Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Semerbak Aroma Korupsi di Piala Dunia Qatar

Semerbak Aroma Korupsi di Piala Dunia Qatar Belanda vs Qatar 2-0. ©2022 REUTERS/Albert Gea

Merdeka.com - Setiap ajang Piala Dunia selalu memiliki momen-momen yang diingat banyak penggemar bola seperti mereka mengingat ketika pertama kali bertemu sosok yang dicintai atau peristiwa pembunuhan Kennedy.

Orang rasanya tidak akan pernah lupa bagaimana Zinedine Zidane menanduk dada Marco Materazzi hingga dia terjengkang pada laga final Piala Dunia 2006 antara Italia melawan Prancis.

Tapi pada Piala Dunia Qatar kali ini, kita belum yakin ada peristiwa apa yang lebih orang ingat ketimbang kejadian pada 2 Desember 2010 silam, tepat sepuluh tahun lalu di hari ini, jauh ketika turnamen sepak bola ini belum dimulai.

Kala itu Sepp Blater, presiden FIFA, berdiri di auditorium Zurich dan mengumumkan Qatar memenangkan seleksi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Meski saat itu semua orang tahu negara di tengah gurun Arab ini tidak punya infrastruktur pendukung untuk menjadi tuan rumah ajang sebesar Piala Dunia, seperti pariwisata yang memadai, stadion sepak bola, serta cuaca musim panas yang tidak nyaman untuk bertanding bola. Itulah momen ketika mata dunia melihat Piala Dunia kali ini semerbak dengan aroma korupsi.

Mengutip the New York Times, Rabu (30/11), pengumuman saat itu menjadi sejarah penentu bagi Qatar di panggung dunia. Tapi justru karena negara kecil itu memang jelas tidak layak menjadi tuan rumah, maka kemenangan Qatar menjadi penanda sebuah era baru tentang betapa korupnya badan sepak bola dunia FIFA. Para pejabat FIFA yang terlibat dalam pengambilan keputusan itu di kemudian hari didakwa, dikenakan sanksi oleh badan sepak bola karena melanggar aturan atau dituduh korupsi.

Tapi korupsi sejatinya adalah soal sistem, bukan hanya individu yang bermental korup saja.

Semua kembali pada masa ketika Juni 2009. Qatar, sebuah negara kecil di tengah gurun, memutuskan untuk mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia. Tapi mereka harus meyakinkan mayoritas pejabat di dewan FIFA, yang saat itu beranggotakan laki-laki dan perempuan dari enam badan sepak bola di masing-masing benua.

Seharusnya ada 24 anggota dewan, tapi dua di antaranya dikeluarkan setelah ada laporan dari koran London, Sunday Times, tentang mereka yang berencana menjual suaranya.

2 Desember 2010. Semua mata tertuju ke ruang auditorium Zurich. Pemungutan suara digelar dan sesaat kemudian Sepp Blater, presiden FIFA kala itu, membuka amplop berisi nama negara. Qatar menang jadi tuan rumah.

Qatar punya semua alasan untuk tidak layak menjadi tuan rumah. Negara itu bukan saja tidak punya stadion bola, tapi infrastruktur pendukung seperti kereta, hotel, stasiun transit dan sebagainya juga tidak ada.

Dan Qatar mengajukan diri turnamen ini digelar pada Juni dan Juli. Sementara inspektur teknis FIFA mengatakan cuaca di bulan itu berisiko bagi kesehatan para pemain, penonton dan panitia.

Tapi FIFA tetap memilih Qatar.

Satu dasawarsa kemudian, hampir semua anggota dewan FIFA yang memilih Qatar

terindikasi korupsi atau dilarang oleh badan sepak bola karena melanggar kode etik aturan atau menghadapi tuntutan korupsi. Semua dakwaan dan sanksi itu adalah hasil dari penyelidikan di sejumlah negara.

Prancis menyoroti sebuah pertemuan pada November 2010, sembilan hari sebelum pemungutan suara, di Elysee Palace, kantor kepresidenan Prancis.

