 menjadi 1,59, yang sebagian besar dipicu oleh kondisi keluarga yang lebih baik dan kedatangan keluarga imigran dengan tingkat kelahiran anak yang lebih tinggi.