Pejabat NATO Ingatkan Para Pengusaha Bersiap Hadapi Kemungkinan Perang, Diminta Jangan Bergantung ke Rusia dan China
Pejabat NATO mengeluarkan pernyataan yang menyebut nama Putin dan Xi Jinping.
Pada hari Senin, 25 November 2024, seorang pejabat tinggi militer NATO memberikan peringatan kepada para pelaku usaha untuk mulai bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya perang. Mereka disarankan untuk menyesuaikan jalur produksi dan distribusi agar tidak terlalu bergantung pada negara-negara seperti Rusia dan China, yang dapat memanfaatkan ketergantungan tersebut untuk menekan. Ketua Komite Militer NATO, Laksamana Rob Bauer dari Belanda, dalam pernyataannya yang dilansir oleh CNA pada Selasa, 26 November, menyatakan di Brussels, "Jika kita bisa memastikan barang dan layanan penting tetap bisa sampai ke tujuan, apapun yang terjadi, itu akan sangat membantu upaya pencegahan kita."
Dalam acara yang diadakan oleh European Policy Centre, Bauer menekankan pentingnya pencegahan yang tidak hanya bergantung pada kekuatan militer. Ia menegaskan bahwa semua sumber daya, termasuk ekonomi dan diplomasi, akan digunakan dalam konteks perang. "Kita sudah mulai melihat tanda-tanda peningkatan sabotase dan Eropa sudah merasakannya, terutama dalam masalah pasokan energi," katanya. Ia juga memberikan contoh, "Kita pikir kita mencapai kesepakatan dengan Gazprom, tapi yang sebenarnya terjadi adalah kita bernegosiasi dengan Vladimir Putin. Hal yang sama juga berlaku dengan infrastruktur dan barang-barang milik China. Kita sebenarnya sedang berhadapan langsung dengan Xi Jinping."
Bauer mengingatkan bahwa negara-negara Barat sangat tergantung pada China, yang memproduksi 60 persen logam tanah jarang dan memproses 90 persen dari bahan tersebut. Selain itu, bahan kimia untuk obat-obatan seperti antibiotik, penenang, dan obat tekanan darah rendah juga berasal dari China.
"Kita akan sangat naif jika berpikir bahwa Partai Komunis China tidak akan memanfaatkan posisi ini. Para pemimpin bisnis di Eropa dan Amerika Serikat harus sadar bahwa keputusan mereka di dunia bisnis bisa berdampak besar pada keamanan negara mereka," ungkap Bauer. Ia menambahkan, "Bisnis perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi skenario perang dan menyesuaikan jalur produksi serta distribusinya. Karena meskipun militer yang memenangkan pertempuran, pada akhirnya ekonomilah yang menentukan kemenangan dalam perang."