Di ruangan itu ada Putra Mahkota Pangeran Sheikh Tamim dari Qatar, saat ini adalah Emir; perdana menteri Qatar, dua pejabat pemerintah Prancis, dan Michel Platini, kepala badan sepak bola Eropa. Beberapa bulan kemudian, Platini mengatakan dia berharap negara lain jadi tuan rumah tapi Qatar yang akan menang dan dia kemudian mengatakan kepada Nicolas Sarkozy, presiden Prancis waktu itu, bahwa dia sudah memilih Qatar.

Platini punya pengaruh besar dalam pemungutan suara anggota badan sepak bola Eropa di komite eksekutif FIFA.

Dan kemudian Qatar sepakat membeli Paris Saint-Germain, klub sepak bola Prancis itu levelnya biasa-biasa saja pada saat itu, tapi kini PSG menjadi kumpulan para bintang. BeIn sports, kala itu masih berupa stasiun televisi daerah di Timur Tengah, mulai menjangkau hingga Eropa dan menggelontorkan jutaan euro ke liga Prancis dan negara Eropa lainnya.

Tak lama setelah itu Prancis menjual miliaran dolar pesawat militer Rafale dan Airbus ke Qatar. Hubungan bisnis kedua negara kian melesat sejak itu.

Dan contoh kejadian lain yaitu dakwaan dari Amerika Serikat pada 2019. Tidak terkait dengan pertemuan di Prancis memang. AS menyebut tiga pejabat badan sepak bola Amerika, dari Brasil, Argentina, dan Paraguay, menerima sejumlah uang untuk memilih Qatar. Tidak disebut berapa besar uang itu dan dari siapa. Qatar kemudian membantah tudingan ini.

Korupsi sebetulnya bukan sesuatu yang terjadi karena hanya sosok yang buruk mengambil keputusan. Korupsi terjadi karena sistem yang korup menuntut terjadinya korupsi, mendorong perbuatan kotor itu. Kondisi membuat orang berpikir mereka harus ikut korupsi karena itu satu-satunya pilihan.

Sistem FIFA menciptakan kondisi itu. Dan itu sudah berlangsung selama empat dasawarsa.

Sistem itu mengatakan hanya 211 anggota FIFA dan sang presiden FIFA yang dipilih yang punya suara menentukan. Sebagian besar dari mereka mewakili negara yang bukan saja kecil tapi tidak punya pengaruh besar dalam sepak bola dunia. Tapi satu anggota punya satu suara. Dan itu adalah kekuasaan yang luar biasa besar bagi setia negara kecil.

Kemudian setiap negara itu bisa bergabung. Karibia punya banyak negara pulau kecil dan 37 dari mereka bergabung dalam Serikat Sepak Bola Karibia. Jika mereka memilih dalam satu blok gabungan maka itu menjadikan mereka salah satu suara paling banyak.

Dan sistem satu anggota satu suara itu masih berlaku sampai sekarang. Meski AS sudah mengeluarkan dakwaan tapi FIFA belum berubah.

Sang presiden yang berkuasa penuh masih bertahan. Sistem satu anggota satu suara masih berlaku, Sistem komite masih ada. Dan AS kelihatannya sudah tidak tertarik lagi mengajukan gugatan. Karena apa? Tebak saja siapa yang akan jadi tuan rumah Piala Dunia 2026 berikutnya.

Qatar hanya menjalankan permainan yang sudah dimainkan banyak orang. Siapa pun yang akan menang tidak akan menang secara bersih. Bahkan mungkin tidak pernah ada kemenangan yang benar-benar bersih.

(mdk/pan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Karut Marut Fasilitas Atlet PON XXI Sumut-Aceh Hingga Polri Turun Tangan Usut Dugaan Penyelewengan
Karut Marut Fasilitas Atlet PON XXI Sumut-Aceh Hingga Polri Turun Tangan Usut Dugaan Penyelewengan

Tahun ini, untuk pertama kalinya PON digelar di dua provinsi. Yakni Sumatera Utara dan Aceh.

Baca Selengkapnya
Di Negara ini Susah Menemukan Orang Miskin, Warganya Tajir Melintir Mobil Penyok Sedikit Langsung Buang
Di Negara ini Susah Menemukan Orang Miskin, Warganya Tajir Melintir Mobil Penyok Sedikit Langsung Buang

Saking bergelimang hartanya, ada daerah di negara tersebut yang dijadikan sebagai 'kuburan' mobil bekas.

