PM Thailand Hampir Jadi Korban Penipuan Melalui Telepon, Diminta Transfer Uang ke Rekening Luar Negeri
Paetongtarn adalah perdana menteri termuda di Thailand dengan usia 38 tahun.
Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, hampir menjadi korban penipuan melalui telepon yang memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meniru suara seorang pemimpin asing. Pengakuan ini disampaikan olehnya pada Rabu, 15 Januari 2025. Paetongtarn, yang merupakan putri bungsu dari mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, menerima pesan suara yang terdengar mirip dengan suara seorang pemimpin terkenal, meskipun ia tidak menyebutkan siapa pemimpin tersebut.
“Di pesan itu, dia mengatakan ingin bertemu dengan saya dan bekerja sama,” ungkapnya, seperti yang dilansir dari CNA pada Kamis, 16 Januari. Ia melewatkan panggilan dari nomor yang sama pada malam sebelumnya, dan kemudian menerima pesan suara kedua keesokan harinya yang membuatnya merasa curiga. “Pesan suara itu mengatakan bahwa Thailand adalah satu-satunya negara ASEAN yang belum memberikan sumbangan. Saat mendengarnya, saya langsung merasa ada yang tidak beres,” tambah Paetongtarn.
Setelah mendengar pesan tersebut, ia menerima pesan teks yang meminta agar uang dikirimkan ke rekening bank luar negeri, yang semakin memperkuat keyakinannya bahwa itu adalah penipuan.
Paetongtarn tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai waktu penerimaan pesan-pesan tersebut. Penipuan yang dikenal sebagai "call centre scams" cukup sering terjadi di Thailand, di mana para penipu berpura-pura menjadi polisi, pejabat pemerintah, atau staf bank, sering kali menggunakan panggilan otomatis (robocall) untuk menghubungi korbannya pertama kali.
Pekan lalu, Paetongtarn melaporkan kekayaan yang melebihi USD 400 juta dalam bentuk aset kepada Komisi Anti-Korupsi Thailand. Ayahnya, yang pernah memiliki klub sepak bola Manchester City, memiliki kekayaan bersih sebesar USD 2,1 miliar menurut Forbes, menjadikannya sebagai orang terkaya ke-10 di Thailand.