Sepak Terjang Pegasus, Spyware Israel untuk Mata-Matai Warga Sampai Pemimpin Dunia
Merdeka.com - Aktivis HAM, jurnalis, dan pengacara di seluruh dunia menjadi sasaran malware ponsel yang dijual kepada pemerintah otoriter oleh perusahaan pengawasan Israel, NSO Group, berdasarkan investigasi sejumlah media ternama.
Kementerian Kehakiman Israel telah berjanji melakukan penyelidikan penuh atas dugaan spyware Pegasus yang kontroversial yang digunakan untuk memata-matai warga Israel, termasuk orang-orang yang memimpin unjuk rasa menentang mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu.
Kepolisian Israel dengan tegas membantah laporan oleh koran bisnis Calcalist bahwa Pegasus, produk alat pengawasan yang dibuat perusahaan Israel, NSO, digunakan untuk memata-matai orang yang berada di garda depan unjuk rasa menentang Netanyahu tahun lalu, termasuk jurnalis dan penentang di seluruh dunia.
-
Mengapa Israel diduga menyerang sistem GPS pesawat? Diduga, aktivitas ini berasal dari Israel Defense Forces (IDF) dengan tujuan menghambat penggunaan misil dan roket presisi oleh Hizbullah, organisasi dari Lebanon.
-
Apa saja penemuan inovatif dari Israel? Inovasi dari Israel telah menghasilkan berbagai penemuan penting, mulai dari USB flash drive hingga teknologi irigasi tetes yang efisien.
-
Mengapa kacamata pintar menarik perhatian publik? Kacamata pintar belakangan ini ramai jadi pembicaraan.
-
Teknologi Israel apa yang membantu navigasi? Waze merupakan teknologi dalam bentuk aplikasi yang memberikan informasi real-time.
-
Kenapa teknologi Israel penting bagi Indonesia? Tanpa disadari, ternyata terdapat beberapa teknologi buatan Israel yang digunakan oleh banyak negara, termasuk di Indonesia.
-
Mengapa Israel menganggap media yang berafiliasi dengan Hamas sebagai target militer? Tentara Israel menyatakan media yang berafiliasi dengan kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas adalah target militer yang sah, sehingga jurnalis yang bekerja untuk media tersebut boleh dibunuh.
Menteri Kehakiman Israel, Gideon Sa'ar menyampaikan dalam rapat dengar pendapat parlemen pada Rabu, ada "kesenjangan yang tak dapat disatukan" antara laporan tersebut dan pernyataan polisi dan kejaksaan agung juga menyelidiki klaim yang dibuat dalam artikel tersebut, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (20/1).
Pada Selasa, ketua Pengawas Keuangan Negara Matanyahu Englman mengatakan dia akan memperluas penyelidikan yang sedang berlangsung saat ini terhadap penggunaan teknologi mata-mata oleh aparat penegak hukum termasuk Pegasus.
Englman mengatakan, penyelidikan akan menggali "keseimbangan" antara "manfaat" alat mata-mata dalam penyelidikan dan "pelanggaran hak privasi".
Menteri Keamanan Masyarakat, Omar Barlev mengatakan sebagian besar klaim tersebut keliru.
"Tidak ada pengawasan, tidak ada peretasan telepon pengunjuk rasa dalam unjuk rasa manapun," jelasnya.
"Itu melanggar hukum," lanjut Barlev.
Pegasus, yang bisa mengubah ponsel menjadi alat mata-mata, telah menimbulkan kontroversi global setelah pengakuan tahun lalu bahwa alat itu digunakan untuk memata-matai jurnalis dan penentang di seluruh dunia.
Kementerian Pertahanan Israel, yang harus menyetujui seluruh produk industri pertahanan buatan Israel, juga telah membuka penyelidikan terkait penjualan Pegasus di luar negeri.
Alat penambang data
Berdasarkan laporan tahun lalu, data para aktivis dan jurnalis ini termasuk dalam daftar 50.000 nomor telepon yang diyakini menarik bagi klien NSO Group, yang dibocorkan ke sejumlah media besar.
Tidak jelas dari mana daftar itu berasal - atau berapa banyak telepon yang benar-benar telah diretas. Namun NSO membantah melakukan peretasan tersebut.
Perangkat lunak yang bernama Pegasus itu disebutkan penggunaannya bertujuan untuk melawan penjahat dan teroris dan hanya tersedia untuk militer, penegak hukum dan badan intelijen dari negara-negara dengan catatan HAM yang baik.
NSO mengatakan, penyelidikan yang dilaporkan media yang dilakukan Forbidden Stories yang berbasis di Paris dan Amnesty International disebut "penuh dengan asumsi keliru dan teori yang tidak terbukti”.
NSO berjanji akan terus menyelidiki semua klaim penyalahgunaan tersebut dan mengambil tindakan yang tepat.
Tuduhan peretasan melalui Pegasus ini dilaporkan pada Minggu oleh Washington Post, Guardian, Le Monde dan 14 organisasi media lainnya di seluruh dunia.
Pegasus menjangkiti perangkat iPhone dan Android, memungkinkan operator menambang data-data penting pemilik ponsel seperti pesan, foto, dan email, merekam panggilan, dan secara diam-diam mengaktifkan mikrofon dan kamera.
Target-target Pegasus
Media yang melakukan investigasi mengatakan mereka telah mengidentifikasi lebih dari 1.000 orang yang tersebar di lebih dari 50 negara yang jumlahnya ada dalam daftar.