Baca Selengkapnya
Ini Aturan FIFA Soal Standar Stadion, JIS Tidak Masuk
Ini Aturan FIFA Soal Standar Stadion, JIS Tidak Masuk

Polemik Jakarta International Stadium (JIS) terus menjadi sorotan di tengah rencana penyelengaraan Piala Dunia U-17.

Baca Selengkapnya
Piala Dunia U-17, Gibran Siapkan Armada BST untuk Transportasi
Piala Dunia U-17, Gibran Siapkan Armada BST untuk Transportasi

Transportasi pemain dan ofisial akan diakomodir Kementerian Perhubungan.

Baca Selengkapnya
JIS Disorot, Ini Sederet Tragedi Buruk di Stadion Bola Akibat Akses Pintu Keluar
JIS Disorot, Ini Sederet Tragedi Buruk di Stadion Bola Akibat Akses Pintu Keluar

Stadion sepak bola Jakarta International Stadium (JIS) kembali menjadi sorotan publik karena ternyata tidak memenuhi standar FIFA .

Baca Selengkapnya
Pemkot Buka Suara soal Izin Acara Anies di Stadion Bekasi Dibatalkan, PKS Ancam Bawa ke Ranah Hukum
Pemkot Buka Suara soal Izin Acara Anies di Stadion Bekasi Dibatalkan, PKS Ancam Bawa ke Ranah Hukum

Meski gagal menggunakan Stadion Patriot, PKS menilai ada keberkahan dari kegiatan yang mulai digelar dari Posko Pemenangan PKS Kota Bekasi ini.

Baca Selengkapnya
Eks Tim Anies Klaim JIS Berstandar FIFA, Konsultannya Pengalaman Bangun Stadion Internasional
Eks Tim Anies Klaim JIS Berstandar FIFA, Konsultannya Pengalaman Bangun Stadion Internasional

Tatak mengklaim Buro Happold dan tim sudah berpengalaman membangun stadion berstandar internasional.

Baca Selengkapnya
Kualifikasi Piala Dunia 2026 Lawan Bahrain dan China, Timnas Indonesia Akan Naik Pesawat Khusus
Kualifikasi Piala Dunia 2026 Lawan Bahrain dan China, Timnas Indonesia Akan Naik Pesawat Khusus

Timnas Indonesia akan menyewa pesawat untuk laga Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Baca Selengkapnya
Pemprov DKI Jakarta Akui Pengelolaan TIM Dan JIS Salah Sejak Lahir
Pemprov DKI Jakarta Akui Pengelolaan TIM Dan JIS Salah Sejak Lahir

Ke depannya Pemprov DKI akan mencari solusi agar pengelolaan seperti JIS dan tiga infrastruktur lainnya bisa mendatangkan keuntungan bagi Pemprov.

Baca Selengkapnya
Laga Pembuka Piala Dunia U-17 Digelar di JIS, Bakal Dibangun 3 Akses Tambahan dan Stasiun KRL Khusus
Laga Pembuka Piala Dunia U-17 Digelar di JIS, Bakal Dibangun 3 Akses Tambahan dan Stasiun KRL Khusus

Pembangunan akses tambahan termasuk jembatan penyeberangan orang (JPO), sebagai akses penghubung JIS dengan wilayah Ancol.

Baca Selengkapnya
Bali Gagal jadi Tuan Rumah U-17, Ini Reaksi Gubernur Koster
Bali Gagal jadi Tuan Rumah U-17, Ini Reaksi Gubernur Koster

Piala Dunia U-17 bakal dilangsungkan di Jakarta Internasional Stadium (JIS) pada 10 November 2023.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Karut-marut PON Aceh-Sumut: Makanan Basi, Venue Becek hingga Wasit Ditinju Diduga Curang
VIDEO: Karut-marut PON Aceh-Sumut: Makanan Basi, Venue Becek hingga Wasit Ditinju Diduga Curang

Sayangnya ajang nasional ini masih ditemukan banyak karut marut selama PON berlangsung.

Baca Selengkapnya