Spesies Baru "Ayam dari Neraka" Ditemukan, Punya Ekor Seperti Burung dan Beratnya Setara Manusia Dewasa
Fosil dinosaurus mengerikan jenis oviraptor ditemukan di Formasi Hell Creek, Amerika Serikat (AS).
Spesies Baru "Ayam dari Neraka" Ditemukan, Punya Ekor Seperti Burung dan Beratnya Setara Manusia Dewasa
Fosil dinosaurus mengerikan jenis oviraptor ditemukan di Formasi Hell Creek, Amerika Serikat (AS). Dinosaurus jenis ini juga disebut "ayam dari neraka".
-
Dinosaurus apa yang dijuluki 'ayam fajar firaun dari neraka'? Sebuah tim peneliti mengatakan mereka telah menemukan spesies lain dari keluarga yang sama, caenagnathid, yang hingga saat ini hanya Anzu yang menjadi anggotanya. Mengutip Futurism, Kamis (11/7), Dinosaurus baru ini, yang kira-kira seberat manusia, dijuluki sebagai 'ayam fajar firaun dari neraka' atau Eoneophron infernalis yang kedengarannya tidak kalah menakutkan.
-
Dimana dinosaurus sebesar ayam ditemukan? Fosil dari spesies dinosaurus pemakan tumbuhan yang baru ditemukan telah mengungkapkan cerita menarik di Pulau Isle of Wight di lepas pantai selatan Inggris.
-
Apa nama spesies dinosaurus baru? Spesies baru ini dinamakan Inawentu oslatus, dari jenis titanosaurus yang merupakan kelompok sauropoda berleher panjang yang hidup masa Zaman Jurasik Akhir (163,5 sampai 145 juta tahun lalu) sampai akhir Zaman Kapur (145-66 juta tahun lalu).
-
Apa nama dinosaurus herbivora baru? Spesies dinosaurus baru ini, yang diberi nama Gremlin slobodorum yang diyakini telah hidup pada masa Campanian.
-
Dinosaurus apa yang baru ditemukan? Ilmuwan Brasil baru-baru ini mengumumkan penemuan fosil dinosaurus tertua yang berusia sekitar 237 tahun.Temuan fosil itu berasal dari spesies reptil berkaki empat berukuran sebesar anjing kecil dan memiliki ekor panjang.
Berdasarkan analisis terhadap kaki belakang hewan ini, beratnya sekitar 78 kilogram dan merupakan spesies baru dalam ilmu pengetahuan.
Sumber: IFL Science
Temuan ini menunjukkan terdapat keanekaragaman dinosaurus caenagnathid yang lebih besar di ekosistem Hell Creek sesaat sebelum asteroid menghantam.
Kawah Chicxulub merupakan tanda bukti salah satu hari paling mengerikan di Bumi, ketika asteroid menghantam dan menghancurkan 70 persen spesies di planet ini, termasuk dinosaurus.
Sejak lama diperdebatkan apakah dinosaurus baik-baik saja atau telah menuju kepunahan sebelum peristiwa tersebut terjadi, dan salah satu cara kita dapat mempelajarinya adalah dengan melihat keanekaragaman kelompok hewan dalam ekosistem.
Sebuah teori menyatakan, asteroid bertindak seperti tongkat yang mematahkan punggung keledai, mendorong kelompok hewan yang sudah rentan menuju kepunahan. Bukti dari argumen ini menunjukkan berkurangnya jumlah spesies yang tercatat dalam catatan fosil menjelang hantaman asteroid.
Namun, ada beberapa alasan mengapa hal ini bisa memberikan gambaran yang salah. Pertama, hal ini didasarkan pada catatan fosil yang ditemukan, dan kedua, hal ini bergantung pada kemampuan kita untuk mengidentifikasi spesies secara akurat dari sedikit fosil yang ada.
Spesies oviraptor baru ini adalah buktinya. Para peneliti dapat mengumpulkan informasi yang cukup walau dari satu fosil kaki yang ditemukan dan dengan yakin menyatakan kaki tersebut tidak cocok dengan spesies oviraptor lain yang diketahui hidup di wilayah ini, pada waktu yang sama.
Spesies baru itu diberi nama Eoneophron infernalis. Nama genusnya berasal dari bahasa Yunani Kuno “eo” yang berarti “fajar”, dan nama genus burung nasar Mesir, Neophron, yang dikenal sebagai “ayam firaun”. Nama spesiesnya mengacu pada tempat ditemukannya, dalam bahasa Latin untuk Neraka, dan jika digabungkan bisa berarti “ayam fajar Firaun dari Neraka”.
Ciri-ciri tulang pahanya unik, dan tidak seperti oviraptor Anzu wylei yang lebih besar, sehingga tidak mungkin makhluk ini hanyalah individu yang lebih kecil dari spesies yang lebih besar (argumen yang terus-menerus muncul antara T. rex dan Nanotyrannus). Selain itu, analisis histologis menunjukkan hewan tersebut sudah dewasa atau sub-dewasa ketika mati, sehingga dikombinasikan dengan proporsi unik dan kombinasi fitur-fiturnya.
“Caenagnathid yang lebih kecil dari Formasi Hell Creek ini memiliki implikasi terhadap ekologi dan keanekaragaman caenagnathid di akhir Maastrichtian,” jelas penulis penelitian.
“Sebanyak tiga taksa dengan ukuran tubuh yang berbeda-beda mungkin pernah menghuni ekosistem Maastricht di Formasi Hell Creek, namun seperti di wilayah lain, catatan fosil yang buruk membuat penguraian taksonomi spesies ini menjadi masalah.”
Studi ini dipublikasikan di PLOS ONE.