Mereka termasuk politisi dan kepala negara, eksekutif perusahaan, aktivis, dan beberapa anggota keluarga kerajaan Arab.
Dikutip dari BBC, Rabu (21/7/2021), dari 50.000 nomor telepon yang diretas, termasuk ponsel 600 lebih politisi atau pejabat pemerintah, 64 eksekutif perusahaan, 189 jurnalis, dan 85 aktivis HAM. Sejumlah perusahaan media seperti CNN, Al Jazeera, dan New York Times juga menjadi target.
Menurut laporan tersebut, nomor telepon dikelompokkan dalam 10 negara: Azerbaijan, Bahrain, Hungaria, India, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Rwanda, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Ketika dihubungi media yang terlibat dalam laporan investigasi ini, juru bicara untuk negara-negara ini menyangkal menggunakan Pegasus dan membantah mereka menyalahgunakan kewenangan pengawasan mereka.
Tidak jelas berapa banyak perangkat dalam daftar itu yang benar-benar menjadi sasaran, tetapi analisis forensik dari 37 nomor telepon menunjukkan telah ada peretasan yang "dicoba dan berhasil", berdasarkan laporan Washington Post.
Ini termasuk orang-orang yang dekat dengan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi, yang dibunuh pada Oktober 2018 saat mengunjungi konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Tubuhnya kemudian dimutilasi.
Investigasi menemukan spyware dipasang di telepon tunangan Khashoggi beberapa hari setelah pembunuhannya, dan ponsel istrinya menjadi sasaran spyware antara September 2017 dan April 2018.
NSO Group mengatakan teknologinya tidak terkait dengan pembunuhan keji tersebut.
Sasar pemimpin oposisi
Berdasarkan penyelidikan, telepon jurnalis Meksiko, Cecilio Pineda Birto juga muncul dua kali dalam daftar, termasuk pada bulan sebelum dia dibunuh.
Ponselnya hilang dari lokasi pembunuhan sehingga pemeriksaan forensik tidak dapat dilakukan. NSO mengatakan meskipun teleponnya menjadi sasaran, itu tidak berarti bahwa data yang dikumpulkan terkait dengan pembunuhannya.
Telepon dua wartawan investigasi Hungaria, Andras Szabo dan Szabolcs Panyi, ditemukan terjangkit spyware.
Panyi mengatakan kepada Forbidden Stories, dia sangat kecewa setelah mengetahui peretasan itu.
"Ada beberapa orang di negara ini yang menganggap jurnalis biasa sama berbahayanya dengan orang yang diduga teroris," ujarnya.
Seorang juru bicara kepada The Guardian mengatakan pemerintah Hungaria tidak mengetahui adanya dugaan pengumpulan data tersebut.
Di India, lebih dari 40 jurnalis, tiga pemimpin oposisi dan dua menteri dalam pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dilaporkan masuk dalam daftar peretasan tersebut, termasuk tokoh oposisi utama Rahul Gandhi.
Dua nomor ponsel Rahul Gandhi ditemukan dalam daftar tersebut. Gandhi tidak lagi memiliki ponsel tersebut sehingga tidak mungkin untuk menganalisisnya untuk memastikan apakah dia telah diretas.
Pemerintah India membantah menggunakan pengawasan ilegal tersebut.
Rincian lebih lanjut tentang siapa yang menjadi sasaran diharapkan akan dirilis dalam beberapa hari mendatang.
Pada 2019, WhatsApp menggugat NSO, menuduh perusahaan itu berada di balik serangan siber terhadap 1.400 ponsel yang melibatkan Pegasus. Pada saat itu, NSO membantah melakukan kesalahan, tetapi perusahaan tersebut telah dilarang menggunakan WhatsApp.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Lembaga ini menilai penggunaan alat sadap Pegasus berpotensi memunculkan bahaya bagi keberlangsungan demokrasi.
Baca SelengkapnyaIndonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.
Baca SelengkapnyaSisi Gelap Teknologi AI, Dijadikan Alat Uji Coba Israel untuk Membantai Warga Palestina di Gaza
Baca SelengkapnyaTernyata diduga Israel yang "menyadap" GPS pesawat komersial yang lewat di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaPerang intelijen antara Iran dan Israel melibatkan sejumlah agen mata-mata.
Baca SelengkapnyaSejumlah mata-mata Israel terungkap bekerja di media AS untuk membuat pemberitaan yang pro-Israel.
Baca SelengkapnyaMengapa karyawan Google menentang kontrak senilai USD 1,2 miliar antara Google dengan pemerintah Israel?
Baca SelengkapnyaBerikut deretan negara-negara yang warganya sering dikuntit secara digital.
Baca SelengkapnyaIsrael menangkap tujuh warganya yang diduga menjadi agen mata-mata untuk intelijen Iran.
Baca SelengkapnyaIsrael Pakai Teknologi AI untuk Menculik Warga Palestina di Gaza, Ribuan Orang Dilaporkan Hilang
Baca SelengkapnyaIsrael membunuh targetnya ketika mereka berada di rumah bersama anak-anak mereka.
Baca SelengkapnyaSebuah laporan menyatakan bahwa iPhone yang dimiliki oleh dua staf kampanye presiden AS telah berhasil diretas oleh peretas yang berasal dari Tiongkok.
Baca Selengkapnya